×××
Saat dion beranjak untuk masuk ke dalam kamar nya,suara derit pintu terbuka membuat dion urung untuk bangkit.
"Ngapain?".Tanya dion dengan senyum miring.
Sosok satria telah berdiri di depan pintu kamar dion,dia tersenyum cukup kelelahan melangkah maju untuk mendekat pada dion.
Satria terlihat baru pulang sekolah jam segini,akan turun jabatan dari ketua osis membuat satria super duper sibuk.Dari sekian waktu,untuk menjelaskan rasa bersalah nya satria baru menemui sang-adik.
"Gue tanya,ngapain kesini?".Nada ketus dion membuat satria tersenyum kala satria duduk di ayunan balkon milik dion.
"Gue mau lo paham,apa yang gue pilih".
Satria tahu memilih zella membuat dion marah besar,bukan tentang hal dion ikut campur atas masalah percintaan satria,namun saat dimana satria masih dekat dengan adel lelaki itu berpesan."Kak,jika lo cinta sama adel.Jangan buat dia terluka,apapun itu dia ga pantes mendapatkan nya".
"Kenapa,lo suka?".Satria bertanya penuh arti,membuat dion secepatnya menggeleng.
"Bukan soal suka atau engga suka nya,gue takut kalau lo menyakiti perasaan adel.Otomatis pertemanan lo sama ka zella akan rusak,lo tahu sendiri kan kakaknya gimana? Berani di depan untuk membela adel".
Dion tertawa,lucu jika mengingat pesan itu.Bahkan bukan hanya satria yang menyakiti perasaan adel,zella pun ikut serta di dalamnya.
"Apapun yang lo mau jelasin,adel udah sakit hati.Lucu nya,lo sama bangsat kaya kakaknya".
Satria terdiam.
"Bahkan lo hanya manusia yang ga tahu diri,bahkan gue muak liat lo! ",dion terlalu kejam berbalik arah karena baginya, menatap satria sama saja dia ingin menampar pipi lelah itu,"mungkin kalau cerita ini jadi kan novel, ini hanya masalah klise yang engga perlu di besar besarin.Tapi mana ada orang sekejam lo sih,lo ngasih perhatian ke adel tapi lo malah macarin kakaknya, otak lo di taro dimana sih kak?!".
"Gue ga suka nada lo ketus!".
"Engga perlu bahas soal nada,cukup renungin kesalahan lo ada dimana?".Dion melangkah untuk pergi, rasa muak karena satria masih membela diri.
"Gue dilema dion".
Langkah dion berhenti."Tapi engga seharusnya,lo nyakitin perasaan adel",posisinya tidak berubah membelakangi satria," Dilema lo merugikan pihak adel,jika lo emang manusia seharusnya lo engga perlu keduanya".
"Zella butuh gue kalaupun lo ada di posisi gue.Gue yakin lo akan memilih alur yang sama".
"Apapun itu,keadaan adel begitu dirugikan".Tubuh dion menghadap satria,tatapan tajam pertama kali di lihat satria,"Menahan lapar adalah adel yang sekarang,demi apa?demi engga liat kalian berdua. Gue engga yakin lo hanya di butuhkan zella,bahkan lo santai santai aja saat adel nangis di Koridor kelas tiga".
Satria terdiam,menatap dari atas lalu lalang kendaraan melintas di perumahan nya.Kalang kabut pikiran dilanda kesalahan,bahkan di maki sekali pun oleh adik nya dia tidak berkutik.
Apa pilihannya terlalu merugikan adel?
"Otomatis lo udah melepaskan adel,biar gue mendekap dia secara tulus!".Setelahnya dion melangkah pergi untuk masuk kamar,menahan geram sekaligus menahan untuk tidak melayang pukulan pada satria.
Dengan cekatan meraih kunci motor yang tergantung disisi meja belajar,membanting pintu kamar dengan keras.Biarkan satria sendiri dikamar dion,dia harus lebih mengerti bagaimana caranya memahami seorang perempuan.
Dion turun kearah anak tangga,saat melintas ruang tamu terdapat mamih sibuk membaca buku majalah.
Terhenti kala melihat dion membawa kunci motor."Mau kemana sayang?".
Dion menghampiri dan mengecup punggung tangan mamih nha."Aku jalan dulu mih,mau cari udara seger diluar".
"Cari angin diluar,tinggal pasang kipas angin atau ac".Dion terkekeh sebagai balasan.
"jangan malem malem,sekarang hari minggu jalanan suka macet".Peringat mamih.
Dion mengangguk dan pergi tidak lupa mengucapkan salam.
Dion mengeluarkan motor sport 250 cc berwarna hitam pemberian lama dari papih saat ulang tahun ke enam belas,jarang dion pake karena jika sekolah dirinya selalu diantar jemput bersama satria.Dan dion tipekel cowok yang kurang nongkrong sana sini,jadi setiap main pun itu untuk kerja kelompok bahkan di anter oleh supir.
Namun sekarang akan menjadi hari berbeda,untuk menghindari dari omong kosong satria,dion akan menjadi mandiri dan tekad untuk malam ini adalah bertemu adel,karena di rumah begitu sesak dengan keberadaan satria,lebih baik dion membayar rindunya.
Satria semakin merasa bersalah,
dilema menjadi hal paling dibeci dirinya.Bukan kah adel akan melepaskan satria,jika hal terduga di ketahuinya.Bahkan jika benar itu terjadi adel sama saja akan berkorban kepada zella."Del jika itu benar,lo pasti akan melepas gue".Detik itu juga pipi satria dibasahi air mata,menangis adalah cara satria meluapkan emosi.
Satria meraba handphone di kantung celana,tanpa pikir panjang dia menekan tombol panggil yang tertera disana dengan tulisan adella ivannamella.
×××
Revisi lagi,yang dulu mengalaykan.
Vote juga sayang, jika sudah membaca <3
KAMU SEDANG MEMBACA
L A N G K A H A D D E L L A √
RandomTerlalu sulit untuk melupakan hal yang sudah terjadi,tapi terkadang hal untuk pergi dari sebuah kenyataan harus adel lakukan. Adel melangkah dalam keadaan sendiri, namun ada satu semesta bilang. "Gue pengen lo jadi satu satu nya gadis,yang engga ak...