Sebelas

156 7 0
                                    



Dasha membuka pintu kamar yang lampunya masih mati, Dasha meraba - raba tembok dan menemukan tombol untuk menyalakan lampu.

"Aaaaaa...." Dasha berteriak kaget, pada saat lampu baru saja menyala, di depan Dasha sudah ada kak Devan yang berdiri dengan tangan melipat di depan dada dan mata yang tajam mengarah kepada Dasha.

"Kaka ngapain sih?."

"Darimana kamu?." Kak Devan mengeluarkan mata tajamnya.

"Rumah Elen lah, darimana lagi...."

"Oh, rumah Elen." Devan memperlihatkan layar hp yang menampilkan layar pesan di sana yang isinya adalah percakapan Devan dengan Elen. Devan mengirim pesan untuk menanyakan keberadaan Dasha yang meminta izin untuk pergi menonton bioskop bersama Elen karena hp Dasha yang tidak bisa dihubungi.

"Oh.... itu ka." Dasha mencari - cari alasan baru yang dapat menyelamatkannya dari situasi mencekam ini.

"Itu apa?."

"Tadi, pulang dari mall aku kehujanan terus aku beli handuk di supermarket depan gerbang komplek."

"Ha? Udah tau hujan bukannya beli payung malah beli handuk?." Devan merasa adiknya sudah kehilangan kewarasannya.

"Mmmm.... iya soalnya sekalian kan handuk aku udah jelek."

"Tapi ini keliatan bukan handuk baru?."

"Devan, kesini sebentar." Mamih memnanggil Devan untuk turun ke bawah, sehingga menyelamatkan Dasha dari serangan Devan yang tidak ada hentinya.

"Awas ya kamu, kakak tau ada siapa di rumah sebelah."

"ada orang yang punya rumah kan hehe." Dasha menjulurkan lidah untuk meledek Devan yang keluar dari kamarnya.

- SAMUDRA -

Mommy sudah pulang dari acara kantornya, perusahaan mommy dan orang tua Dasha bekerja sama di sebuah perusahaan yang sama dan setiap setahun sekali perusahaan ini mengadakan acara untuk perusahaan - perusahan yang bekerja sama dengannya. Mereka tidak saling mengenal, karena ini baru tahun pertama mereka bekerja sama di perusahaan itu.

"Samudra....kamu udah makan?." Mommy menyapa Samudra yang masih asik dengan komik yang sedikit basah dan lecek karena digunakan untuk mengipas oleh Dasha.

"Udah mom."

"Jam berapa?."

"Tujuh."

"Oh.... besok kan hari libur, kamu bisa ga anterin mommy belanja ke mall untuk persiapan mommy, seperti biasa tinggal dua minggu lagi kan sudah jadwal mommy untuk ke Australia selama dua bulan untuk memeriksa perusahaan disana."

Mommy memang memiliki jadwal - jadwal untuk ke luar negeri selama beberapa minggu atau bulan untuk memantau perusahaan papih di luar negeri. Hal ini memaksa Samudra untuk bisa mandiri dengan mommy nya yang sering ke luar negeri.

"Iya mom, aku anter."

"Beneran? Tumben, biasanya juga kamu nolak?." Mommy merasa heran dengan sikap Samudra yang semakin hari semakin membaik karena sedikit demi sedikit mulai menjawab apa yang ditanyakan mommy kepada Samudra. Padahal sebelumnya, mommy sering merasa sakit hati karena Samudra menjadi sangat dingin kepadanya sejak hari itu. Apa yang membuat Samudra berubah?

"Ya, kalau gamau aku anter yaudah sama pak Doni aja mom." Samudra meninggalkan ruang tamu.

"Salah ngomong lagi deh." Mommy bergumam.

- KEESOKAN HARINYA -

Dasha turun ke bawah untuk sarapan, sudah ada Mamah, Papah dan Kak Devan. Sementara Kak Daniel masih tugas di Bandung. Hari ini adalah Hari Minggu, biasanya keluarga Dasha selalu menghabiskan waktu bersama keluarga di rumah, walaupun hanya sekedar mengobrol bersama di ruang keluarga. Tetapi, sepertinya Hari Minggu kali ini mereka tidak bisa menghabiskan waktu bersama karena orang tua Dasha akan tugas di luar kota.

DASHARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang