08| Their first kiss

414 42 4
                                    

bugh.

1 pukulan berhasil mengenai wajah tampan Jinyoung.

bugh..

Sekali lagi. Namja itu sama sekali tidak berniat untuk melawan. Jempolnya sudah mengusap bibirnya yang sedikit mengeluarkan darah akibat terkena pukulan dari namja yang baru saja memukulnya. Dia menghela nafasnya berat dan mata tajamnya menatap kedua mata namja yang berdiri di depannya. Mata namja yang sudah menyerangnya duluan. Padahal, dia sama sekali tidak ingin berkelahi hari ini. Tapi apa boleh buat? Siapa suruh namja itu menyerangnya?

Jinyoung melangkahkan kakinya mendekati namja itu dan langsung menarik kerah bajunya. Namja itu menunjukkan smirknya, membuat Jinyoung semakin geram dan langsung meninjunya sehingga badannya terjatuh di atas tanah yang diselimuti oleh salju putih.

Sama seperti Jinyoung, sudut bibirnya juga sedikit berdarah. Padahal, baru saja mendapatkan 1 pukulan dari Jinyoung. Pukulan yang ringan menurut Jinyoung, tapi kuat bagi orang-orang yang menerima pukulannya.

"Park.Jin.Young."ujarnya berdiri dan menunjuk Jinyoung dengan jari telunjuknya.
"Kau.."lanjutnya menarik kerah baju Jinyoung.

"Ups. Meleset."ucap Jinyoung yang berhasil menghindar dari serangannya. Sebagai balasan, Jinyoung menendang perut namja itu sehingga dia kembali terjatuh.

Tak terima dipermalukan oleh Jinyoung seperti ini, namja itu mengeluarkan sebuah kotak merah kecil dari saku celananya dan menunjukkannya kepada Jinyoung. Dia tersenyum, terkesan meremehkan. Membuat Jinyoung ingin sekali membuat namja itu tak bisa berjalan sekarang.
Tapi, tidak boleh Jinyoung. Tahan.

"Aku akan melamarnya dengan cincin ini."ujar namja itu mengeluarkan sebuah cincin dari kotak kecil itu.

"Dia tidak akan sudi memakai cincin pemberian mu."balas Jinyoung.
"Jangankan memakai. Aku yakin, dia tidak akan pernah menerima semua pemberian mu."lanjutnya.

Yang mendengarnya hanya tersenyum dan kembali memasukkan cincin itu kedalam kotak dan menyimpannya di saku celananya. Kemudian, dia kembali menarik kerah baju Jinyoung.
"Menjauhlah darinya."

"Aku memang sudah jauh darinya."jawab Jinyoung.

"Berhenti menghayal kalau kau akan memilikinya Park Jinyoung!"

Jinyoung tersenyum dan balas menarik kerah baju namja itu. "Kau yang seharusnya berhenti menghayal, Kim Taehyung."ujarnya dengan tenang, membuat namja yang bernama Taehyung itu kembali meninjunya.

Jinyoung terjatuh di atas selimutan salju putih. Dia hanya tersenyum. Menatap kedua mata Taehyung yang sudah berapi-api. Melihat namja itu marah memang membuat Jinyoung senang. Marah sekaligus dipermalukan. Bukankah itu sebuah kombinasi yang bagus?

"Dia milik ku!"ucap Taehyung kembali menarik kerah baju Jinyoung.

Jinyoung melepaskan tangan Taehyung yang menarik kerah bajunya dan berdiri dari duduknya di atas tanah. Dia tertawa remeh saat mendengar ucapan Taehyung.
"Milik mu? Cih...kau terlalu banyak menghayal Kim Taehyung."ujarnya berjalan meninggalkan namja itu. Dia masih bisa menahan dirinya hari ini.
Besok, dia harus berangkat ke luar negeri untuk urusan pekerjaan. Jadi, dia tidak ingin terlibat dengan perkelahian hari ini. Yah....meski dia sudah meninju dan ditinju tadi. Setidaknya tidak parah seperti yang sebelum-sebelumnya kan.

MEMORIESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang