Hai bestie kalian kangen cerita ini gak sih? Kalo aku sih kangen bangettt💔🙄
So enjoy,
Happy reading ✨
*****
"Kak, nanti bisa anter aku pulang?"
"Gak bisa, maaf."
"Tapi aku gak tau pulang naik apa."
"Angkutan umum kan banyak."
"Luka aku belum sembuh kak, masa kakak tega sih biarin aku pulang naik angkutan umum?"
Rifaldi mendengus. Ia bingung harus berbuat apa. Disatu sisi ia akan pulang bersama Syila, dan disisi lain Rifaldi tidak enak hati kepada Dinda karena keadaan Dinda sekarang itu adalah akibat ulahnya yang tidak berhati-hati saat berkendara.
"Iya gue anter lo pulang."
Dinda tersenyum senang, ia kegirangan sampai tidak sadar memegang tangan Rifaldi. Sungguh ini diluar kendalinya. Rifaldi menghempaskan tangan Dinda pelan namun penuh penolakan. Air muka Dinda mendadak kaku, entah kenapa keadaan ini membuatnya kikuk.
"Maaf."
Rifaldi begitu saja berlalu pergi dengan satu lengan ia masukkan ke dalam kantong celananya. Tampilan maskulin dan juga menawannya yang tidak bisa Dinda tolak. Rifaldi sungguh memikat hasrat Dinda untuk segera memilikinya seutuhnya.
Waktu yang akan menjawab semuanya. Biarkan waktu yang bekerja, Dinda yakin apa yang ia sungguhkan akan tercapai. Pengorbanan tidak akan pernah mengkhianati hasil bukan?
"Untuk saat ini mungkin lo bukan milik gue, tapi waktu yang akan datang lo sendiri yang akan mencap gue milik lo. Cuman gue, dan hanya gue."
*****
"Din, lo yakin bakal dianter pulang sama kak Rifal?" Ajida tidak yakin seorang Rifaldi mau menuruti permintaan Dinda yang notabenenya bukan siapa-siapa.
"Yakin beribu-ribu yakin. Kak Rifal sendiri yang tadi bilang ke gue kalo dia bakal anter gue pulang."
"Kalo dia anter lo pulang, terus Syila pulang sama siapa?"
"Kok lo malah urus si Syila sih? mau dia pulang sama siapapun gue gak peduli."
Ajida mendengus. Tak habis pikir Dinda bisa seambisius ini demi mewujudkan keinginannya. "Iya deh, terserah lo."
"Da, menurut lo mending gue nunggu dia diparkiran atau gue susul kekelasnya aja?"
"Please lah din, jangan terlalu nunjukin dihadapan umum kalo lo tuh ngejar-ngejar dia. Maen cantik bisa kan?"
"Terus gue harus nunggu dia jemput gue dikelas gitu? ngaco ya lo. Mana mungkin."
"Lo sendiri aja ragu apalagi gue." Ajida menatap Dinda lurus, "Denger ya din. Pasang kuping lo baik-baik. SABAR! sabar adalah kuncinya. Mending lo jangan terlalu ngarep. Lo cantik dan cowok diluaran sana masih banyak yang modelan kaya Rifaldi bahkan lebih dari dia."
Dinda menatap Ajida kurang minat. "Lo ngerti gak sih? Lo pernah suka sesuka-sukanya sama orang gak sih? Hati gue tuh cuma mau dia."
"Lo tuh sebenernya gak tulus cinta sama dia din. Lo tuh cuma kemakan obsesi. Obsesi yang ngebuat lo mengubah diri lo sejauh ini. Inget ya din, ngerebut milik orang gak akan buat orang itu balik suka sama lo."
"Kok lo malah mojokin gue sih?!"
"Gue bukan mojokin lo tapi gue gedek sama lo! Harus berapa kali gue bilang lo tuh cuma terobsesi. Kalo gak mau sakit hati mending lo hempas aja jauh-jauh perasaan itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
KETUA BASKET VS BADGIRL [END]
Teen Fiction[ Follow dulu ya sebelum membaca:) ] Akan direvisi setelah tamat. Warning!! 17+ Banyak kata-kata umpatan kasar dan non baku. Silahkan bijak dalam membaca.. Bagaimana jadinya jika ketua basket mesum, berpacaran dengan badgirl yang tingkat kebar-baran...