11| Si perusak suasana

322 34 9
                                    

Seulgi tersenyum puas saat melihat hasil pemotretan Jisoo. Visualnya memang tidak main-main. Tapi, dia tidak bisa memujinya. Bawaannya mau ngehujat terus.

"Gak usah senyum-senyum terus. Aku tau aku cantik."

PDnya itu loh..

Waktu menunjukkan pukul 6:21 p.m.
21 menit juga lama Jinyoung menatap gadis bermarga Kim dengan jarak sedekat ini. Sungguh...dia masih belum bisa melupakannya.. Ingin sekali rasanya dia memeluk Jisoo sekarang. Mengecup pipinya, bibirnya..

Jinyoung langsung memalingkan wajahnya ketika Jisoo membalikan badannya untuk meraih ponselnya yang terletak di atas meja, tempat Jinyoung duduk sekarang.

deg.

Waktu seakan berhenti ketika kedua mata indahnya menatap Jinyoung. Walau hanya beberapa detik, itu sangat berharga baginya.
Jinyoung tersenyum canggung dan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
Tangannya menahan lengan Jisoo yang ingin pergi. Membuat Jisoo menatap tangan Jinyoung yang menahan, bersentuhan dengannya.

"Um.."

"Ada apa?"tanya Jisoo to the point. Dia memang tak suka basa-basi.

Jinyoung tersenyum.
Senyuman yang bisa melelehkan hati lawan jenisnya itu sudah keluar. Senyuman yang langka.

"Apakah kita bisa bicara sebentar?"tanyanyaa yang membuat Jisoo mengerutkan dahinya heran.

"sure."

Keduanya berjalan meninggalkan lokasi pemotretan dan pergi ke sebuah taman yang tak jauh dari tempat pemotretan tadi.
Jantung Jinyoung berdetak semakin cepat saat berjalan berduaan, bersampingan dengan gadis yang membuatnya gila ini.

Jinyoung POV

Tak jarang aku melirik gadis yang sudah membuat ku kacau ini yang sedang berjalan bersama ku. Hanya kami berdua, tidak ada orang lain.
Aku sangat senang karena akhirnya bisa bertemu dengannya secara langsung, tidak perlu melihatnya daro foto yang dikirim oleh Jackson lagi. Benar kata Jackson, Jisoo tidak banyak berubah. Yang ada, dia semakin cantik saja di mata ku. Diam-diam, aku tersenyum. Entah apa yang membuat ku tersenyum seperti ini. Yang jelas, pasti ini gara-gara dia, gadis yang sudah merebut hati ku.

"Apa yang ingin kau bicarakan?"

Suaranya..
Masih sama. Suara khas miliknyanya yang selalu ku rindukan..
Nada bicaranya juga masih sama.
Ekspresi wajahnya.
Bibir mungilnya..

Aku tersenyum. Aku gugup.
"A-aku merindukan mu."ujar ku langsung memelukanya secara tiba-tiba.
Aku sudah tidak bisa menahannya lagi. Sudah berjam-jam tadi aku menahan diri ku untuk tidak memeluknya, membawa urusan pribadi kami saat pemotretan tadi. Tapi, tidak sekarang. Aku sudah tidak bisa menahan kedua lengan ku yang langsung melingkar di badan mungilnya.

deg.

Dia tidak membalas pelukan ku.
Aku langsung melepas pelukan ku dan menatap kedua matanya yang dari tadi sudah menatap ku.
"Maafkan aku. Aku tidak bermak--."

"Nado."

Aku terdiam, membatu saat kedua lengannya melingkar di perut ku. Aku pun tersenyum dan membalas memeluknya dengan erat. Pelukan yang hangat di musim dingin akhir tahun. Padahal, sekarang sangatlah dingin. Kami berdiri di atas selimutan salju putih yang menyelimuti rumput-rumput taman.

Aku mengecup puncuk kepalanya dan mengangkiri pelukan kami. Jempol ku beralih mengusap pipinya. Masih sama..

"Sudah 3 tahun ya.."ujar ku tersenyum, menyelipkan beberapa helai anak rambut yang menutupi wajahnya.

MEMORIESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang