CAPT 21

14.7K 523 40
                                    

Happy reading ✨

*****

"Eh bro, kenapa itu si Syila mukanya asem gitu?" Tanya Faddi —anggota basket yang menyadari Rifaldi baru saja datang bersama Syila disampingnya.

"Biasa abis tidur nyawanya belum kumpul," jawab Rifaldi sekenanya. Syila memang tidak suka jika acara tidurnya diganggu, tapi mau bagaimana lagi? hari semakin petang tapi Syila belum beranjak dari rooftop sendirian. Daripada Rifaldi kepikiran setengah mati, ya lebih baik ia kena marah Syila karena mengganggu jam tidurnya.

Syila pergi kebagian tribun yang sepi, ia harap dapat ketenangan disana. Harus menunggu Rifaldi latihan basket adalah hal yang cukup membosankan, apalagi kini baterai handphone-nya sudah habis.

Rifaldi sudah mengganti bajunya, ia menggunakan nomer punggung 19 persis dengan tanggal jadian dirinya dan Syila. Rifaldi dan tim nya sedang melakukan pemanasan. Hari ini cukup terik meskipun hari sudah beranjak sore. Peluh sudah membanjiri badan serta wajah Rifaldi.

Syila mengakui memang Rifaldi sangat tampan apalagi dipandang dari jarak dekat. Tidak heran juga jika banyak perempuan yang tergila-gila padanya. Syila berhak marah namun sepertinya percuma, marahnya tidak akan menghilangkan rasa suka fans-fans fanatik Rifaldi. Yang ia butuh hanyalah bersabar, menjadi pacar orang nomor satu disekolah ini adalah hal yang menantang sekaligus hal baru baginya. Syila tidak tahu sampai kapan hubungannya akan terus berlanjut, Syila harap sampai waktu yang tidak pernah ia kira.

Bangku sebelahnya tiba-tiba berdecit, Syila menoleh dengan muka bingung. Ia ingat muka perempuan ini, tapi Syila tidak tahu apa yang diinginkan perempuan ini. Apakah fans fanatik Rifaldi akan bertambah satu? Atau malah perempuan ini ingin mengajaknya berteman?

"Kak Syila kan?" Dinda bertanya walaupun ia sudah tahu jawabannya. Dinda tidak akan langsung to the point, ia ingin bermain-main terlebih dahulu agar lebih seru.

Syila berdeham tanpa ada niat untuk menjawab. Syila bisa menebak perempuan ini menyukai Rifaldi, ia bisa melihatnya dari perlakuan perempuan ini kemarin.

"Kak Rifal ganteng ya?" Tanya Dinda yang matanya tidak pernah berhenti melihat kearah Rifaldi yang sedang mendribble bola.

Syila menoleh, ia tidak kaget. Memang benar jika Rifaldi tampan, tapi penuturan Dinda tersirat ketertarikan didalamnya.

"Beruntung banget sih lo bisa dapetin dia. Eh, ngomong-ngomong lo pake pelet apa? Boleh kali bagi-bagi tips,"

Mendengar ucapan Dinda membuat Syila naik pitam, "Maksud lo apa?!"

"Ups, Dinda kan cuma nanya kok lo marah?" Ucap Dinda sedikit terkekeh. Senang rasanya bisa gampang memancing emosi Syila. Dengan begini Dinda yakin rencananya akan berjalan lancar.

Syila memutar bola matanya, "Denger ya cantik. Gue gak pernah pake begituan. Cara lo norak! Sama kaya yang lain. Udah hapal gue sama sifat-sifat cewek kaya lo." Syila beranjak, ia memilih tempat duduk lain. Kadang-kadang bersikap bodoamat terhadap sesuatu sangatlah penting.

Sedangkan Dinda sedang menahan gejolak dengan wajah piasnya. Kata-kata Syila yang mengatainya sangat membuat Dinda semakin gatal ingin cepat merebut Rifaldi dan membalas perlakuan Syila melebihi Syila memperlakukannya saat ini.

"Lo sekarang boleh sombong atas segala yang lo punya, tapi ga lama lagi gue bakal rebut semua itu satu-persatu. Kita tunggu tanggal mainnya Syila." Ucap Dinda bermonolog, lalu Dinda pun ikut beranjak dari duduknya, ia memilih menuruni tribun dan bergabung dengan anak basket putri lainnya.

Syila memperhatikan Dinda. Ia merasa kasian sekaligus jijik secara bersamaan. Tersenyum kecut, tidak menyangka bahwa gadis berpenampilan polos itu secara terang-terangan menunjukan ketertarikannya pada pacar orang.

KETUA BASKET VS BADGIRL [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang