Wajah Samudra semakin memerah. Dia menahan marah. Karena apa yang dia takutkan telah terjadi. Dan dia membenci hal itu. Buruk, akan ada hal buruk yang terjadi lagi di kehidupannya setelah kejadian di satu tahun yang lalu. Tapi kali ini dia hanya berusaha menonton karena menurutnya perbuatannya kali ini belum melangkah jauh.Samudra kembali masuk ke dalam kelasnya, dia ingin mendinginkan otak yang sedari hari pertama kembali ke sekolah masih saja belum siap untuk menyiapkan hati, otak dan dirinya menghadapi semester akhir di sekolah milik ibunya ini.
Samudra Arguino Vales, cowok kelahiran 3 Juni. Anak satu - satunya dari keluarga Vales yang memiliki perusahaan bernama Vales Company, perusahaan yang bergerak di bidang advertising yang dipimpin oleh ibunya. Selain itu, ibunya juga menjadi kepala sekolah di SMA Citra Bangsa karena, SMA Citra Bangsa adalah sekolah yang dibangun oleh keluarga Vales sejak papih Samudra mulai merintis perusahaan. Papih Samudra sudah meninggal, karena suatu hal yang tidak pernah diketahui oleh publik dan membuat hubungan antara Samudra dan Mommynya menjauh.
Dulu, Samudra adalah sosok cowok yang sangat humble kepada semua orang dan punya banyak teman. Tapi setelah kejadian di satu tahun yang lalu, semuanya mengubah dunia menyenangkan Samudra menjadi dunia yang tidak memiliki kehidupan. Ibunya yang biasa dipanggil mommy oleh Samudra, sudah tidak bisa membujuknya lagi untuk melupakan kejadian - kejadian di masa lalu karena ia pun sudah jauh dari anak satu - satunya itu.
Dasha tidak menghiraukan wajah Samudra yang sebenarnya dia tahu kalau Samudra sedang marah, sangat terlihat jelas. Dia memasuki kelas dengan kaki yang berjingkrak dan meloncat - loncat seperti anak kecil.
"Eh Sha lo darimana ?." Elen menyapa Dasha yang baru saja kembali masuk ke kelas setelah Dasha meninggalkan obrolan yang dimulai oleh Ken.
"Kamar mandi." Dasha menjawab dengan wajah yang polos dan kaki yang masih berjingkrak - jingkrak.
"Sha, lo kenal sama cowo tadi?." Elen bertanya dengan hati - hati.
"Nggak." Dasha masih menganggap kejadian tadi hanya angin lewat. Dasha mengambil snack yang ia beli di supermarket saat berangkat sekolah. Wajar saja, anak cewek yang satu ini selalu menyetok snack setiap berangkat dan pulang sekolah. Itu karena supermarket hanya berjarak satu km dari rumah Dasha, tepatnya didepan pintu gerbang komplek rumah yang membuat Dasha tidak pernah malas untuk membeli snack setiap harinya.
"Sha." Elen memulai kembali, dia merasa takut untuk menanyakan ini karena melihat respon Dasha yang terasa dingin kepada Ken. Padahal, saat Elen berkenalan dengan Ken, dia merasa Ken hanya cowok yang biasa - biasa saja.
"Hmm..." Dasha hanya berdehem karena masih memakan snack yang dipegangnya.
"Lo kenapa gamau jawab cowok tadi?." Elen masih penasaran.
"Gue gakenal Elleeeeeennnnnn." Dasha menekankan nama Elen karena geram dengan pertanyaan yang terus saja ditanyakan padahal jawabannya sama semua.
"Tadi dia minta nomer lo tuh."
"Ha? Ngapain lo kasih sih??Dasha dengan cepat menengokkan kepalanya kearah Elen berada.
"kasian sha udah ganteng, keren, kelas 12 A. Eh malah lo cuekin. Guekan gatega." Dasha memejamkan matanya dan menarik nafasnya karena menahan geram pada sahabatnya ini.
"Woy. Ada ribut woy!!." Seorang anak cowok itu berlari ke dalam kelas dan berteriak yang membuat seisi kelas 12B langsung berhamburan keluar untuk melihat apa yang sedang terjadi.
Terlihat ditengah lapangan terdapat dua orang cowok yang sedang berkelahi dengan wajah yang sama - sama masih bersih dan belum terlihat ada yang babak belur. Hal itu menandakan bahwa mereka baru saja memulai perkelahian.
"Sha ayo liat!!." Elen menarik paksa Dasha karena Dasha tidak tertarik untuk melihat kejadian yang menurutnya hanya membuang - buang waktu dan energi.
"Yaelah, orang berantem lo liatin. Kurang kerjaan banget sih lo."
"Ayo sha, kita main game. Nanti lo pilih satu gue satu, yang menang traktir makaaaann." Akhirnya Dasha mau untuk diajak Elen menonton perkelahian di lapangan.
- DI LAPANGAN SEKOLAH -
"Gue tau maksud lo, jadi mendingan lo pergi dari hidup gue ga cukup lo udah bikin dia menderita ha?."
"Sha. Itukan Samudra sama cowok yang tadi pagi siapa deh namanya... oh iya Ken." Elen menunjuk ke arah cowok yang sekarang berada di lapangan.
"Hahaha... lo suruh gue pergi? Harusnya lo yang pergi. Gara - gara lo gabisa jagain dia..." Ken berusaha untuk membela dirinya dan mengungkit masa lalu Samudra
"Diem lo." Samudra akhirnya meninju wajah cowok itu untuk pertama kalinya dan menarik baju Ken.
"Gue tau Sam lo tuh sebenernya cuma manfaatin keadaan biar orang - orang gabakal nyalahin lo karena lo anak kepsek." Ken kembali memancing emosi Samudra, dia tahu tentang semua masa lalu Samudra yang membuat Samudra sangat marah jika diungkit kembali.
"Tau apa lo, lo cuma bisa manas - manasin orang disekitar gue dan bikin gue yang salah!!."
"Lo punya bukti kalo gue yang salah?." Sekarang giliran Ken yang meninju wajah Samudra.
Dasha yang tidak tahan melihat baku hantam itu memutuskan untuk pergi dari lapangan karena dia juga baru mengenal dua cowok itu.
"Kenapa gue bisa kenal mereka berdua ya ?." Dalam hati Dasha bergumam.
"Sha lo mau kemana, sini dulu game nya belom kelar. Lo pilih siapa ? Gue Ken aja ah...." Elen sangat tertarik dengan permainan ini.
"Gue mau MAKAN." Dasha membalikkan tubuhnya hendak meninggalkan area lapangan, baru saja melangkahkan kakinya, dia mendengar namanya disebut dan membuat Dasha kembali menoleh kearah tengah lapangan lagi.
"Gue tau maksud lo deketin Dasha!!." Samudra semakin meninggikan suaranya, mungkin sudah terdengar sampai lantai tiga.
"Sha kok nama lo disebut?" Elen menanyakan hal yang Dasha saja tidak tahu apa maksudnya.
"Gue? Deketin Dasha? Elo yang deketin Dasha duluan! Ngapain? Lo pengen ada korban lagi ha?." Ken mengejek kata - kata itu didepan wajah Samudra. Mendengar kata - kata "korban" membuat Samudra kembali meninju Ken lagi.
"Gue minta lo jangan ganggu Dasha!." Samudra kembali memperingatkan Ken yang masih dengan wajah shock-nya.
Dasha berlari ke tengah lapangan. Bukan, dia tidak ingin membela siapapun. Dia hanya tidak terima karena mereka hanya meributkan sesuatu yang melibatkan namanya padahal, Dasha saja tidak melakukan kesalahan apapun.
"Gue gabakal ganggu Dasha kalo lo ga ganggu dia hahaha. Lo yang duluan gangguin dia Samudra!." Samudra hendak meninju Ken untuk ketiga kalinya. Namun Dasha sudah berdiri dengan mata yang melototi Samudra, memasuki celah antara Samudra dan Ken yang hendak ditinju oleh Samudra. Melihat Dasha ada ditengah - tengah mereka berdua. Samudra menahan tangannya, mungkin 20 cm dari pipi Dasha.
"Apa lo liat - liat. Mau ninju gue lo, nih - nih mumpung masih mulus." Dasha menepuk - nepuk pipinya yang ada di depan kepalan tangan Samudra yang tertahan.
"Ini... ni gue deketin." Dasha berdiri dengan menjinjitkan kakinya dan mendekatkan pipinya menjadi hanya 5 cm bermaksud menantang Samudra untuk meninjunya.
Kumpulan anak - anak yang berada di tengah lapangan hanya menahan tawa karena adegan tersebut sangatlah langka, tidak seperti dulu saat mereka berdua bertengkar mungkin hampir sudah hampir tidak ada nyawa.
Akhirnya, Samudra terpaksa melanjutkan tinjua tangannya dipipi Dasha dengan tidak menggunakan sedikitpun tenaga. Bisa dibilang hanya menyentuh pipinya. Melirik ke arah cowok dibelakang Dasha yang sekarang menampakkan wajah songongnya ke depan Samudra. Samudra kembali melirik ke arah Dasha. Dasha hanya menodong matanya yang hampir keluar. Samudra pun memilih untuk pergi meninggalkan lapangan.
***
Jangan lupa tinggalkan jejak vommentnya ya :)
![](https://img.wattpad.com/cover/211072445-288-k121028.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
DASHARA
Teen FictionDashara Zienna Giovano, anak perempuan satu - satunya dari keluarga Giovano. Cantik dan juga pintar, kehidupan sekolahnya sangat menyenangkan bersama Elen, sahabatnya. Tapi sejak semester terakhirnya di SMA dimulai, semuanya berubah menjadi kacau. B...