22| Drunk

250 27 4
                                    

Tidak ada mau mengalah untuk mengeluarkan suara terlebih dahulu dari tadi. Hanya speaker taxi yang mengalah untuk bersuara dari tadi. Begitu juga dengan ahjusshi yang sedang mengendari taxi ini. Dia ikut diam.
Canggung rasanya.

"Sudah sampai.."ujar Ahjusshi itu ketika sudah sampai tujuan, sebuah hotel bintang 5 yang berada di tengah-tengah kota.

Jisoo langsung mengeluarkan beberapa lembar uang dan membayarnya. Menoleh kepada Jinyoung yang sepertinya sedang memperhatikannya dari tadi.
"Kau langsung pulang?"tanyanya memastikan.

Jinyoung tersenyum dan mengangguk sebagai jawaban.

"Baiklah, bye.. Hati-hati.."
Jisoo ikut tersenyum dan langsung turun dari taxi yang dia tumpangi.
Hendak menutup pintu, Jinyoung langsung menahan pintu taxi. Membuat Jisoo menatapnya dengan heran.

Jinyoung ikut turun dari taxi dan menutup pintu taxi. Ahjusshi itu pun pergi.

"Bukankah ka--"

deg.

Detak jantung gadis itu berdetak lebih cepat dari biasanya ketika kedua tangan kekar milik Park Jinyoung melingkar di perutnya, memeluknya dengan erat.
Dia tersenyum simpul. Tidak membalas, atau pun menolak pelukan dari Jinyoungnya. Dia...tidak tau harus berbuat apa..

"Mungkin aku akan pulang setelah rasa rindu ku sudah terobati."ujar Jinyoung semakin mempererat pelukannya.

Dia memeluk Jisoo seakan gadis itu akan menghilang jika dia melepaskannya.

Jisoo hanya bisa tersenyum. Tangan kanannya terangkat, hendak membalas pelukan pria itu. Tapi, dia tidak melakukannya.

"Aku tidak tau, apakah aku bisa memeluk mu lagi. Jadi, biarkan aku memeluk mu malam ini.. Mungkin ini akan menjadi malam terakhir, aku bisa bertemu dengan mu.."lanjut Jinyoung membuat Jisoo memejamkan matanya.

Dia tidak sanggup mendengar suara Jinyoung yang membuat hatinya...

"Nyeongie.."

"Aku masih berharap, Jisoo-ya.."lirih Jinyoung membuat tangan Jisoo terangkat untuk membalas pelukannya sekarang. Dia..

"Mianhae.."kata itu terus keluar.

"Aku tau, aku sangat lancang sudah memeluk mu. Kau sudah punya kekasih kan..? Maaf.."ujar Jinyoung melepaskan pelukannya.

Tangan Jisoo terangkat untuk mengelus pipi Jinyoung yang selalu menjadi favoritnya.
andai saja aku bisa mengabulkan harapan mu..

"Sepertinya aku harus pulang sekarang. Masuklah, kau harus istirahat."lanjut Jinyoung memengang tangan Jisoo yang mengelus pipinya.

"Aku.."
masih ingin bersama mu.
Mulutnya tidak bisa melanjutkan kalimatnya.
"Semoga ini memang pertemuan terakhir kita.."lanjutnya pelan.
Mulut, pikiran dan hatinya berkata lain.
Dia menurunkan tangannya dari wajah tampan milik Jinyoung.

Jinyoung tersenyum mendengarnya. "Semoga saja tidak.."gumamnya pelan. Dia masih tak rela pergi sekarang. Dia takut, takut tak bisa bertemu denganya lagi.

Jisoo tersenyum simpul dan menggeleng pelan. "Aku sangat berharap kita tak bertemu lagi Jinyoung. Aku takut.."

"Aku tau.. Aku hanya... Aku sama sekali tidak berencana untuk... Ah, lupakan saja.."

"Aku juga berharap kau tidak menemui ku lagi.. Kita tak bertemu lagi.. Aku takut akan menyakiti mu lagi... A-aku tak mau itu terjadi lagi.."balas Jisoo tersenyum, membalikkan badannya dan melangkahkan kakinya masuk ke dalam hotel.

MEMORIESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang