Fight again

1.2K 115 8
                                    

200329
02.30 pm

Setelah semua selesai. Han selesai mengurus makan Hyunjin, membersihkan dapur yang berantakan karena ulahnya, lalu mengepelnya sampai licin, lalu membersihkan tempat tidur Hyunjin, peralatan makan mereka yang diangkat ke kamar, lalu mencuci piring. Semua Han kerjakan sendiri.

Han juga yang mengelap tubuh Hyunjin dengan handuk basah karena terus mengeluh bau. Alasannya Hyunjin tidak jadi mandi karena tubuhnya masih sangat lemas. Han juga yang mencuci wajahnya dan menggantikan pakaiannya.

"Terimakasih ya Han"

Hyunjin juga telah makan disuapi oleh Han.

"Ini kan emang kerjaan gue"

Ternyata Han mengingatnya

Han tentu mengingatnya.

Hyunjin hanya tersenyum. Ia tidak peduli yang penting adalah kebahagiaannya.

"Hyunjin.. "

"Hmm.. " Wajah Han kelihatan sangat lelah. Habisnya ia tidak tidur semalaman,  dan hanya tidur sebentar di pagi hari, kondisinya belum pulih setelah mabuk dan tidak istirahat cukup karena menjaga Hyunjin yang sakit lalu paginya menjadi pembantu Hyunjin sampai sore.

Sekarang Han duduk di pinggir tempat tidur Hyunjin sementara Hyunjin duduk menyandar di dinding tempat tidur.

"Gue sebenarnya ga tau alasan orangtua lo ngasih uang sebanyak itu untuk kuliah gue, mereka minta apa dari gue?"

"Ga ada, appa hanya ngasih lo karena lo mau jaga gue"

Han mengangguk.

"Oh ya Han, kalau lo capek tidur aja lagi"

"Gpp"

Hyunjin tersenyum.

"Hyunjin, lo mau ga kalau gue cari orang lain buat jaga lo, laki-laki bukan perempuan"

"Kenapa, lo malas ya"

"Gue... " Han tidak mau menyakiti hati Hyunjin. Tapi sekarang ia juga menyakiti Minho. Minho marah padanya karena mengabaikan panggilan-panggilannya. Minho menganggap ia lebih memilih Hyunjin sekarang dibandingkan dirinya. Minho benar, kenyataannya memang seperti itu.

"Gue sebenarnya bukan ingin dirawat kaya bayi, gue hanya ingin terus di dekat lo, tetapi seperti ini kondisi gue, gue jadi sangat merepotkan lo"

"Andai aja gue sehat, gue yang bakal nyetir mobil dan kita jalan-jalan kemanapun lo mau" ucap Hyunjin.

Han tidak tahu Hyunjin punya keinginan begitu. Hyunjin benar, Han terlalu terbiasa dimanjakan Minho dan sekarang ia yang sering memanjakan Hyunjin. Walaupun ia sebenarnya memang senang memanjakan Hyunjin karena wajah Hyunjin yang terlalu tampan juga cantik.

Han terdiam beberapa saat.

"Gue minta maaf ya Han, bisakah lo bertahan sampai gue pergi. Gue hanya ingin bahagia di akhir hidup gue"

"Gue merasa bersalah dengan Minho hyung, gue seperti kacang yang lupa kulitnya, dia dan orangtuanya banyak bantu gue, sejak gue sma, tetapi sekarang gue bahkan ga punya waktu untuk bantu dia"

Hyunjin terdiam. Ia memang egois, ingin merebut Han dari Minho.

"Tapi Han, Minho hyung pasti ngerti, karena dia tahu kondisi gue"

"Lo emang egois ga berubah sama sekali" Suara Han mengeras menjawab perkataan Hyunjin yang benar-benar ga terpikir olehnya jika Hyunjin seegois itu.

"Mentang-mentang lo sakit, dia teman gue sejak sma bukan teman lagi dia udah gue anggap kaya hyung gue sendiri"

"Gue teman lo sejak kecil... "

"Teman? lo bukan teman gue Hyunjin, musuh gue"

"Sekarang kita teman" ucap Hyunjin pelan.

"Teman yang memaksa dan membayar teman, begitu tepatnya"

Hyunjin menunduk. Han menyakiti hatinya. Benar-benar menyakiti hatinya. Airmata mulai menggenang di pelupuk matanya dan ia berusaha membendungnya. Ia berusaha untuk kuat di depan Han, tidak lemah.

"Lo ga pernah berubah, lo janji ga akan nyakiti gue, apa lo ga akan sedih jika gue benar-benar pergi" ucap Hyunjin kesal.

"Gue mungkin sedih, tapi ga mungkin selamanya gue menangisi kepergian lo kan!"

"Iya lo benar, mungkin gue aja yang berpikir lo takut kehilangan gue. Ternyata enggak ya"

"Hyunjin.. Lo berpikir kaya lo akan mati besok, kaya lo ga punya harapan lagi, sampai lo nyuruh gue terus seperti ini sampai lo mati. Emang lo tau lo mati kapan? kalau iya lo mati dalam waktu dekat kalau ternyata umur lo masih panjang, misalnya lima tahun lagi atau ternyata umur lo lebih panjang dari gue, lo ga tau kan! Lo ga tau tentang umur karena itu lo jangan berpikir seperti itu"

"Kalau ternyata gue yang meninggal muda, gimana, hidup gue sia-sia sama lo kaya gini, kuliah, kerja, pulang, ngurus orang sakit, kerja lagi seperti ini. Malah gue belum sempat balasbudi ke Minho hyung, gimana? Lo mau tanggungjawab, enggak kan. Itu maksud gue, lo bisa ngerti!"

"Kaya gini lo sia-sia ya?" tanya Hyunjin.

"Bukannya lo dapat uang" ucap Hyunjin lagi.

"Kalau lo berpikir kerjaan lo sia-sia, lo pergi! Lo bisa pergi sekarang" ucap Hyunjin dingin.

"Kali ini lo yang ngusir gue, nanti atau besok lo jangan telpon gue lagi untuk kerjaan seperti ini, karena gue ga akan peduli"

Hyunjin terdiam. Kata-katanya salah, tetapi ia terlanjur emosi mendengar kata-kata Han. Mana mulai ia ingin Han pergi.

"Han.. " Hyunjin langsung menarik tangan Han yang hendak beranjak dari tempat tidurnya.

"Han maaf.., ga usah anggap omongan gue tadi. Gue minta tolong sama lo jangan pergi.."

"Walaupun lo ga nemeni gue lagi satu harian, tapi gue tetap bolehkan minta lo jenguk gue satu jam saja satu hari" suara Hyunjin serak dan airmatanya akhirnya menetes. Ia tidak sanggup jika Han ingin benar-benar pergi dari hidupnya. Ia tidak akan sanggup. Ia terlanjur sangat menyayangi Han. Ia tidak punya semangat selain itu.

Han mengurungkan niatnya saat melihat wajah Hyunjin yang berlinang airmata. Ia tidak tega, sungguh tangis Hyunjin kelemahannya. Karena itu ia sangat benci melihat Hyunjin menangis.

"Lo hanya perlu jenguk dan mengatakan kata-kata semangat untuk gue agar gue semangat untuk menjalani pengobatan, itu aja Han, bisakah?"

"Bisakah Han?" Hyunjin menangis seperti anak kecil, seperti hendak menahannya tetapi tangisnya belum mau berhenti. Siapapun yang melihatnya akan kasihan padanya. Dan Han masih terdiam menatapnya.

"Gue tetap bayar segitu, Han. Mungkin aja lo benar umur gue masih panjang, gue aja yang sok-sok an tau umur gue pendek" Hyunjin berusaha tersenyum dan menghapus airmatanya.

Ia takut Han memarahinya lagi yang menjadikan airmata sebagai senjatanya. Padahal ia bukan seperti itu, hatinya hanya terlalu lemah mendengarkan kata-kata yang menyakitkan untuknya.

Tidak Hyunjin sangka, Han memeluknya.

"Udah lo jangan nangis, gue minta maaf"

"Gue senang karena lo ngerti sekarang, gue ga mau terima uang lo, karena gue ga mau punya beban berat seperti sekarang"

"Gue usahakan gue sempat jenguk lo setiap hari, tapi lo ga perlu bayar gue"

"Gpp Han, ga usah kembalikan uangnya. Yang gue kasih dan appa kasih itu untuk lo aja"

"Hmm.. " Han melepas pelukannya dan ia naik ke tempat tidur Hyunjin untuk tidur.

"Gue tidur ya, lo juga tidur aja Hyunjin"

"Iya"

***

Our Memories [Hyunsung & Minsung]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang