CAPT 10

37.9K 1K 26
                                    

Happy reading.✨

*****

Pagi-pagi begini Rifaldi sudah stay didepan teras rumah Syila tanpa diminta dan tanpa memberi tahu.

Syila sebenarnya kesal karena Rifaldi sering sekali berbuat hal semau dirinya tanpa konfirmasi terlebih dahulu.

"Ayo berangkat." Ucap Syila ketus dengan wajah yang sudah tertekuk sempurna.

Rifaldi pun berdiri berhadapan dengan Syila, mengusap surai gadis itu dengan penuh sayang. "Jangan ngomel-ngomel mulu. Nanti cantiknya ilang loh."

Syila menghela nafasnya. Mungkin, ia harus lebih sabar menghadapi sikap Rifaldi yang selalu seenaknya. Mungkin, ia juga harus mulai terbiasa bersikap manis walaupun hanya sedikit. Syila akan belajar. Belajar menerima bahwa sekarang Rifaldi menyandang status pacar dalam hidupnya.

Syila melangkahkan kakinya duluan meninggalkan Rifaldi, menuju mobil sport yang Rifaldi bawa. Rifaldi pun mengikutinya dibelakang.

Rifaldi tidak peduli mau seberapa cuek dan judes Syila. Yang terpenting sekarang Syila sudah sedikit mau menuruti apa yang diperintahkan oleh dirinya. Dan ia suka itu.

Keduanya sudah masuk kedalam mobil, dan sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Syila yang bengong sambil menatap keluar jendela dan Rifaldi yang fokus pada jalanan dan stir mobilnya.

Beberapa kali Rifaldi melirik Syila yang hanya diam dan sesekali mengubah posisi duduknya. Rifaldi ingin memulai pembicaraan tapi ia bingung harus mencari topik yang seperti apa? Agar tidak berujung kedalam keributan.

"Syil." Syila menoleh, menunggu Rifaldi melanjutkan bicaranya. "Nanti lulus mau lanjut kemana?"

Syila menautkan alisnya, "harusnya gue yang nanya gitu ke lo."

Rifaldi terkekeh. "Itu, alibi aja biar gak terlalu sunyi."

Syila menarik kedua sudut bibirnya. Rifaldi ini memang beda. Ia punya banyak cara agar Syila membalas ucapannya, meski tidak terlalu penting.

"Kalo boleh tau, lo sendiri mau lanjut kemana?"

Rifaldi menoleh sebentar kearah Syila, lalu meluruskan pandangannya lagi kearah depan. "Dimana aja yang penting masih bisa ketemu dan bareng-bareng terus sama lo."

"Ck! Bucin lo." Ucap Syila sambil terkekeh. "Eh, nanti dulu. Emang yakin bakal terus sama gue?"

Rifaldi mengangkat bahunya, "maunya sih gitu. Tapi, masa depan siapa yang tau. Yang penting sekarang banyakin doa aja, siapa tau di ijabah."

Syila tertawa. "Tumben banget omongan lo bener."

Rifaldi mendengus, "terserah."

Syila semakin tertawa. Rupanya ia sudah suka menggoda Rifaldi.

*****

Kini Syila sedang menyantap satu mangkuk baksonya dengan hikmat ditemani Vivia disampingnya.

Soal Rifaldi? Entahlah, Syila tidak melihatnya lagi setelah tadi pagi. Meja pojok kantin yang sering ditempati Rifaldi pun terlihat kosong.

Kantin yang tadinya ricuh riuh mendadak sunyi sepi. Syila tak berniat untuk mengetahui siapa penyebab kantin mendadak sesepi ini. Buang-buang waktu saja.

Kursi sebelahnya tiba-tiba bergeser, seorang lelaki berperawakan tinggi itu duduk dengan tenang. Syila tak percaya, iya syok. Kenapa bisa?

"Hai." Sapa lelaki itu bernada halus, berbeda jauh sekali dengan penampilannya yang terkesan menyeramkan.

KETUA BASKET VS BADGIRL [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang