Sepuluh

170 5 0
                                    



DUUAAARRRR

Suara petir yang diiringi oleh mulai datangnya rintik hujan membuat Dasha menaikkan jaket dipundaknya ke atas kepala. Disekitar Dasha tidak ada tempat untuk berteduh walaupun sedikit, membuat seluruh tubuh Dasha semakin lama semakin basah karena hujan yang semakin deras.

"Aduh... yah... hujan beneran lagi." Dasha berusaha untuk mengambil hp di tasnya dan mencoba untuk menyalakan hp yang sudah tidak mungkin menyala kembali karena sudah kehabisan daya.

DUAAARRR

"Aaaaaa.... mamahhh...." Dasha merasa takut dan teriak dengan keras.

"Gue masuk ke rumah dia aja kali ya?. Ih... tapi masa gue ke rumah dia sih...."

DUAARRR

"Aaaaaa...." teriakan Dasha kali ini membuat kakinya berlari menerobos masuk ke dalam rumah Samudra.

Dasha berhenti setelah melewati pintu masuk rumah Samudra.

Samudra sedang duduk di ruang tamu sambil membaca buku komik yang baru saja ia beli saat arah pulang setelah bertemu Stephanie.
Mendengar langkah kaki yang terburu - buru dan suara pintu yang terbuka, membuat Samudra melihat ke arah pintu masuk rumahnya.

Disana telah berdiri seseorang yang dari tadi sudah di tunggu olehnya, karena khawatir kalau tetangganya itu akan basah kuyup terguyur hujan deras. Tapi semua yang ditakutkan Samudra sudah seratus persen terjadi pada tetangganya itu, Dasha datang dengan air dari bajunya yang menetes ke lantai rumah Samudra . Membuat Samudra merasa bodoh sendiri, Samudra enggan untuk menyuruh Dasha benar - benar masuk ke dalam rumahnya karena takut Dasha menolak mentah - mentah, padahal Samudra hanya ingin menolong Dasha. Dasha pun enggan untuk cepat menerima tawaran Samudra, karena gengsi dengan Samudra yang sudah sering Dasha abaikan demi mengikuti kata Kak Devan.

"Mandi lo?." Samudra membuka percakapan itu sambil berjalan ke arah Dasha.

"Hujan tau." Dasha menjawab ejekan Samudra dengan mata yang lurus ke depan dan bibir yang cemberut. Membuat Samudra tersenyum untuk ketiga kalinya di bulan ini.

"Siapa bilang banjir bandang, duduk! Gue ambilin handuk." Samudra pergi ke dalam kamar mandi untuk mengambil handuk.

"Dashaaaaa....!!!!!!" Samudra kembali dari kamar mandi dan meneriaki Dasha karena melihat Dasha yang duduk di lantai dengan kaki yang sepatunya sudah dilepas dan kaki yang sudah diluruskan.

"Kenapa sih lo, gue ga budeg LOHAAAANN!!." Dasha membalas meneriaki Samudra karena tidak terima diteriaki Samudra yang mengagetkan Dasha.

"Lo yang ngapain, itukan dingin nanti kalo lo masuk angin gue yang disalahin. Bangun lo!." Dasha bangun dari duduknya.

"Gue nyuruh lo duduk di sofa bukan di lantai." Samudra melempar handuk ke kepala Dasha, membuat tubuh Dasha sempoyongan ke belakang. Samudra mengambil alat pel untuk mengepel lantai yang basah.

"Ya nanti kalo gue duduk disana, sofa lo ikutan basah lah."

"Udah, lo jangan banyak ngomong." Samudra mengepel air hasil tetesan baju dan lantai yang diduduki Dasha.

"Yang bersih ya Ijahhhh...." Dasha malah meledek sang pemilik rumah sambil mengipas - ngipas kan wajahnya menggunakan buku yang hanya terlihat sendirian di atas meja ruang tamu itu. Samudra hanya diam fokus mengepel lantai, percuma saja dia menjawab ejekan Dasha, sudah cukup dia banyak berbicara pada Dasha yang hanya membuang energinya, mungkin hanya kepada Dasha Samudra bisa berbicara panjang setelah terakhir berbicara panjang bersama 'dia'.

Setelah selesai mengepel, Samudra kembali datang untuk duduk di tempatnya semula.

"Dashaaaaa....!!!!!!." Teriakan Samudra yang lebih keras ini membuat Dasha menutup kedua telinganya. Samudra buru - buru mengambil buku yang ada di tangan Dasha, karena itu adalah buku komik yang tadi dibeli Samudra.

"Lo tuh ya!." Ah sudahlah, Samudra sangat dibuat lelah oleh kelakuan Dasha yang menambah beban di pandangannya setelah bertemu Stephanie. Bayangkan saja, kelakuan Dasha ini membuat mindset Samudra berpikir Dasha satu - satunya cewek yang sengaja ingin membuatnya geram.

"Kenapa sih, salah mulu gue. Gue pulang ajalah." Dasha baru saja berdiri.

DUAAARRR

"Aaaaaaa...." Dasha berlari memeluk Samudra dengan erat.

Samudra yang kaget dengan gerakan tiba - tiba Dasha itu, mengangkat kedua tangannya dengan posisi jari tangan yang terbuka menghadap ke depan seperti orang yang sedang ditodong penjahat.

"Mamahhh...." Dasha merengek di pelukan Samudra dengan mata yang terpejam. Samudra menurunkan tangannya menjadi sikap sempurna.

Sadar dirinya telah memeluk Samudra selama sekitar lima menit, Dasha langsung melepas mundur pelukannya dari Samudra.

"Hehe...." Dasha membuat wajahnya terlihat berusaha untuk tidak terjadi apa - apa.

"Udah?." Samudra menaikkan sebelah alisnya.

"Gue ga cari - cari kesempatan ya, tadi gue reflek aja." Dasha mengelak untuk menyelamatkannya dari reflek yang memalukan itu.

"Gue ga bilang lo cari - cari kesempatan." Samudra hanya santai karena mengerti maksud dari Dasha yang hanya ketakutan, tapi sengaja untuk membom Dasha agar dia semakin malu dengan kelakuannya sendiri.

"ih...." Dasha berlari pergi keluar dari rumah Samudra dengan masih menggunakan handuk tanpa menggunakan sepatu yang tertinggal di rumah Samudra.

Di depan rumah Dasha sudah ada mobil papahnya yang bertanda bahwa orang tuanya sudah pulang dari acara kantor.

"Terimakasih mamah papah, untung kalian pulang, aku jadi ga lama - lama disini." Dasha berlari masuk ke dalam rumahnya.

- RUMAH DASHA  -

"Mamahhh..." Dasha masuk ke dalam rumah.

Mamah dan papah Dasha yang masih duduk di ruang keluarga, mulai menginterogasi anak bungsunya itu.

"Dasha, darimana kamu? Kenapa hp kamu ga aktif? Terus itu handuk siapa yang kamu pake? Sepatu kamu kemana? Kamu ga pake sepatu?...."Mamah melontarkan seribu pertanyaan untuk menginterogasi Dasha. Ini yang selalu dilakukan mamah Dasha untuk menjaga anaknya ketika pulang terlalu malam, karena sekarang sudah jam sebelas malam.

Pertanyaan interogasi mamah membuat Dasha tidak bisa berkata - kata. Lagipula, apa yang harus Dasha katakan saat dia ketahuan dari rumah cowok yang dirumahnya hanya ada dia berdua, walaupun hanya sebentar dan tidak terjadi apa - apa. Iya, tidak terjadi apa - apa. Hanya kejadian reflek yang memalukan bagi Dasha.

"I...itu mah. Rumah Elen." Dasha terpaksa berbohong, karena dipikirannya hanya ada Elen yang masuk akal untuk diceritakan kepada orang tuanya, dan Dasha juga sangat takut kalau dia bilang habis dari rumah Samudra tetangga barunya yang juga teman sekolahnya maka, Kak Devan yang akan bergantian untuk menginterogasi Dasha.

"Oh.... pantes tadi mamah liat mobil Elen juga udah ada didepan."

"Hehe... iya mah."

"Yaudah, kamu ke kamar ganti baju terus tidur ya."

"Iya mah."

Dasha pergi ke kamar yang berada di lantai dua.

***
Maaf banget saya gatau bunyi gemuruh petir tuh gimana :v

Jangan lupa tinggalkan jejak vommentnya ya :)

DASHARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang