"Urusi saja putra emas mu itu! Eomma tidak perlu mengurus aku, oppa, dan adik ku!"
plak1 tamparan mulus mendarat di pipi Jisoo yang baru saja pulang. Seulgi yang menyaksikannya langsung dengan cepat menarik Jisoo menjauh dan memeluknya dengan protektif dari ibunya, Dara yang menjadi pelaku utama. Jisoo tersenyum simpul, tangan kirinya memegang pipi sebelah kirinya yang ditampar, menatap eommanya yang baru saja menamparnya. Sedangkan Dara? Dia menatap tangan kanannya yang baru saja mendarat, menampar pipi putrinya.
"Ji-jisoo, eo-eomma tidak sengaja..maafkan eomma.."ujarnya mengusap lembut pipi putrinya, merasa bersalah tentunya.
Jisoo yang mendengarnya hanya tersenyum dan mengangguk pelan. Tidak sengaja..
anggap saja begitu."Eommoni, aku akan membawa Jisoo ke kamarnya. Dia butuh istirahat.. Permisi.."ujar Seulgi menarik Jisoo menaiki anak tangga rumah menuju kamarnya, melewati Dara yang masih terdiam di tempatnya.
Dia menatap kedua tangannya yang refleks menampar putri kesayangannya yang selalu dia bangga-banggakan. Untung saja, tamparannya tidak begitu keras..Tapi, tetap saja dia merasa bersalah dan sakit sekali ketika menyadari apa yang sudah dia lakukan.
"Jisoo."Yang dipanggil menoleh. Telinga Jisoo masih cukup peka untuk mendengar namanya yang terdengar jelas sekali di telinganya. Ditambah lagi, suara ibunya. Bukan hanya Jisoo. Seulgi juga menoleh meski bukan dia yang dipanggil.
"Besok, kita sarapan bersama."
Kedua gadis yang mendengarnya hanya terdiam. Terlebih Seulgi yang tak tau harus ngapain sekarang.
"Aku akan kembali ke Amerika besok pagi."ujar Jisoo dingin, lanjut berjalan menuju kamarnya. Diikuti Seulgi yang merasa canggung dengan situasi sekarang ini.
Pintu kamar tertutup, Jisoo langsung mengambil remot untuk mengunci pintu kamarnya. Seulgi yang dari tadi hanya memperhatikannya dari atas kasur pun menghela nafasnya berat saat melihat pipinya yang masih sedikit merah.
"kau butuh obat?"
Jisoo yang sedang fokus ke macbooknya beralih melirik Seulgi yang baru saja menawarinya obat.
"untuk apa?""pipi mu.."
"ada apa dengan pipi ku?"
Tegar sekali kamu Jisoo..
Seulgi tersenyum dan menggeleng pelan. "Tidak ada apa-apa.""Aku sudah memesan tiket. Kita keluar dari rumah besok jam 8 pagi."ujar Jisoo menutup macbooknya, merebahkan dirinya di atas kasur bersama Seulgi.
"kau serius?"
"tentu saja. sejak kapan kau pernah melihat ku main-main?"
"setiap hari kau bermain Jisoo."
"argh. aku ngantuk!"
"goodnight."
Dari jam 7 pagi, Dara sudah duduk di ruang makan, menunggu putrinya turun untuk sarapan bersama. Dia melirik jam tangan mewah yang melingkar di pergelangan tangannya. Entah kenapa, dia merasa sangat cemas sekali sejak kejadian tak terduga tadi malam.
"Jisoo belum turun?"tanyanya ke salah satu pelayan yang dia panggil untuk masuk ke ruang makan.
Pelayan itu menggeleng pelan. "belum nyonya."
KAMU SEDANG MEMBACA
MEMORIES
FanfictionKeduanya harus berpisah karena alasan mereka sendiri. Jinyoung yang merasa dirinya tak pantas untuk Jisoo dan Jisoo yang tidak ingin Jinyoung semakin tersakiti. Masa lalu memang tak kan bisa terlupakan Tapi, masa depan sedang menanti mu. Semua ora...