- 18 -

305 47 222
                                    

Beli permen lima ribu
Jangan lupa vote and comment ya sayangnya aku

🌱🌱🌱

Bising. Satu kata yang cukup menggambarkan suasana malam Ezra yang kini tampak setengah berbaring di atas sofa panjang dengan tatapan matanya yang kosong. Sebelah tangannya mengenggam leher botol minuman yang sesekali ia teguk. Di antara banyak orang yang memilih bersenang-senang, berkerumun, dan saling menggoyangkan tubuh, ia lebih memilih untuk duduk dan menikmati botol ke duanya.

Rekaman perdebatan dengan sepupunya seolah masih berputar di kepala, membuatnya kesal juga menyunggingkan senyum sesekali.

"Sialan!" umpatnya setengah menggumam, tepat sebelum seorang lelaki sebayanya datang dan merebut botol minumannya secara paksa.

"Anj*ng, balikin!"

Samuel mendengkus. "Lo kalo pengen mati, jangan di sini."

Perlahan ia pun bangun, duduk tak tegak, seraya menertawai Samuel. "Minum doang nggak bikin gue mati. Lebay lo."

"Lo nyetir?"

Ezra tak menjawab. Ia justru kembali merebahkan diri dengan mata yang terpejam, membuat Samuel sontak membuang napas kasar. Sejujurnya, Samuel pun jengah menyikapi Ezra yang tak kunjung mampu bersikap dewasa dan seringkali berbuat sesukanya. Tak jarang, teman dekatnya itu juga sering menyeretnya terlibat dalam masalah. Meski begitu, Samuel tak pernah sekalipun ada niat untuk mengabaikannya.

Ezra. Terlepas dari sifat temperamen dan segala kekurangannya, Ia hanya lelaki kesepian yang seringkali mendapatkan perlakuan kasar ketika ia tak mampu memenuhi ekspektasi orang tua, terkhusus ayahnya. Bukan tanpa alasan jika Ezra berhasil menjadi ketua osis pada masanya. Bukan tanpa alasan jika Ezra berhasil mendapat julukan sebagai siswa teladan di sekolahnya. Bukan tanpa alasan jika Ezra selalu berusaha untuk menjadi yang terbaik di kalangan teman-temannya. Bukan juga tanpa alasan jika Ezra selalu berusaha untuk mengambil hati orang-orang di sekitarnya.

Ezra adalah tipikal anak yang sejak kecil dipaksa untuk mengejar ekspektasi orang tuanya. Hal tersebut secara tidak langsung berhasil membentuk karakter pantang menyerah dalam dirinya. Ia begitu memegang prinsip bahwa ia harus mendapatkan apa yang memang ingin ia dapatkan, apapun itu. Entah dalam pendidikan, karir, cita-cita, hingga persoalan wanita.

Mungkin itulah salah satu alasan yang juga membuatnya menjadi orang yang setengah gila karena begitu terobsesi pada Ayla.

"Lo mau gue seret?"

Ezra masih tak menyahut. Kali ini napasnya tampak lebih teratur dari sebelumnya, membuat Samuel membuang napas untuk ke sekian kali.

Sungguh merepotkan, batinnya.

Meski begitu, ia tetap berusaha menarik Ezra dan memapahnya keluar dari sana. Sangat tidak mungkin jika Samuel akan tega meninggalkan Ezra dan membiarkannya pulang dalam keadaan mabuk seperti itu. Kemungkinan paling baik adalah ia hanya akan habis di tangan ayahnya sendiri begitu telah sampai di rumah. Seperti biasa, ia akan membawa Ezra untuk menginap di tempatnya. Setelah itu, ia sendiri lah yang akan menghabisi lelaki itu di keesokan harinya.

Sedangkan di sisi lain, Raka tampak terduduk lemas di salah satu bangku kantor polisi. Rautnya cemas, batinnya tak henti merutuk. Sesekali ia tampak menggigit bibir dalamnya pelan.

Stolen Before FallenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang