CHAP 0.5

64.8K 1.4K 32
                                    

Happy reading.✨


*****

Masih dihari yang sama Rifaldi mengotot ingin menghantarkan Syila pulang kerumahnya.

Padahal Syila membawa kendaraan pribadinya sendiri. Tapi, dengan entengnya Rifaldi berucap "mobil lo biar gue suruh Andres yang bawa."

Hell! Apa-apaan ini.

Sudah sangat muak Syila diperlakukan gila saat berada di UKS tadi. Dan kali ini haruskah ia menuruti kemauan ketua basket tengil itu?

Dapat dipastikan jika Syila menolak, Rifaldi akan tetap memaksa. Sungguh Rifaldi sangat overprotektif padahalkan Syila hanya sebatas pacar sepihaknya saja.

Bel pulang sudah menggema seantero sekolah. Siswa/i langsung berhamburan ke luar kelas memadati koridor sekolah.

Ini adalah kesempatan bagus untuk Syila mengaburkan diri dari Rifaldi.

"Vi, gue duluan ya. Babay!" Syila langsung menggendong tasnya dan berlarian ke luar kelas menuju parkiran.

"Hati-hati syil. Babay!" Balas Vivia seraya geleng-geleng kepala. Syila sudah ceritakan semua yang terjadi antara dirinya dan juga Rifaldi. Vivia tidak menyangka bahwa kakak kelas yang dijadikan primadona sekolah ternyata mempunyai tingkat kemesuman yang tinggi.

Sesampainya didepan parkiran Syila memelankan langkahnya. Mata dan juga mulutnya sukses membulat.

Rifaldi sudah stay didepan mobil sport milik Syila seraya memasukkan dua tangan pada saku celananya. Mukanya tersenyum manis kearah Syila. Ingat! Hanya kearah Syila.

Syila memutar bola matanya malas, lalu membalikkan badannya kembali ke gedung kelasnya berada.

Sumpah Syila sangat membenci cowok tengil macam Rifaldi. Bahkan ia tidak pernah berandai-andai seperti teman kelasnya agar dapat dekat dan sampai jadian dengan primadona sekolah seperti Rifaldi.

Rifaldi tak tinggal diam melihat Syila yang membalikkan badan menghindarinya. Dengan jurus seribu bayangan Rifaldi langsung menyamakan langkahnya dengan Syila.

"Ada yang ketinggalan?"

Syila tidak menjawab, dan pandangannya selalu lurus ke depan.

"Gue nebeng ya."

Syila menghentikan langkahnya, lalu menoleh ke arah Rifaldi dengan muka datarnya.

"Gak!"

"Tenang, gue yang bawa kok."

"Enggak! Ya enggak!"

"Mobil gue udah dibawa Andres tadi."

Syila memutar badannya dan berjalan kembali ke parkiran meninggalkan Rifaldi.

"Derita lo." Rifaldi mengikuti Syila dari belakang.

"Dosa La, kasar mulu sama pacar." Kali ini Rifaldi berbicara dengan nada yang sedikit sewot.

"Gue bukan pacar lo, dan lo bukan pacar gue."

Saat Syila ingin membuka kunci pintu mobilnya tiba-tiba Rifaldi dengan cepat merebut kunci itu.

"Gue yang bawa, tuan putri tinggal duduk manis aja." Syila mendengus sebal, lalu berjalan kearah kursi penumpang disamping pengemudi.

Ia malas menanggapi Rifaldi. Semakin ia menolak pasti semakin gila perlakuan Rifaldi padanya.

Keduanya hanya diam membisu tanpa ada yang berniat memulai pembicaraan. Syila fokus menatap keluar jendela mobilnya, dan Rifaldi fokus dengan kegiatan menyetirnya.

KETUA BASKET VS BADGIRL [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang