- 14 -

324 61 190
                                    

Ayla terkesiap.

Kantong hitam besar dan berat yang sebelumnya berada di tangannya kini telah berpindah tangan secara paksa. Gadis itu lantas mendengkus, lebih tepatnya ketika menyadari siapa pemilik punggung yang kini tampak berjalan membuangkan sampah tersebut untuknya.

"Ada lagi?" tanyanya seraya berbalik sampai akhirnya berhasil berdiri di depannya.

"Lo ngapain?"

Nata mengedik singkat. "Bantuin lo, kan?"

"Bukannya tadi udah balik?"

Nata lantas mengangguk.

"Terus?"

"Ya balik lagi."

"Ngapain?"

Sekilas, Nata tampak menggaruk pelipisnya singkat. "Gabut aja," ucapnya tanpa ekspresi. "Sekalian mastiin, you're home safely."

Ayla lantas menyipit. "Urusannya sama lo apa?"

Nata pun menghela napas singkat. Bukannya menjawab, lelaki itu justru memutuskan untuk masuk ke dalam bangunan yang malam itu telah sepi.

"Udah jam sebelas, apa lagi yang mesti lo beresin?" tanyanya sebelum kemudian setengah berbalik menatap gadis yang tampak balas menatapnya malas. Tangannya kini sibuk memilih antara gagang sapu atau gagang pel.

"Lo bisa nggak sih nggak usah ikut campur urusan gue?" tanyanya dingin.

"That's what I want actually," terang Nata. "But I can't."

"Kenapa?"

Nata tak menjawab. Ia lantas mengangkat gagang pel yang seketika membuat Ayla mendengkus. "Mesti disapu dulu, baru dipel."

Lelaki itu lantas kembali menaruhnya dan beralih pada gagang sapu di sebelahnya. Ia berjalan santai melewati Ayla, bermaksud untuk mulai menyapu lantai dari ujung ruangan.

"Nat, gue serius."

Ayla yang entah sejak kapan telah berdiri di dekat Nata itu sontak merebut paksa sapu yang dipegangnya. Nata pun sontak menghela napas panjang.

"Udah dibilang, gue nggak ada kerjaan."

"Ya tidur!"

Nata lantas memasukkan dua tangannya ke dalam saku celana selututnya. "Kalo gue nggak bisa tidur?"

Ayla pun mendengkus. "Ya do something kek, ntar juga tidur sendiri."

"Something like what?" Kini Nata tampak mengambil kursi dan duduk di salah satu meja dekat gadis yang tengah memegang gagang sapu tersebut. Ia lantas menopang kepala, menatap Ayla.

Ayla mengedikkan bahu tak acuh. "Just ... call your girl."

"If only there's someone I could call."  Tatapannya masih belum beralih. "Should I call you?"

Ayla pun memutar bola matanya jengah. "You know I'm too busy for it."

Nata lantas mengangguk singkat. "Yaudah, keknya paling bener emang gue kesini." Lelaki itu lantas menidurkan kepalanya miring seraya bertumpu pada kedua tangan. "Sana buruan beresin, habis ini gue anter pulang."

Stolen Before FallenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang