- 7 -

359 77 335
                                    

Gerimis kembali menyapa malam Nata yang sunyi. Di balkon kamar apartemennya, ia hanya duduk seraya menyesap putung rokoknya, memandangi gemerlap cahaya lampu dari setiap bangunan yang tampak beradu ketinggian. Sesekali ia tampak memeriksa layar ponselnya, berharap sesuatu muncul dari sana. Jarinya bergerak pada ruang obrolannya bersama sang kekasih.

_____________________________________________

Maura

|Tuesday|

sayaaang
i miss u
tau ga si? aku lagi sebel sama reno :(
hari ini dia umpetin lipstick aku masaaaa
PADAHAL ITU TUH BARU AKU BELIII
BARU DATENG TADI PAGIIII
masa iya dia nyuruh aku ambil ke apart nya
kan kesel!!!

📞 Missed voice call at 7.16 pm

where r u?
r u okay?

📞 Missed voice call at 7.39 pm

hellaaawww
kemana si
aku ngambek ih

📞 Missed voice call at 8.10 pm

ARE YOU CHEATING ON ME?!!!

📞 Missed voice call at 8.15 pm
📞 Missed voice call at 8.21 pm
📞 Missed voice call at 8.30 pm

KOK DIMATIIN?!
EMANG ADA YANG LEBIH PENTING DARI AKU?!

|Wednesday|

R U SERIOUS???
WAWW
BRAVOOO

|Today|

Mau ketemu?
Besok aku jemput

_____________________________________________

Nata menghembuskan asap rokoknya perlahan. Sudah sejak tiga jam yang lalu ia mengirimi gadis itu pesan, tetapi tak kunjung mendapati balasan. Meski memang tak sebanding dengan lamanya ia mengabaikan gadis itu sebelumnya. Tak dipungkiri, bahwa ia sedikit merasa bersalah.

Merasa bosan, lelaki itu lantas menyambar kunci motornya. Ia bermaksud untuk mencari angin segar. Lagipula, gerimis yang telah mereda kini hanya tersisa rerintikan. Tak lupa, ia menyelipkan sebungkus rokok di balik jaketnya.

Tanpa sadar lelaki itu samar menarik bibir. Sedikit merasa konyol, karena sejak kejadian malam itu, jaket tersebut seperti menarik akal sehatnya untuk kembali teringat pada Ayla.

Ia sontak mendesah kasar. Bagaimana bisa kepalanya mengingat gadis lain sementara hatinya tengah mencemaskan Maura?

Jam pada layar ponselnya menunjukkan pukul 9.38 malam. Tepat pada saat itulah ponselnya bergetar panjang, memunculkan sebuah nama yang sontak membuatnya mendengus malas.

Setelah menutup rapat pintu kamar apartemennya, ia lantas menerima panggilan tersebut. Seraya berjalan menuju lift, lelaki itu menyahuti pria di seberang telepon dengan suara yang terdengar malas.

"Kenapa?"

"..."

Lelaki itu menghembuskan napasnya pelan. "Besok aku kesana," ucapnya dingin sebelum kemudian memutuskan panggilan. Kini, suasana hatinya kian memburuk setelah mendengar suara pria yang benar-benar telah menghancurkan hidupnya.

Stolen Before FallenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang