Sekali lagi Ayla tampak menatap pantulan parasnya pada cermin yang tergantung di dinding kamarnya. Bibirnya refleks memberengut. Sedikit merutuk setelah mendapati kantung mata yang samar terlihat akibat tidurnya yang tak nyenyak semalam. Bagaimana tidak, setiap ia berusaha memejamkan mata, bayangan paras Nata yang - menurut Ayla entah sejak kapan tampak - terlewat tampan itu justru muncul mengganggu upaya tidurnya. Belum lagi setiap kalimat konyol yang lelaki itu katakan cukup terngiang di kepala semalaman.
Ayla mendengkus, sebelum kemudian menghela napas pelan. Lagipula, siapa juga yang akan memperhatikannya? Jika pun ada atau bahkan sampai memberikan komentar, ia hanya cukup berdalih dengan alasan lembur bekerja semalam.
Refleks Ayla tertawa sumbang. Lebih tepatnya menertawakan diri sendiri yang entah sejak kapan menjadi begitu peduli dengan pendapat orang, terlebih terhadap penampilannya.
Tak lama, suara klakson mobil yang Ayla yakin adalah Nata itu terdengar. Ia bahkan tak mengira jika lelaki itu sungguh akan menjemputnya pagi ini. Lelaki itu bahkan sampai meneleponnya beberapa waktu lalu untuk sekedar memberitahu bahwa lelaki itu akan sampai tak lama lagi.
Sekilas, Ayla terdengar mendesis jengkel. Sebelum secara tiba-tiba ia tampak mengulum bibir menahan senyum. Tetapi itu tak berlangsung lama, setelah ia tersadar mendapati bayangan ekspresinya di cermin. Dengan segera, ia mengangkat sebelah tangan, mengibas-ngibas udara di depannya dengan gerakan mengusir. Sepertinya, ia baru saja nyaris ketempelan jin hingga tanpa sengaja mengulum senyum di bibir kecilnya yang ranum.
Setelah merasa siap, ia pun bergegas keluar. Tak lupa ia tepuk-tepuk dadanya pelan seolah berusaha menenangkan sesuatu yang terasa mulai berontak dalam dirinya. Bibirnya bahkan bergerak lucu seolah tengah membacakan suatu mantra untuk dirinya sendiri.
'Keep calm, sayang. Itu cuma si tengil Nata.'
... yang tampan.
Ayla refleks menggelengkan kepalanya kuat, sebelum kemudian menolehkan kepalanya ke kanan dan ke kiri dengan tatapan siap membunuh. Who dared to add my sentence? Merusak suasana saja. Ia menggerutu dalam hati.
Setelah berhasil keluar dan memastikan pintunya benar-benar terkunci, gadis itu lantas bergegas menuju sebuah mobil yang semalam mengantarnya pulang itu dengan ekspresi malas miliknya. Begitu ia berhasil membuka pintu penumpang samping kemudi, ia tak bisa untuk tak membeku di tempat.
Di sana, tepat di tempat dimana ia akan mengambil posisi duduk, ia melihat sebuket bunga yang tergeletak manis seolah tengah menyambutnya hangat.
"Hai!" sapa Nata seraya tersenyum lembut, membuat Ayla refleks tersadar dan bergegas kembali menutup pintu yang bahkan belum sampai semenit lalu ia buka. Refleks yang sama sekali tidak keren, pikirnya. Gadis itu menggigit kecil bibirnya gugup. Ia bahkan merasa sulit bernapas sekarang.
Apa lagi ini? batinnya merutuk.
Bersamaan dengan itu, Nata pun membuka kaca pintu mobilnya.
"Are you okay?"
Ayla kembali merutuk. Apa ia tampak seperti orang bodoh sekarang? Ia pun lantas membuang napasnya panjang. Setelah cukup merasa lebih baik, ia pun memutuskan untuk segera bergabung dengan Nata di dalam.
"Kenapa pake ada bunga segala?" protesnya seraya mengambil dan memindahkan buket tersebut ke pangkuannya.
"I bought it for you, ..." Nata berucap. " ... my geourgous princess."
KAMU SEDANG MEMBACA
Stolen Before Fallen
RomanceAyla, tanpa sengaja harus terlibat dalam hubungan yang rumit dengan Nata, seorang siswa pindahan yang seringkali terjebak dalam situasi yang kian membuatnya penasaran. Tetapi siapa sangka jika rasa penasaran yang ia miliki justru berubah menjadi ras...