- 25 -

204 31 205
                                    

Ayla refleks melepaskan diri. Jari-jarinya tampak meremas gugup ujung dress yang tengah ia pakai, seolah hal tersebut akan membantunya mengendalikan degup jantung yang tak biasa. Rasanya ia ingin segera pergi dari tempat yang mulai menciptakan hawa panas di sekitarnya. Netranya lantas bergerak menatap ke sekeliling. Orang-orang masih tampak sibuk bersorak, meneriaki seseorang yang kini tampak baru saja naik ke atas panggung.

Sedangkan Nata, ia masih memilih diam, menunggu gadis yang memunggunginya itu bicara. Sampai akhirnya, gadis itu berbalik dan menatapnya.

"Let's get out of here!" ucapnya setelah cukup lama seolah mengabaikan kalimat Nata sebelumnya.

Samar, Nata tampak menghela napas pelan. Tanpa menunggu lebih lama lagi, ia lantas meraih jemari Ayla untuk ditautkan pada miliknya.

"Follow me!"

Ayla tak memprotes. Kini Nata tampak berjalan dengan terus mencari celah, agar keduanya dapat keluar dari kerumunan itu segera. Sedang Ayla, ia mengikuti saja. Sesekali tatapannya jatuh pada tautan jarinya yang begitu erat digenggam oleh lelaki yang belakangan ini terus saja melindunginya.

Entah mengapa, gadis itu begitu mudah mempercayainya. Bahkan tanpa sadar, Ayla terus saja membiarkan lelaki itu mencuri sesuatu dalam dirinya. Ayla bahkan tak tahu bagaimana cara mengembalikannya seperti semula.

"Wanna eat something?" tanya Nata terdengar sedikit terengah.

Seketika Ayla mendongak, seolah baru saja tersadar dari lamunannya yang cukup panjang. Netranya kembali bergerak menatap ke sekeliling sampai akhirnya ia tampak menghela napas lega, seolah merasa terbebas dari kerumunan yang rasanya cukup panas dan menyesakkan itu.

"Dua ya, pak!" kata Nata seraya menyerahkan selembar uang kertas berwarna biru pada seorang penjual air kemasan yang tak jauh dari posisi Ayla kini berdiri. "Makasih, pak," ucapnya lagi setelah menerima kembalian sebelum kemudian berbalik dan kembali menghampiri Ayla yang terdiam seraya menatapnya.

Setelah sekilas tampak membuka tutup botol, lelaki itu lantas menyerahkan botol tersebut pada Ayla yang kemudian menerimanya.

"Thanks."

"I thought you like it," kata Nata yang seketika berhasil menarik atensi Ayla untuk kembali menatapnya. "The show," tambah Nata lagi menjelaskan setelah berhasil meneguk air minumnya.

"I do, ... " balas Ayla kemudian seraya tersenyum kikuk.

"But?" tanya Nata seolah menginstruksikan gadis itu untuk melanjutkan kalimatnya.

Ayla lantas membasahi bibir. Entah mengapa, ia masih merasa gugup bahkan di saat Nata tampak baik-baik saja seolah ia tak baru saja mengatakan atau bahkan mengalami hal yang mendebarkan sebelumnya.

Ayla mendadak jengkel. Apa dia satu-satunya orang yang merasa gugup saat ini? protesnya dalam hati.

"It's hot," jawab Ayla sekenanya. "Even, too hot." Ia tak bohong. Bukankah memang seperti itu keadaannya?

Nata pun mengangguk. "We really got it."

Ayla refleks mengerjap, seolah mengingat apa yang ia katakan sebelum mereka pergi.

"Wanna eat something?" tanya Nata lagi, mengulang pertanyaan sebelumnya. Kali ini napasnya tampak lebih teratur dari sebelumnya.

Ayla lantas menatap ke sekeliling, sejenak tampak berpikir, membuat Nata pun ikut mengedarkan pandangannya sekilas sebelum kembali menatap Ayla, yang sepertinya jauh lebih menarik untuk ia pandangi saat ini.

Stolen Before FallenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang