Dua

448 11 3
                                    



"Len. Kenapa lo narik gue sih?." Dasha kesal kepada Elen, hukan karena teriakannya. Tapi, Dasha malu karena hanya kata dada yang bisa diucapkannya. Kata itu cukup seratus persen membuat Dasha sangat malu kepada cowok yang baru saja menyerempetnya tadi pagi.

"Eh Sha, kalo gue ga tarik lo. Mau jadi perkedel lo." Elen balik melontarkan kata - kata kesal kepada Dasha.

"Ngapain gue takut sama dia, liat nih kaki gue udah mau biru." Dasha memperlihatkan kakinya yang memang belum diobati dari pagi.

"Sha. Lo inget dong, disini itu masih ada Kak Devan. Kalo lo ketahuan bikin masalah, nanti lo berdua dikeluarin lagi mau? Ini udah kelas 12 Sha aduh nggak deh Sha, mumpung gue masih bisa ingetin lo mendingan lo nurut sama gue."

———————-

Kriiinggggggg . Bunyi bel menandakan jam pulang sekolah.

"Sha. Sorry banget ya gue udah ada janji sama nyokap gue langsung ke restorantnya." Kata Elen tidak enak kepada Dasha karena tidak bisa pulang bareng Dasha yang juga tidak dijemput oleh Devan karena Devan ada urusan.

"Oh.. yaudah gapapa gue naik ojol aja." Dasha memang sering memesan ojol jika dirinya tidak ada yang mengantar atau menjemputnya.

"Lo hati - hati Sha kalo ketemu tuh cowok lari ya inget lari." Kata Elen memperingatkan.

"Iyaa.. udah sono lo berisik."

Dasha berdiri dihalte sekitar lima belas meter dari sekolahnya sambil memainkan hp untuk memesan ojol. Tiba - tiba berhenti sebuah mobil yang tidak asing bagi Dasha beserta dengan goresan yang telah ia buat hari ini. Seorang cowok keluar dari mobil itu. Baru saja Dasha ingin mengambil langkah, tapi tangannya sudah digenggam oleh tangan cowok itu.

"Lepasin! Siapa sih lo? Mau ngapain? Gue bilangin bapak gue lo!" Cowok itu masih diam.

"Ihh..." Dasha menginjak kaki cowok itu tapi cowok itu tidak bereaksi apa - apa dan masih mengenggam tangan Dasha.

"Lo kan?." Cowok itu akhirnya bicara, tapi malah berujung mengesalkan.

"Ha? Lohan?." Dasha mengejek ejaan kata dari cowok itu sambil membuat ekspresi bingung, padahal ia mendengar dengan jelas suara cowok itu yang mengatakan lo kan, hukan lohan.

"Lo kan yang udah nendang mobil gue?." Cowok itu mulai kesal.

"Ha? Lohan nendang mobil lo? Nih." Dasha membuka aplikasi maps untuk mensearching

"RUMAH SAKIT JIWA TERDEKAT".

"Maksud lo apa?!!." Bentakan dari cowok itu membuat Dasha kaget.

"Ini gue kasih lo arah ke rumah sakit jiwa. Kenapa sih lo melototin gue terus? Bukannya lo nanya gue? Nih gue jelasin ya! biasanya orang minggirin kendaraan terus nyamperin orang di pinggir jalan itu ya buat nanya jalan, terus tiba2 lo nanyain lohan nendang mobil kan berarti lo ga waras. Ya lo pikir aja, mana ada ikan punya kaki? Aneh ya. Terus lo udah gue kasih maps arah jalan ke rumah sakit jiwa juga malah melototin gue. Salah gue dimana ha?." Dasha menaruh kedua tangannya di pinggang seolah menantang cowok itu.

"NANTANGIN LO!!." wajah cowok itu semakin mendekat ke wajah Dasha. Sekarang mereka telah berdiri berhadapan tetapi, genggaman tangannya sudah terlepas.

Dasha melirik ke nametag yang berada di seragam cowok itu bertuliskan nama S A M U D R A

"Oh.... namanya Samudra. Untung nametag gue masih dijait hahaha" suara hati jahat Dasha mulai bangkit

Melihat cowok yang bernama Samudra itu semakin ingin mengeluarkan bola matanya. Dasha berusaha untuk menenangkan dirinya.

"He he... galucu ya. Sorry.... Santai santai." Dasha mundur sedikit demi sedikit sambil menaik turunkan tangannya menandakan untuk cowok itu bersabar.

DASHARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang