×××
Mencintai seseorang harus rela berkorban,hati iklas penuh sabar menjadikan percaya diri dalam setiap hal langkah,menunggu untuk dibalas perasaan nya butuh kesabaran dalam perjuangan.
Namun semua itu membuat adel merasa orang yang paling bodoh di dunia ini, dia terlalu percaya diri mencintai seseorang.
Harapan yang di tunggu selama ini, akhirnya sia sia.Musnah seperti abu yang berlayar terombang ambing di udara,hati adel seperti itu juga.
Perkataan zella,semakin membuat adel mengerti dan sadar.Bahwa selama ini satria hanya menganggap dirinya adik tidak lebih, zella adalah gadis yang dicintai satria sekarang.
Harus berapa lama adel terjebak dalam masalah klise namun rumit?bukan sekedar cinta tapi batin adel seolah tersiksa.
Tidak ingin terjebak dalam dimensi cinta rumit,adel menepis pikiran pikiran yang seharusnya tidak perlu dipikirkan.Untuk saat ini adel hiraukan dan membuka pintu utama untuk meng cek siapa orang yang datang malam-malam begini untuk menemui dirinya.
Lelaki berdiri membelakangi adel, sontak menoleh saat mendengar pintu terbuka lebar,saat adel terkejut lelaki itu tersenyum penuh arti."selamat malam!".Kata pertama yang diucapkan dion.
"Ngapain lo?".Bukan nya membalas sapaan dion,adel justru bertanya seolah dion mahluk halus yang tiba tiba nonghol.
"Kebetulan lewat,yaudah mau ajak lo jalan".
Adel semakin cengo."Sejak kapan rumah lo bisa searah sama gue?".
" Sejak gue mau niat ajak lo jalan".
"Lo sehat kan dion?,"adel mendekat hanya untuk memeriksa kening cowok itu.
Dion menepis telapak tangan adella dengan pelan,"gue sehat del,mau ga?".
"Duh dion kenapa baru sekarang sih lo ajak gue kaya begini,apa baru nyadar yah cewe secantik gue,perlu lo ajak jalan?".Adella mengibas rambut diikat satu itu.
Dion hanya terdiam sebari tersenyum tipis,bahkan dalam hati adel sepuluh kali lipat lebih cantik saat tidak memakai baju sekolah."Mau ga?kalau engga gue mau-
Adel memotong omongan dion."Iya gue mau".
Awalnya adel ingin sedikit lebih lama menggoda dion,namun niat nya urung saat melihat satria sedang berjalan santai menuju teras.Tanpa pikir panjang adel segera menarik pergelangan dion cepat, lebih cepat lebih baik untuk menghindari keberadaan satria.
"Lho engga mau ganti baju dulu gitu".Heran dion,lelaki itu belum menyadari keberadaan kakaknya.
"Engga liat,tanpa tersadari gue memakai baju yang engga malu maluin".
Menghindar adalah keharusan untuk adel sekarang,mengingat dimana satria menelepon adel.Takut hubungan ka zella sedikit renggang, gara gara itu terjadi.
Dion baru menyadari keberadaan satria,pergelangan di tarik adel kini dion lepas,sengaja merangkul pundak adel secara erat.
Adel terkejut, dion hiraukan.
Sengaja, biar satria menyesal melepaskan adel begitu saja.
Apa yang dilihat adel,satria seolah tidak perduli dengan pemandangan itu.
"Malam del".Senyum dulu yang adel kagumi,tapi tidak lagi untuk sekarang.
Adel membalas dengan senyuman kecil,entah kenapa rangkulan dion membuat adel tidak gugup." Malem juga ka satria".
"Mau kemana malem malem begini del?".Satria bertanya walaupun sedikit gugup.
Sambil melepaskan rangkulan dion, adel menepuk pelan punggung dion." Engga tahu dion mau ajak aku kemana ka",kata adel tidak lupa setiap kalimat nya diciptakan senyuman.
Dion mengepalkan tangan berusaha menahan geram,kala satria masih bersikap perhatian seperti tidak terjadi apa apa antara mereka.
Dengan begitu dion membawa tangan adel pada gengaman nya,sekaligus menatap tajam ke arah satria."Tujuan lo ke sini ketemu ka zella kan?".Satria mengangguk kaku.
Setelah mengucap nada tidak bersahabat itu,dion secepatnya membawa pergi adel.
Dan adel tidak lepas menatap wajah dion,gengaman tangan dion membuat adel mengerti bahwa api di bales dengan api rasanya begitu ketara dengan rasa sakit,tersadar akan hal itu adel merasa dia bukan lagi gadis tersakiti.
Adel tersenyum lebar membalas gengaman dion yang terasa hangat."Makasih yah".
"Soal?".
"Sakit hati gue berkurang karena ada lo".
×××
KAMU SEDANG MEMBACA
L A N G K A H A D D E L L A √
RandomTerlalu sulit untuk melupakan hal yang sudah terjadi,tapi terkadang hal untuk pergi dari sebuah kenyataan harus adel lakukan. Adel melangkah dalam keadaan sendiri, namun ada satu semesta bilang. "Gue pengen lo jadi satu satu nya gadis,yang engga ak...