"Rak!"
Seorang lelaki yang tampak sibuk memasukkan baju gantinya ke dalam loker itu sontak menoleh. Beberapa waktu lalu ia mengganti seragam sekolahnya dengan setelan seragam tim basket angkatan kelas 12 IPA. Dalam rangka perayaan hari kemerdekaan, sekolah memang mengganti kegiatan belajar mengajar selama satu pekan dengan beberapa kegiatan perlombaan antar kelas maupun angkatan.
Hari ini adalah hari dimana tim basket kelas 12 IPA akan bertanding melawan tim basket kelas 12 IPS. Secara kebetulan, ia tergabung dalam tim basket kelas 12 IPA dan mendapat giliran bertanding hari ini.
"Oi!" balasnya berseru.
"Keisha di depan," ucap Dwiki yang kini tampak bersandar pada dinding seraya mengamati Raka yang tampak sibuk memakai sepatunya.
Dwiki tentu pun menyadari ketika sekilas lelaki itu tampak mengernyit.
"Dia nungguin lo." Dwiki berkata lagi. "Kalo udah kelar, langsung aja ke lapangan. Yang lain juga udah pada ke sana."
Raka pun lantas mengangguk singkat. Dwiki yang sebelumnya tampak berbalik secara tiba-tiba kembali menatap Raka. "Gue tau hubungan lo sama Ezra nggak baik. But please, kali ini kita satu tim. Gue nggak mau tim kita kalah cuman gara-gara lo berdua," peringatnya seraya menatap Raka penuh waspada sebelum akhirnya beranjak keluar dari ruang tersebut.
Raka terdengar mendengkus malas. Teman sekelasnya itu memang terlalu banyak bicara. Lagipula, ia sama sekali tak ada niat apapun. Ia tidak sekanak-kanakan itu. Ia pun tau kapan ia harus mengesampingkan urusan pribadinya.
Kecuali jika Ezra yang terlebih dahulu mencari gara-gara dengannya.
Setelah selesai, ia pun lekas beranjak. Dahinya tampak berkerut ketika ia mendapati Keisha yang rupanya masih setia berdiri di depan ruang ganti hanya untuk menunggunya.
"Ada apa?"
Gadis itu menarik napas dalam sebelum akhirnya membuangnya kasar. Setelah mengumpulkan keberanian, ia pun memutuskan untuk menatap Raka percaya diri.
"Gue mau kita tetep lanjut."
Sebelah ujung bibir Raka terangkat. Sedikit tak menyangka jika gadis itu jauh-jauh menemuinya hanya untuk mengatakan hal yang sebenarnya tak terlalu penting untuk dibicarakan. Raka memandang gadis itu remeh, mungkin Keisha memang telah kehilangan akal hanya karena perasaannya belaka.
"Apa untungnya buat gue?"
"Lo bisa manfaatin gue, kalo lo mau."
Raka mendecih. "Ternyata lo lebih nggak waras dari yang gue kira."
Gadis itu meremas roknya pelan. Rasanya ia sudah nyaris kehilangan harga diri karena berani datang pada lelaki yang ia cintai dengan cara seperti ini.
"Lo mungkin bisa lihat gimana reaksi dia setelah lo pacaran sama gue." Keisha menelan saliva. Sebelumnya, Ia tak pernah seberani ini berbicara dengan Raka.
"Oke," ujar Raka menyetujui. "Puas?"
Gadis itu menggigit bibir. Sejujurnya ia ragu, tapi mungkin inilah kesempatan satu-satunya yang ia miliki untuk mendapatkan hati lelaki tersebut. Gadis itu lantas mengangguk. Raka yang sejak tadi hanya mengamati setiap perubahan air muka Keisha hanya menggeleng tak habis pikir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stolen Before Fallen
RomanceAyla, tanpa sengaja harus terlibat dalam hubungan yang rumit dengan Nata, seorang siswa pindahan yang seringkali terjebak dalam situasi yang kian membuatnya penasaran. Tetapi siapa sangka jika rasa penasaran yang ia miliki justru berubah menjadi ras...