"Thanks."
Nata mengangkat sebelah alis. Satu sisi bibirnya pun tertarik singkat.
"Tumben."
Ayla tak menjawab, selain hanya memutar bola matanya malas. Setelah terkekeh kecil, Nata lantas kembali menatap Ayla yang tampak hendak beranjak.
"Besok mau gue jemput?" tanyanya yang refleks membuat Ayla berbalik dan kembali menatapnya.
Gadis itu pun tertawa hambar. "Lo pengen banget ya jadi sopir pribadi gue?"
"Enggak juga sih." Nata membalas datar, tanpa ekspresi. "Basa-basi doang."
Ayla mendengkus. "Sialan!"
"Kenapa? Mau emang?"
"Enggak."
Nata pun mengangguk. "Yaudah, besok pagi gue jemput."
"Apa sih, Nat? Gue bilang enggak." Ayla mendelik membuat Nata pun sontak terkekeh.
"Ngomel mulu."
"Lagian, lo rese!"
"Maksud gue baik, lagian lumayan kalo lo bisa hemat ongkos."
Ayla mendengkus, sedikit jengkel mendengar setiap kalimat lelaki di depannya itu. "Nggak deh, makasih. Lagian spion lo ilang satu."
Nata tersenyum kecut. "Spion gue patah juga gara-gara siapa?"
Ayla mengernyit. Pasalnya kini ia merasa bahwa Nata tengah menyalahkannya.
Nata sedang tak ingin bercerita. Terlebih jika harus menceritakan tingkah konyolnya yang seolah rela mati dengan menerobos hujan hanya demi kembali, memastikan keadaan Ayla yang tengah berdiri mematung di pinggir jalan bak orang gila. Lagipula ia hanya merasa terlalu ceroboh karena tak menghiraukan jalan yang licin dan tetap melaju dengan kecepatan yang tinggi. Tapi jika tak begitu, ia mungkin tak akan berhasil menolong Ayla malam itu.
"Siapa?" tanya Ayla kemudian karena Nata tak kunjung melanjutkan kalimatnya.
Nata lantas mengedik tak acuh, membuat Ayla seketika menyipit. "Lo nggak lagi nyalahin gue, kan?"
Singkat, lelaki itu melirik. Tak ada sepatah katapun dari mulutnya, yang membuat Ayla seketika menghela napas. Sepertinya ia mengerti maksud kalimat terakhir yang diucapkan oleh Nata ketika berada di rumahnya kala itu.
"Terus, kenapa nggak lo benerin?"
"Sengaja, biar bisa gue tunjukin." Nata membalas santai. "Baru mau gue benerin kalo lo udah tau."
Ayla mendesis. "Biar apa?"
"Biar lo bantu gue servis lah, apa lagi?" Nata tertawa. Sedikit merasa puas ketika kemudian ia menyadari raut jengkel yang jelas sekali ditunjukkan Ayla padanya.
"Yaudah, lo minta berapa?"
"Gue nggak minta duit."
Ayla lantas memutar bola matanya jengah. "Terus apa?"
"Lo temenin gue servis motor," ucap Nata sungguh. Lelaki itu bahkan mengatakannya tanpa beban. Ia pun sejujurnya tak pernah terpikirkan akan meminta Ayla menemaninya. Semua hanya Nata biarkan mengalir dan ia menikmati setiap reaksi yang Ayla berikan padanya.
"Gue sibuk."
"Nggak papa, gue tunggu sampe lo free."
Ayla mendengkus sebal. "Lo ini kenapa sih?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Stolen Before Fallen
RomanceAyla, tanpa sengaja harus terlibat dalam hubungan yang rumit dengan Nata, seorang siswa pindahan yang seringkali terjebak dalam situasi yang kian membuatnya penasaran. Tetapi siapa sangka jika rasa penasaran yang ia miliki justru berubah menjadi ras...