Sembilanbelas

87 5 0
                                    



"Devan, sarapannya dihabisin dulu dong." Mamah menegur Devan yang beranjak bangkit ingin pergi ke sekolah dan tidak menghabiskan sarapannya.

"Aduh mah, aku lupa belum kumpulin tugas yang harus dikumpulin tepat jam tujuh. Bilang Dasha mah aku duluan, pah tolong anter Dasha ya." Kata Devan setelah meminum susu vanila setengah gelas.

"Eh, tapi inget ya. Nanti pulang sekolah jemput kakak di stasiun." Kata mamah mengingatkan Devan untuk menjemput Kak Daniel yang akan pulang setelah tugasnya di Bandung selesai.

"Iya mah." Devan pergi keluar dari rumah.

"Papah ada rapat Van." Papah berteriak tetapi sepertinya Devan tidak mendengarnya.

"Dasha kok belum turun juga ya pah?." Mamah heran karena tidak biasanya Dasha begini.

"Papah berangkat dulu ya mah, Dasha suruh naik ojol aja ya." Papah mengatakannya sambil memakai jas kantornya.

"Iya pah." Mamah mengantar Papah ke depan pintu rumah.

AY AY AY I'M YOUR LITTLE BUTTERFLY
AY AY AY I'M YOUR LITTLE BUTTERFLY
AY AY AY I'M YOUR LITTLE BUTTERFLY

Suara dari hp Dasha yang berbunyi di jam enam lewat empat puluh lima menit itu membangunkan Dasha yang dimulai dengan menggeliatkan tubuhnya. Dasha meraih hpnya di nakas.

"Aduh, soundtrack apalagi sih ini?." Dasha mematikan bunyi hpnya dan menaruh kembali tanpa bangkit untuk bangun dari tempat tidur.

Dasha terlalu lelah untuk berangkat sekolah, karena kejadian kemarin apalagi jika nanti harus bertemu Samudra, Stephanie atau orang - orang aneh lainnya seperti Ken.

"Kak Devan, awas ya! Tiap hari ganti alarm aku terus" umpat Dasha sambil memejamkan matanya kembali.

"Hah? ALARM?." Dasha melotot kaget dan langsung bangkit meraih hpnya kembali.

"Mampus? Eh maap. Hah? Jam segini. Aduh, Mamaaaaahhhhh." Dasha loncat dari tempat tidurnya dan masuk ke kamar mandi.

"Itu anak, kenapa lagi teriak - teriak bukannya turun. Inikan sudah telat." Kata Mamah yang masih membereskan piring kotor di meja makan.

Keluarga Dasha memang tidak pernah saling membangunkan tidur satu sama lain, karena setiap anggota sudah dididik disiplin dan mandiri sejak kecil oleh orang tuanya. Itu dikarenakan setiap anggota juga memiliki kesibukkan masing - masing. Apalagi dengan kondisi orang tua mereka yang sering pergi ke luar kota.

Dasha sudah selesai mandi. Tapi, Dasha masih memperhatikan seragamnya yang harusnya dipakai lagi untuk hari ini malah dirobek oleh Stephanie kemarin.

"Gila, gimana gue ke sekolah? Hari inikan masih pakai baju ini. Aduh gimana ya, bilang mamah? gawat. Bilang kakak? Gaswat." Dasha malah sibuk berpikir sendiri padahal jam sudah tepat pukul tujuh.

Walaupun jarak sekolah hanya sepuluh menit, tetap saja akan terasa lama jika ditambah dengan menunggu ojol, dan Dasha belum mengetahui kalau Devan dan papahnya sudah di tempat berbeda dengan Dasha sekarang, hingga Dasha masih sibuk memikirkan seragamnya.

"Ah, bodoamat. Pake jaket aja, disita? Hamba pasrah. Tolong jangan ambil jaket ku bapak garang kesiswaan." Doa Dasha ditengah - tengah memakai jaketnya untuk menutupi lengan yang robek.

Dasha turun dengan tergesa - gesa.

"Mah, kakak mana? Aku udah telat nih... pasti masih ngelapin motornya itu ya? Ah, kebiasaan lebih sayang motor daripada bangunin adiknya sendiri." Dasha mengatakan itu sambil berjalan mengarah ke bagasi tempat motor Devan biasa terparkir.

DASHARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang