Duapuluh empat

218 10 18
                                    



- DEVAN -

Saat bel pulang sekolah berbunyi, Devan masih sibuk dengan pemikiran - pemikirannya tentang Dasha, apalagi berhubungan dengan pembicaraan Samudra dan Stephanie di kelas tadi. Melihat Samudra pergi dengan cepat, dia memutuskan untuk mengajak Roy dan Toni berdiskusi tentang misinya untuk mencari musuh yang sedang dicari - cari oleh mereka. Dan membiarkan Samudra pergi duluan entah ingin kemana.

"Roy, Ton." Devan menghampiri bangku Roy dan Toni yang berada tepat dibelakang mejanya.

"Van, bisa gak kalo manggil kita berdua itu nama gue dia dulu baru gue." Protes Roy kepada Devan sambil menunjuk Toni yang dimaksud "dia" oleh Roy.

"Yaelah, masalah manggil doang." Kata Devan kesal dengan protes Roy yang hanya masalah sepele baginya.

"Tau, emang kenapa si?." Kata Toni menanggapi.

"Roy, Ton. Kalo orang yang salah denger kan bisa jadi ROY TOON. Gamau lah gue." Jelas Roy dengan penekanan.

"Huuu... emang bener kalee...." Kata Toni keras meledek Roy.

"Kunyuk!." Roy membalas.

"Yaudah, Ton Roy!." Ulang Devan mengalah dengan protes dari Roy.

"Apa?." Roy dan Toni menjawab bersamaan.

"Tadi gue denger, Stephanie marah - marah ke Samudra kalau dia gak suka Dasha deket sama Samudra." Devan menjelaskan panjang lebar kalau dia mendengar semua percakapan antara Stephanie dan Samudra di kelas.

"Terus?." Kata Roy.

"Gue jadi curiga, kalau sampe sekarang Stephanie aja masih berharap dan ngejar - ngejar Samudra. Enggak menutup kemungkinan dong kalau cewek yang deket sama Samudra, akan dia singkirin?." Kata Devan lagi.

"Oh... bener - bener. Masuk akal tuh Van." Jawab Toni antusias.

"Jangan - jangan...." Roy mulai berspekulasi dengan pemikirannya.

"Apa?." Kata Devan.

"Dia juga yang...." Roy melanjutkan spekulasinya tapi hp Devan tiba - tiba bergetar.

DRRT....DRRT....DRRT

"Bentar - bentar." Devan mengangkat teleponnya yang ternyata dari Angel, pacarnya.

Devan : "Iya, Ngel."

Angel : "Van, besok ketemu yuk. Kan kamu libur."

Devan : "Hmm...oke. Aku jemput siang ya."

Angel : "Oke."

Devan menutup panggilan telepon itu.

"Pacar lo?." Tanya Toni.

"Iya, eh gue pulang duluan ya. Gue lupa kalo adik gue gamasuk. Gue mau nanyain dia dulu. Nanti masalah ini kita omongin lagi." Devan bergegas keluar dari kelas.

Setelah Devan pergi, Roy dan Toni masih melanjutkan percakapan mereka.

"Roy, dari dulu gue emang curiga sama Stephanie sih. Lo inget kan waktu meninggalnya 'dia' itu, bokapnya Samudra kena serangan jantung pas dapet kabar dari Stephanie? Masa bisa barengan gitu kan kejadiannya? Aneh gak menurut lo." Toni menuangkan pikirannya pada Roy yang masih memperhatikannya bicara.

"Iya nyuk, gue juga sempet mikir gitu. Tapi yang gue bingung, si Samudra masa ga mikir gitu sih?."

"Ah, puyeng gue mikirin Samudra. Samudra aja kaga mikirin kita wakakak...." kata Toni tertawa sendiri.

"Yaudahlah, bantu temen kaga ada ruginya. Kecuali ngutang, rugi dah buat kita haha.... ayolah pulang, mau nginep lo." Roy menarik baju bagian belakang Toni dengan kasar, membuat Toni yang tidak siap dengan tarikan itu terjatuh ke lantai.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 17, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DASHARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang