Empatbelas

137 7 0
                                    



Samudra masih duduk di depan ruangan Dasha, menatap lurus ke depan dengan kedua tangan yang ia taruh di atas kedua pahanya. Posisi telapak tangan yang berada di atas, membuat darah yang masih belum dibersihkan semakin kering dengan luka yang nampaknya sangat parah.

Seorang suster menghampiri Samudra.

"Maaf mas, tangannya tidak dibersihkan? Sepertinya lukanya dalam, jika tidak cepat dibersihkan bisa infeksi mas." Suster itu khawatir karena keadaan Samudra yang sudah seperti hidup segan mati tak mau.

Sementara Samudra masih diam menatap lurus ke depan dan mata yang merah pertanda kemarahan yang mendalam, namun bercampur air mata.

Melihat Samudra yang tidak bergeming, suster itu merasa takut dengan mata Samudra yang sekarang meliriknya sangat tajam. Suster itu memilih pergi meninggalkan Samudra.

- - - - - - - - - - - - - - -

"Sha? Kenapa kamu belum sadar juga Sha?." Devan memperhatikan wajah Dasha, disana Devan merasa dirinya telah gagal menjaga Dasha.

"Sha, kenapa kamu ga nurut sama kakak, kenapa Sha?." Devan bertanya pada Dasha yang masih belum sadar.

Hp Deva berbunyi,Devan mengelap sisa - sisa air mata yang ada di wajahnya.

Panggilan masuk : Mamah

Devan : "Halo mah?."

Mamah : "Halo sayang, kamu kok belum tidur? Ini kan sudah jam dua pagi?."

Devan : "Mamah sendiri kok belum tidur?."

Mamah : "Iya, mamah kebangun karena mimpi buruk, tiba - tiba inget kalian. Tapi, mamah telepon Dasha kok ga bisa dihubungi ya? Kalian baik - baik ajakan?."

Pertanyaan itu seperti menampar Devan, Devan menoleh melihat Dasha yang terbaring sambil menguatkan diri agar suaranya tetap stabil didengar oleh mamahnya, berusaha terlihat seperti tidak terjadi apa - apa. Jika orang tuanya tahu Dasha masuk rumah sakit, Devan takut kalau akan terjadi sesuatu yang lebih fatal lagi didalam keluarganya. Mengingat Devan yang keluar ke rumah pacarnya dan Dasha yang keluar sendirian sampai tengah malam.

Devan : "Tenang aja mah, aku juga kebangun waktu mamah telepon, mamah jadi pulang pagi ini?."

Mamah : Iya Van, mamah telepon kamu juga karena mau ngasih tau kalau urusan mamah dan papah disini masih ditunda, partner kerja kami yang nunda, jadi besok baru bisa ketemu. Gapapa ya?."

Devan : "Oh iya mah, gapapa." Devan sangat bersyukur mereka tidak jadi pulang pagi ini sambil menunggu Dasha sadar.

Mamah : "Yaudah, kamu tidur ya. Pagi ini kan sekolah, nanti kesiangan."

Devan : "Oke mah, Bye."

Mamah : "Bye sayang."

Devan tidur di samping tempat tidur Dasha. Dia tidak memerdulikan Samudra yang masih berada di depan, dia juga tidak mau membahas masalah yang menimpa Dasha, dia ingin menunggu sampai Dasha sadar.

- - - - - - - - - - - - - - -

Samudra tertidur di bangku depan ruangan Dasha.

- PAGI HARI -

Waktu sudah menunjukkan pukul tujuh pagi, hari ini adalah Hari Senin, Devan yang sudah memiliki niat tidak akan pergi ke sekolah itu masih tertidur tenang di samping Dasha. Begitupun dengan Samudra yang juga tidak sedikitpun bergerak dari tempat duduknya.

"A" Dasha membuka matanya, memegang kepala yang terasa sangat berat dan matanya yang masih tidak fokus untuk melihat.

"Kak Devan." Dasha melihat Devan yang masih tertidur sambil memegang tangan Dasha.

DASHARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang