CAPT 20

15.6K 633 65
                                    

Happy reading ✨


*****

Pagi-pagi sekali Rifaldi sudah menjemput Syila di mansionnya. Ini bukan tanpa sebab, salahkan Syila sendiri yang sudah bersih keras menolak Rifaldi untuk menjemputnya seperti biasa.

"Kepagi-an tau gak?!" Syila menerima helm yang diberikan Rifaldi, lalu memakainya dengan wajah jutek bebeknya.

"Ya maaf, lagian nolak dijemput."

Syila berdecak, "Sekali-kali gue bolos ya kak, please.." Syila yang sekarang tetaplah seperti Syila yang dulu.

"Gue ikut,"

"Kalo lo ikut sama aja gue cari mati. Nih yah kak, lo itu udah mau lulus, harus rajin belajar, kalo lo ikut bolos terus guru-guru curiga gimana? Lagian bukannya lo ada kumpul basket ya hari ini?" Tutur Syila panjang lebar.

Rifaldi pun memutar bola matanya. Syila itu paling bisa menceramahi orang lain, sedangkan diri sendiri? Ah sudahlah perempuan memang selalu merasa dirinya benar.

Rifaldi menjitak helm yang sudah Syila pakai dikepalanya, "heh kutil badak, kalo ceramahin orang itu introspeksi diri dulu. Lagian lo mau bolos kemana sih?"

"Heh babi air, emang kenyataannya lo udah mau lulus dan harus lebih giat lagi belajarnya! Emangnya lo mau gak lulus tahun ini? Idih, ogah banget gue punya pacar tinggal kelas. Lagian gue itu kalo bolos cuma ada dua pilihan rooftop atau gedung belakang sekolah,"

"Yaudah iya, terserah lo aja. Cepet naik! Awas aja ya nanti pas gue temuin di rooftop atau gedung belakang gak ada, gue talak tiga nanti." Ucap Rifaldi mengalah, membuat perdebatan dengan Syila tidak akan menemukan ujung jika salah satunya tidak mau mengaku kalah.

Syila pun memasang wajah malas, lalu menaiki motor dengan cepat. Mengetahui Syila sudah duduk dengan benar Rifaldi langsung menyalakan mesin motor lalu mulai menancapkan gas dan membelah keramaian ibukota pagi ini. Keramaian tidak membuat keduanya terganggu, bahkan ditengah perjalanan Rifaldi masih sempat-sempatnya menggoda Syila yang masih malu untuk memeluk dirinya.

Pagi ini, di tengah padatnya jalanan ibu kota, dibawah cerahnya sinar mentari pagi, dan dikelilingi klakson-klakson yang riuh ramai berbunyi Syila dan Rifaldi sadar, kebahagiaan bukanlah hanya soal materi tapi soal bukti dan bersyukur tiada henti.

*****

"Fal ada yang nyariin," tiba-tiba Yudha datang dari balik pintu kelas, ia masih terlihat seperti biasanya, dingin, pendiam, tampan dan juga menawan. Rifaldi mengernyitkan dahi, tidak mungkin Syila menemuinya jika ia sudah bilang ingin membolos hari ini. Lalu siapa? Siapa orang yang berani menghampiri dirinya sedangkan semua orang disekolah ini tahu bahwa Rifaldi sudah mempunyai pawang terkecuali murid-murid kutu buku yang kudet soal lingkungan sekolah.

"Siapa?"

Yudha menggelengkan kepalanya, "gatau, ga kenal."

"Oh oke," Rifaldi menepuk bahu Yudha, lalu pergi keluar kelas.

Tinggal beberapa langkah lagi Rifaldi sampai pada pintu kelas, namun ia malah memilih diam dan berfikir. "Perempuan itu lagi?" Ucap Rifaldi bermonolog dalam hati.

Akhirnya Rifaldi memilih untuk menghampiri perempuan yang kemarin menghampirinya saat sedang bersama Syila. Apakah perempuan ini tidak punya rasa malu terlebih kemarin baru saja Rifaldi tolak keberadaannya secara terang-terangan?

"Ada perlu apa?" Tanya Rifaldi to the point saat sudah berada dihadapan Dinda.

Dinda bergerak gelisah, entah kenapa nyalinya jadi menciut saat menatap mata elang Rifaldi yang seolah mengintimidasinya.

"Eug— Dinda mau ikut ekskul basket kak, kata Lana Dinda harus izin langsung ke kakak soalnya masih kakak yang megang semua kendali," Dinda melirik temannya Ajida yang sedang berdiri santai seperti tidak punya beban. Dinda menatap Ajida meminta pertolongan, tapi Ajida tampak enggan lebih dalam ikut campur soal ini.

Rifaldi mendengus, "Kan lo bisa bilang sama kelas 12 putri,"

"Tapi Dinda gak kenal kak,"

"Bisa lo cari tau dulu, gampang kan? Urusan gue itu udah banyak sebagai ketua basket sekaligus ketua tim, jadi gue gak punya waktu buat nyatet-nyatet nama anggota baru yang mau join. Cari anak basket lain aja, kalo gak tanya ke si Lana siapa sekretaris basket biar dia yang catet nama lo." Tutur Rifaldi panjang. Ia pun segera masuk kedalam kelas. Hal ini sudah sering terjadi, banyak perempuan yang sering modus dengan mencoba ingin bergabung dengan ekskul basket padahal tujuan utamanya adalah ingin selalu dekat dan ingin lebih dekat dengan Rifaldi.

Dilain tempat Dinda sedang menahan amarah akibat Rifaldi yang selalu bertindak semaunya. Dinda masih sadar diri karena sekarang ia memang tidak punya andil apa-apa, tapi bisakah Rifaldi bersikap baik padanya sekali saja?

"Udah gue peringatin, kak Rifal udah banyak berubah setelah pacaran sama si Syila. Jadi lo butuh tenaga ekstra buat naklukin hatinya," ucap Ajida.

"Iya gue tau. Liat aja nanti gue bakal buat kak Rifal gak bisa hidup tanpa gue, Da." Dinda tersenyum miring, lalu memberi aba-aba pada Ajida untuk pergi.

Sesuatu yang besar akan segera dimulai, Dinda sangat menanti hari itu tiba. Dimana hari kehancuran bagi Syila dan hari kemenangan atas semua kesusahan untuk Dinda.

*****

To be continued.

Pendek banget ya? Sengaja hehe

Stay safe bestiee!!

See you next chapter..
Thank you ❤

KETUA BASKET VS BADGIRL [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang