Tiga puluh enam

6.3K 410 49
                                    

"Neta!!!"

Ah suara itu. Suara termerdu yang pernah Neta dengar, suara suaminya. Sepertinya dia sudah tiada

Aku mencintaimu suamiku. Sampai bertemu di surga

"Neta, bangun sayang ini aku Agam"

Samar samar Neta melihat siluet seorang pria yang dia yakini adalah suaminya. Tak lama kemudian tubuh Neta terasa melayang. Agam membopongnya. Neta tau bukan hanya Agam disana tapi ada banyak orang

"Tahan sayang. Kita kerumah sakit sekarang" ujar Agam di sela sela isakannya. Neta tau Agam menangis, terasa dari getaran badannya saat menggendongnya

"Jangan nangis, A. Aku baik baik aja"

Itulah kata terakhir sebelum Neta hilang kesadaran. Sedangkan Agam semakin misah misuh. Dia mempercepat langkah kakinya ke dalam mobil agar istrinya cepat mendapatkan pertolongan. Kakinya lemas saat melihat banyaknya darah di tubuh sang istri. Jika saja situasinya tidak segawat ini Agam pasti akan langsung membunuh pelaku penculikan istrinya

Bertahanlah sayang aku mohon

"Cepetan jalannya Pak! Ngebut! Istri saya butuh pertolongan secepatnya!!" desak Agam panik. Bagaimana tidak, Agam yang duduk di kursi penumpang dengan Neta di pangkuannya dapat melihat dengan jelas luka lebar di perut gadisnya ini. Tak hanya itu lengan Neta pun tak luput dari pandangan pria itu. Dia tidak peduli dengan darah yang menempel di bajunya. Saat ini Agam hanya memikirkan tentang istri dan calon bayinya

Agam menatap dalam ke wajah pucat istrinya. Wajahnya nampak sangat memprihatinkan. Banyak bekas kebiruan di kedua pipinya. Rambut yang berantakan, bibir pucat pasi, dan kening yang mengeluarkan darah yang telah mengering. Agam yakin pasti istrinya telah diperlakukan tidak layak. Demi apapun Agam tidak akan tinggal diam. Dia akan membalas perlakuan jahat orang orang itu. Bahkan Agam belum tau siapa dalangnya. Biar polisi dan Ayahnya yang mengurus. Agam hanya ingin istrinya selamat

***

"Kondisi Mba Neta saat ini kritis. Dia kehilangan banyak darah akibat lukanya. Kepalanya pun kemungkinan retak karena pukulan benda tumpul yang terlalu kencang"

Ya tuhan, Agam tidak kuat menerima kenyataan bahwa istrinya kritis. Dia rela sakit yang dirasakan gadis itu berpindah ke tubuhnya. Agam tidak mau terjadi sesuatu pada istrinya. Apa itu tadi? Istrinya kritis, kepalanya retak. Sungguh Agam tak sanggup

"Dok, tolong lakukan yang terbaik untuk istri dan calon anak saya. Saya akan bayar berapa pun asal mereka selamat" mohon Agam

Nampak dokter itu kembali menghela napasnya sedih. "Satu lagi Mas. Luka di perut Mba Neta sudah sangat dalam bahkan hampir mengenai janin. Jadi kita hanya punya dua pilihan. Lahirkan bayinya sekarang atau tidak sama sekali"

Dengan cepat Hana menarik tubuh rapuh putranya ke dekapannya. Sebagai seorang ibu Hana paham apa yang dirasakan anak sulungnya itu. Saat ini Agam hanya butuh semangat dan dekapan untuk menguatkan dia dari kenyataan yang menampar secara mendadak

"Bunda aku harus gimana Bun" desah Agam lemah. Dia tidak tau harus bagaimana. Ini semua terlalu berat untuknya. Jika Neta melahirkan sekarang itu tandanya anaknya prematur, tapi jika tidak dia tidak akan bisa melihat anaknya lahir ke dunia

"Tolong buat keputusan sekarang Mas. Kondisi Mba Neta sangat lemah, luka di perutnya harus segera kita tangani" desak sang dokter

"Abang bismillah, ikuti kata hati Abang" ujar Hana lembut seraya mengusap pipi putranya

Agam mengangguk mantap. "Lahirkan anak saya dan selamatkan ibunya" ucap Agam tegas. Sang dokter mengangguk sambil berlalu dari hadapan Agam untuk melakukan operasi

Kamu kuat sayang, aku yakin kamu bisa

Agam terduduk lemah di kursi depan ruang operasi ditemani ibu dan adiknya. Matanya menatap kosong ke arah pintu ruangan itu. Bibirnya tak berhenti berdoa agar istri dan anaknya bisa selamat tanpa kendala apapun

Sejenak Agam mengepalkan tangannya kala dia ingat tragedi istrinya tengah di sayat oleh seseorang. Agam tidak tau siapa dia, Agam hanya tau jika orang itu perempuan

"Bang" Agam menoleh ketika seseorang memanggilnya. Ternyata itu Ayahnya

"Aina, dia dalangnya" ucap Ali tanpa babibu lagi

Agam terkejut. Tak menyangka gadis lugu seperti Aina bisa melakukan hal sekeji ini. "Sekarang dia sedang di kantor polisi sama Uli, teman Neta"

"Aku mau mereka dipenjara seumur hidup Yah. Kalo bisa hukum mati" Sudah habis kesabaran Agam. Dia tidak akan memberi maaf pada orang yang telah mencelakai istrinya. Ali hanya mengangguk. Dia pun sama emosi seperti Agam. Hanya saja dia pandai menyembunyikannya

Beberapa menit kemudian..

"Mas Agam bayinya sudah lahir. Mas boleh masuk" ucap seorang suster

Agam sujud syukur dilantai saking leganya. Akhirnya anaknya lahir. Dengan tergesa gesa Agam masuk ke dalam ruang operasi. Tak lupa pakaian hijau steril dia kenakan

Agam tidak bisa membendung air mata bahagianya melihat putri kecilnya ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Agam tidak bisa membendung air mata bahagianya melihat putri kecilnya ini. Akhirnya malaikatnya dan Neta lahir ke dunia. Agam sentuh perlahan pipi putrinya. Sungguh rasanya sangat luar biasa. Makhluk kecil yang biasanya hanya bisa dia rasakan lewat perut istrinya kini sudah bisa dia sentuh secara langsung. Agam mulai mengadzani gadis mungilnya. Matanya mengerjap seperti menikmati irama lantunan adzan yang ayahnya kumandangkan

"Assalamualaikum nak. Ini Papa" ucap Agam seraya menahan tangis harunya. Selesai dengan acara adzan, putri kecilnya dibawa suster untuk dibersihkan. Kini Agam menatap wajah istrinya yang masih setia menutup rapat matanya. Harusnya Neta juga ikut bahagia seperti dirinya

"Alhamdulillah bayinya selamat Mas. Tinggal operasi Mba Neta. Mas Agam bisa keluar"

***
Debay udah lahir yuhuuu
Tinggal mamaknya nih
Vote komen dong
Tapi pliss jangan hujat
Kalo ada salah komentarnya pelan2 ya biar ane bacanya nggak emosi. Wkwkk
Gimana gimanaa part ini??
Seneng? Kesel? Sedih??




Love You, My Khumaira (COMPLETE) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang