- 26 -

203 34 179
                                    

"Why'd you stop?"

Ayla menatap lelaki itu heran. Netranya pun refleks bergerak ke sekeliling. Bahkan mereka hanya perlu waktu sekitar lima menit untuk dapat sampai ke rumahnya.

"Did she hurt you?"

Ayla refleks mengerjap. Ia bahkan sama sekali tak menduga reaksi Nata sebelumnya. Ia hanya bertanya karena tempo hari Randi pun sempat menanyainya hal serupa. Lelaki itu bahkan memintanya untuk melakukan pencarian terhadap akun instagram perempuan yang Randi maksud. Tapi hingga saat ini ia belum sempat melakukannya. Sebab cukup lama ia menghapus dan tak lagi menggunakan gawai tersebut lantaran memori penyimpanan ponselnya yang tak cukup. Ia pun sama sekali tak ada pikiran untuk menggunakan web browser untuk melakukannya, karena menurutnya bukan hal yang terlalu penting sampai ia harus se-effort itu.

"Randi bilang ... gue bisa nanya ke lo," terang Ayla setelah memberitahukan kronologi ceritanya, membuat Nata sontak menghela napasnya pelan.

"My ex," jelas Nata tenang meski ia sedikit penasaran bagaimana Randi bisa mengetahui soal Maura. "She's my ex."

Meski sekilas raut Ayla tampak terkejut, ia tetap balas mengangguk singkat. Ia rasa, ia tak lagi perlu menanyakan hal lebih lanjut.

"Ada lagi?"

Cukup lama Ayla terdiam. Ia sadar bahwa pertanyaannya telah cukup membuat keduanya terjebak dalam suasana canggung. Hatinya sedikit merutuk pada Randi yang tidak sejak awal memberitahukan apa maksud dirinya meminta Ayla untuk menanyakannya pada Nata. Tetapi ia lebih merutuk pada dirinya sendiri yang refleks patuh dan tanpa berpikir jauh sebelum menanyakannya.

Jika sudah begini, Ayla sendiri yang harus merasa malu karena seperti tengah penasaran dan ingin mencampuri urusan kehidupan Nata. Merasa bahwa Nata tengah menunggu jawabannya, ia pun lantas segera menggeleng singkat.

"You should ask more," balas Nata terdengar memberi saran. Ia sudah sempat khawatir mengingat tabiat buruk Maura yang sering kali hilang-kambuh di luar prediksinya. Meski ia merasa tak pernah sekalipun menyebut nama Ayla di depan Maura, entah mengapa ia tetap saja khawatir. Terlebih Maura pun cukup mengenal Ezra, yang tidak menutup kemungkinan jika Ezra akan memberitahukan tentang Ayla padanya.

Lelaki itu lantas mendesah pelan. Lagipula, tidak ada yang lebih pantas untuk disalahkan selain dirinya. Sekeras apapun ia mengelak membenarkan diri, ia tetaplah pihak yang memang layak untuk disalahkan jika sampai Ayla ikut terseret dalam permasalahan hubungan masa lalunya.

"I won't ask ... anything." Ayla menarik napas singkat. "But I'll listen ... everything, if you think that I deserve and really need to know."

Sejenak Nata tertegun. Jawaban Ayla itu mendadak membuatnya merasa serba salah. Entah mengapa belakangan Ayla kerap kali memberinya sinyal ganda yang membuat lelaki itu agak sulit memahami perasaan Ayla terhadapnya.

"Can I ask you something?" tanya Nata menatap gadis itu lembut. Ia akan lebih berhati-hati kali ini.

Sedang Ayla, ia mendadak panik sendiri. Ia jelas ingat terakhir kali Nata berbicara seperti itu. Pertanyaan yang pada akhirnya membuat keduanya saling canggung dan terdiam satu sama lain. Ayla pun lantas hanya mengangkat kedua alisnya, seolah menunggu apa yang akan lelaki itu tanyakan kali ini padanya.

"Is it okay if I'm into you?" tanyanya hati-hati, membuat Ayla refleks membuka kecil bibir yang semula hanya terkatup diam. Gadis itu bahkan mampu merasakan kesungguhan Nata dari sorot matanya. Lagi-lagi Ayla bingung harus menjawab apa. Debaran di jantungnya bahkan kembali terasa.

Stolen Before FallenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang