"Ay ... " Salah satu dari mereka terperangah. "Lo ngapain di sini?" Lelaki itu tampak beberapa kali mengerjap, memandangi dua remaja itu bergantian.
Sejenak mereka saling hening. Ayla menelan salivanya pelan, sesekali melirik ke arah Nata yang tak kunjung membuka suara. Tanpa sadar, Ayla mengumpat dalam hati.
Sialan!
"Lo nggak tau ini kamar ganti cowok?" tanya seorang lelaki, sedikit terdengar sewot. Kali ini tentu bukan berasal dari Dwiki, melainkan Ezra yang sejak tadi pun berdiri di antara gerombolan tersebut. "Bisa baca kan di depan?"
Dwiki pun melirik Ezra cemas. Takut-takut jika lelaki itu akan kembali mengeluarkan kata-kata buruknya. Hal yang sering terjadi ketika Ezra tengah bersembunyi di balik rasa cemburunya.
"Cewek apaan yang suka masuk ke kamar ganti cowok sembarangan?"
Ezra menatap gadis itu sinis. Sekilas pun tampak melemparkan tatapan kesalnya pada lelaki yang tak lain adalah sepupunya tersebut. Hal tersebut sungguh jelas terpancar, membuat Nata pun mendengkus gerah.
"Dia cuma balikin kunci loker gue yang jatoh," jelas Nata pada akhirnya. "Stop talking shit!"
Nata pun menatap Ayla yang secara terang-terangan tampak memutar bola matanya jengah. Tanpa suara, Ia pun lantas menggerakkan kepala singkat, menginstruksikan agar Ayla segera keluar dari sana. Ayla pun menurut. Bahkan tanpa disuruh pun, Ia memang sudah berniat untuk segera beranjak.
Ia lantas berjalan keluar dengan langkah kaki yang terlihat malas. Diangkatnya jari tengah miliknya singkat, tepat ketika ia melewati Ezra yang tak kunjung melepas tatapannya. Sungguh, lelaki itu tampak seperti hendak menerkamnya hidup-hidup.
Satu persatu siswa mulai masuk. Dwiki pun lantas berjalan menghampiri Nata yang tampak sibuk melepas jersey-nya. "Serius cuma balikin kunci loker?" bisiknya pelan.
Nata yang mendengarnya lantas menghela napas. Ia tak langsung menjawab dan memilih fokus untuk kembali memakai seragamnya. Diambilnya sebungkus rokok yang sebelumnya juga ia simpan rapi di dalam loker. Setelah itu, barulah ia melirik Dwiki sekilas. "Emang lo pengen kita ngapain lagi?" balasnya sarat akan makna, yang lantas berhasil membuat mulut Dwiki ternganga kecil seraya berpikir yang macam-macam.
"Hati-hati!" ucap Dwiki berbisik, nyaris tanpa suara. "Sabtu kemaren, Ezra nggak sengaja liat mobil lo di depan rumah Ayla."
Nata sontak mengernyit, menatap Dwiki yang tampak sesekali melirik ke arah bilik cemas.
"Sepupu lo naksir berat sama tu cewek. Jadi gue saranin lo ati-ati aja kalo mau deketin Ayla mah," bisiknya lagi. "Ini rahasia. Awas kalo sampe kemana-mana, gue cekek lo. Selain temen-temen nge-band, Raka doang yang tau," peringatnya pelan setengah mengancam.
"Mending lo cari cewek lain aja, Ayla mah susah, belom lagi kalo lo harus saingan sama Ezra Raka." Dwiki masih tak berhenti menyerocos. Ia lantas mengamati paras Nata lekat. "Ya meski lo juga nggak kalah ganteng sih, tapi gue saranin mending lo mundur aja udah ... kek gue!" tambahnya pelan seraya terkekeh.
Nata refleks mendengkus mendengarnya. Dengan segera, Nata pun kembali mengunci lokernya, bermaksud untuk segera pergi dari sana. Ia sungguh tak peduli dengan apa yang baru saja Dwiki katakan. Pikirnya tidak begitu penting membicarakan hal yang sejak awal sudah jelas ia ketahui. Lagipula, memiliki Maura saja terkadang sudah cukup membuatnya pening, untuk apa juga ia harus mendekati Ayla? Begitulah isi kepalanya, sungguh sangat berbanding terbalik dengan sikapnya belakangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stolen Before Fallen
RomanceAyla, tanpa sengaja harus terlibat dalam hubungan yang rumit dengan Nata, seorang siswa pindahan yang seringkali terjebak dalam situasi yang kian membuatnya penasaran. Tetapi siapa sangka jika rasa penasaran yang ia miliki justru berubah menjadi ras...