- 4 -

538 116 442
                                    

Nata menghela napas panjang, bergeming menatap kolam renang yang berada di dalam rumah milik sepupunya, terlihat tenang dan dalam.

Lelaki itu lantas mengambil sebatang rokok dan menyulutnya dengan korek api yang ia letakkan tak jauh dari bungkus rokok yang tergeletak di atas meja. Sesekali ia menghirupnya kuat, menahannya sejenak, sebelum kemudian mengeluarkan asap rokok itu perlahan.

"Kek nggak punya semangat hidup aja tuh tampang," cibir Ezra yang baru saja datang menghampirinya tetap membuat posisinya tak bergerak sedikitpun, masih dengan rokok yang terapit manis di antara kedua jarinya.

Tak mendapati respon, Ezra lantas mengambil sebatang rokok milik Nata dari tempatnya.

Tersadar, Nata pun mengalihkan pandangannya dari kolam ke sepupunya tersebut. Lelaki itu tampak mengangkat sebelah alisnya heran. "Sejak kapan?"

Sekilas Ezra nampak berpikir berusaha mencerna maksud dari pertanyaan lelaki di seberang meja di sebelahnya. Ia pun mengangguk samar, "Sejak diputusin cewek gue," balas Ezra sekenanya yang sontak membuat Nata mencibir, "Sok sok an."

Ezra tertawa ringan.

"Satu sekolah?"

Ezra mengangguk.

Nata pun mengedikkan bahu tak acuh. Lagipula, bukan suatu keperluan untuk terlalu jauh mencampuri urusan asmara sepupunya itu.

"By the way, ntar malem ikut gue ke studio."

Lelaki itu hanya melirik sekilas. Tanpa suara ia hanya membalas dengan raut yang jelas terlihat malas.

🌱🌱🌱

"Ini udah hampir jam delapan ya, dan lo cuman main game sejak kita sampe." Ayla menggeram kesal lantaran ia merasa dipermainkan oleh lelaki yang masih setia fokus menatap layar ponsel yang dimiringkan.

"Dikit lagi," balas lelaki itu cepat sebelum sepersekian detik kemudian ia berteriak bangga lantaran ia berhasil memenangkan game yang sejak tadi dimainkannya.

Lelaki itu pun tertawa dan mengalihkan pandangannya pada gadis yang sejak tadi menggerutu kesal di depannya. Sepulang dari rumah Ayla, lelaki itu memang lantas membawa gadis itu ke rumahnya, seperti kesepakatan awal.

Dan bisa dibayangkan seberapa bosan dan kesalnya Ayla karena merasa bahwa sejak tadi Raka hanya bermain game mengabaikan Ayla yang beberapa waktu lalu ia bawa dengan alasan untuk menemaninya belajar. Meskipun Ayla sendiri tahu bahwa hal tersebut sangatlah tidak mungkin.

Tapi bagaimanapun, Ayla tetaplah kesal lantaran waktunya yang terbuang sia-sia hanya untuk mengikuti permainan bodoh dari seorang Raka.

"Gue laper," Dengan tanpa dosanya Raka berucap yang lantas membuat Ayla menatapnya tajam. "Lo mau makan apa? Gue pesenin."

"Gue mau pulang."

Raka mendongak. Ruangan itu seketika hening, menyisakan dua remaja yang saling menatap.

"Kok pulang, belom juga belajar," jawab Raka enteng.

Ayla mendesah frustasi. "Emang yakin lo bakal belajar? Gue mah dua ratus persen yakin sampe subuh pun lo nggak bakal pegang itu buku," tegas Ayla sambil mengarahkan dagunya ke arah buku latihan soal SNBT di meja.

Stolen Before FallenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang