- 32 -

153 20 78
                                    

"Eh?"

Ayla tersentak. Ia bahkan refleks mundur begitu mendapati lelaki rupawan yang cukup familiar di indra penglihatannya itu sudah berdiri tepat di depan pintu rumah kecil yang ia huni.

Lelaki itu tersenyum, dengan percaya dirinya. Memamerkan pesona yang sepertinya cukup untuk membuat Ayla sejenak mematung di tempat.

"Sejak kapan lo di sini?"

"About fifteen minutes, I guess?" balasnya tak yakin, lalu menyodorkan sebuah paperbag yang kemudian Ayla terima dengan raut bingung.

'Apalagi sekarang?' batin Ayla dalam hati.

"A dress?" tanyanya terdengar memastikan setelah tampak melirik singkat ke dalam tas pemberian lelaki yang setelahnya tampak mengangguk. "Buat?"

"Ya buat dipake," balasnya. "Pake nanya."

"I mean, dalam rangka apa lo kasih-kasih gue dress begini?" tanya Ayla bingung. Sedang yang ditanya hanya balas mengedikkan bahu singkat.

"Nat," panggil Ayla sekali lagi yang justru terdengar seperti sebuah peringatan, bermaksud agar lelaki itu mau menjawab pertanyaannya dengan benar.

"Emang kalo mau ngasih sesuatu harus ada timing khususnya ya?"

"Bukan gitu."

"Ya yaudah. Simpen aja, apa susahnya sih?" balas Nata enteng. "Or wear it on our date, when you're officially my girl."

Membuat Ayla seketika mengernyit. "Emang yakin bakal gue terima?"

"I'll make it happen no matter what."

"Dih?" Gadis itu pun bergidik. Ayla akui lelaki itu memang tak kenal lelah. Tekadnya terlalu kuat untuk Ayla paksa mundur. Dalam hati, ia mencibir. Tak seharusnya ia lupa bahwa Nata masih sedikit memiliki hubungan darah dengan Ezra, yang itu artinya keduanya memang berkemungkinan memiliki sifat yang tak jauh berbeda. Tetapi selama hal tersebut masih dapat ia tolerir, rasanya tak masalah. Lagipula keduanya bukanlah orang yang sama. Ia rasa, Nata pun tak segila Ezra. Ayla harap.

"Lagian random banget," balas Ayla mencibir. "But thanks. Lain kali nggak usah lagi lah buang duit buat gue."

"Buang duit?" Nata sontak terkekeh. "I invest."

"On me?"

Nata pun mengangguk.

"And what will you get?"

"You." balas Nata percaya diri, membuat Ayla refleks memutar bola matanya singkat.

"Mulai deh," cibir Ayla pelan. Tak dipungkiri, jika dirinya pun tengah menahan diri agar tak salah tingkah karena pernyataan lugas Nata yang seperti terus saja berusaha mengejar dan menangkapnya, seolah tak sedetikpun berkeinginan untuk membiarkan Ayla melepaskan diri. "Kalem dikit, bisa nggak?"

"Kenapa emang? Capek ya?" balas Nata enteng. "Don't run then, just stay and hold my hand, hm?"

Dalam hati, Ayla mendecak. Sia-sia ia mendebat. Lelaki itu agaknya jauh lebih cakap, tentu bukan tandingannya dalam bermain kata, apalagi perasaan. Jadi, Ayla pun memutuskan untuk kembali masuk saja, untuk menaruh paperbag pemberian Nata di dalam.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 2 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Stolen Before FallenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang