01| Her life in America

731 56 12
                                    

drtt..drtt..

Seorang lelaki berkulit pucat melirik ponsel yang terletak diatas coffee table yang sedang berdering. Dia meraih ponsel berlogo apple yang dilengkapi dengan 3 buah kamera di belakangnya, ponsel keluaran terbaru, iPhone 11 pro. Melihat nama yang tertulis jelas di layar ponsel itu. Dia langsung meletakkan ponsel itu kembali diatas meja saat membaca nama yang muncul.
'Chanyeol'

"Janice!"panggilnya sedikit berteriak agar suaranya terdengar oleh gadis yang sedang berada di dalam kamarnya

2 menit...tidak ada balasan. Baiklah, biarkan saja. Mungkin, dia sedang mandi?

cklek.

Dia menoleh ke pintu kamar.
Seorang gadis yang terlihat berdiri di ambang pintu mengenakan T-Shirt oversize dan celana pendek. Dia keluar dengan rambutnya yang masih sedikit basah, berjalan mendekati lelaki berkulit pucat itu, membuatnya menelan ludah saat gadis itu mendekatinya.

"apakah ada menelpon ku?"tanya gadis itu meraih ponselnya yang dia tinggalkan diatas coffee table ruang tengah.

Lelaki berkulit pucat itu mengangguk. Terdiam memperhatikan wajah gadis yang sekarang sedang sibuk mengotak-atik ponselnya.
"Janice.."

"hm?"
Pandangannya masih tak lepas dari ponselnya.

"kau tidak sedang berkencan dengan Canneth kan?"

Pertanyaannya membuat gadis yang dipanggil Janice itu melirik lelaki berkulit pucat itu dengan heran.
"Hya Oh Sehun, sampai kapan kau akan bertanya tentang hubungan ku dengan Chanyeol?"

Lelaki yang bernama Sehun itu memutar matanya dengan malas. "jika kau tidak berkencan dengannya, untuk apa dia terus menghubungi mu?"

"bukan urusan mu. lagian, kami berteman baik. tidak salahnya dia menghubungi ku."

"Kim Jisoo, aku kekasih mu. jelas ini urusan ku juga!"

Ini lah yang Jisoo, tau lebih dikenal dengan nama Janice di Amerika tidak suka dengan sikap Sehun. Posesif. Sehun terlalu cemburu pada setiap lelaki/ namja yang dekat dengan Jisoo. Lihatlah ekspresi wajah Sehun sekarang. Jisoo bisa gila dibuatnya.

"Mr Steve, please. Jangan memulainya, aku ada kelas hari ini."balas Jisoo berjalan masuk kedalam kamarnya. Malas berdebat dengan Sehun pagi-pagi. Tidak rela energinya terkuras hanya untuk hal yang tidak penting.

Sehun yang melihat Jisoo kembali kedalam kamarnya hanya menghela nafasnya panjang. Menatap pintu kamar Jisoo yang sudah tertutup rapat. "Janice...sampai kapan hati mu akan terbuka untuk ku.."gumamnya.

Sudah sekitar 30 kali, bahkan lebih, Sehun menyatakan perasaannya kepada Jisoo. Dan..hasilnya pasti sama. Gadis itu menolak dan mengajak Sehun untuk temanan saja. Sampai...pada akhirnya Jisoo menerima ajakan Sehun untuk berkencan sekitar 1 minggu yang lalu. Jujur saja, Sehun senang sekali ketika Jisoo akhirnya ingin keluar berkencan dengannya. Dia berharap, Jisoo akan menganggapnya lebih dari sekedar teman setelah mereka berkencan. Tapi...tetap sama. Teman, teman, dan teman. Malang sekali nasib Sehun yang terjebak dalam friendzone. Meskipun, dia tidak menyerah. Lagian, Jisoo juga tidak marah kalau dia mengaku sebagai kekasihnya toh? Setidaknya, dia masih punya harapan.

Sekitar 10 menit menunggu, Jisoo akhirnya keluar dari kamarnya dengan casual outfit.  Gadis itu sudah siap untuk pergi ke kampus. Sehun menghela nafasnya dan berdiri dari duduknya di sofa empuk milik Jisoo.

"Aku akan mengantar mu."

"Memang sudah seharusnya."balas Jisoo yang matanya tak terlepas dari ponselnya. Jujur, itu membuat Sehun sedikit jengkel.

MEMORIESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang