- 29 -

225 29 177
                                    

Ayla cantik, Ezra punya
Jangan lupa diklik ya bintangnya

🌱🌱🌱

Nadin menatap pantulan dirinya pada cermin yang ada pada tempat bedak yang ia pakai. Meski pada dinding di hadapannya telah tertempel cermin yang jauh lebih besar dan lebar, tetap saja ia memilih fokus mengamati parasnya di cermin kecil berbentuk bulat di tangannya.

"Udah cantik kok," celetuk seseorang yang tampaknya baru saja masuk ke ruang ganti, terdengar tulus memuji. Sekilas Nadin tampak melirik singkat, sebelum kesadarannya terisi penuh hingga ia refleks memekik.

"Ayla?"

Tanpa pikir panjang, Nadin segera menghamburkan diri untuk memeluk gadis yang sudah seperti adiknya itu erat, bagai melepas rindu.

"Kamu baik-baik aja, kan?" Nadin memastikan. "Terakhir kali Mbak denger, katanya rumah Bu Nina yang kamu tempatin dibobol maling."

Ayla pun tersenyum simpul. "Aku baik kok, Mbak. Mbak Nadin juga, kan?"

Perempuan itu mencebikkan bibir singkat. "Lebih baik lagi kalo misal ada kamu." Nadin bercerita. "Kerja berasa lama banget. Capek banget. Rani juga kan masih baru, jadi masih kudu banyak belajar."

"Rani?"

Nadin mengangguk. "Bu Nina nambah jumlah waitress, biar kita nggak perlu terlalu repot nganter ke meja," jelasnya seraya berjalan menuju loker, hendak menaruh pouch yang berisi peralatan make up yang tadi ia gunakan. "Tapi karena kemaren kamu sempet ada masalah, jadi Bu Nina minta Rani buat bantu Mbak Nadin dulu."

Samar, Ayla tampak menarik napas sebelum kemudian menghelanya pelan.

"Kamu tau, Ay?" Nadin kembali bersuara, tepat setelah bunyi klik, tanda loker miliknya berhasil terkunci. Ayla pun refleks balik menatap Nadin yang kini tampak berjalan menuju ke arahnya. "Kapan hari ada cewek dateng, ketemu sama Mas Raka, pulangnya sambil nangis, keknya temen kamu juga deh," kata Nadin setengah berbisik.

"Kapan, Mbak?"

"Kemaren apa kemaren lusa ya? Mbak kok lupa." Nadin kembali menatap dirinya pada cermin lebar di hadapannya, merapikan anak-anak rambut untuk ia sembunyikan di balik telinga. "Emang Mas Raka punya pacar, ya? Padahal Mbak pikir, dia naksir loh sama kamu."

Ayla tak lagi menanggapi. Ia justru tampak kembali menghela napas, yang refleks membuat Nadin menoleh dan menatap Ayla heran. Meski begitu, Nadin memutuskan untuk tidak bertanya. Ia tak ingin Ayla justru merasa tak nyaman di hari pertamanya kembali.

"Yaudah, sana ganti!" kata Nadin mengingatkan. "Mbak ke depan dulu, ya!" pamitnya kemudian.

Baru sampai tiga langkah, Nadin justru terdengar memekik kaget, membuat Ayla pun refleks berbalik menatap ke arah Nadin yang sudah berdiri di dekat pintu ruang ganti khusus pegawai itu.

"Mas Raka, ngapain ke sini? Ngagetin aja! Ini ruang ganti perempuan loh! Kenapa masuk nggak pake ngetok dulu, sih?" cecar Nadin kaget, sedikit jengkel.

"Mau ngobrol penting sama Ayla," balas Raka jujur tanpa sedikitpun balas menatap Nadin yang masih mendongak menatap Raka sewot seraya mengelus dadanya pelan. Tatapannya lurus. Kemana lagi, kalau bukan ke arah gadis yang tengah bergeming tanpa suara di belakang Nadin? Raka hanya perlu mengambil tiga sampai empat langkah untuk dapat menghampirinya.

"Emang nggak bisa ya nunggu bentar di luar?" protes Nadin.

"Nggak bisa," balas Raka cepat. Setelah itu, barulah ia menatap Nadin, tersenyum kecil. "Mbak Nadin bisa tolong tinggalin aku sama Ayla bentar?" tanya Raka lembut, masih berusaha ramah.

Stolen Before FallenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang