[Jangan lupa tinggalkan jejak ya, teman-teman. Vote n comment. Aku tahu kalau kalian juga tahu caranya menghargai.]
Rabu, 3 Juli 2019
“Ke Tulamben lagi? Kemarin kenapa gak sekalian nginap aja sih, bang?”
Junho mendengus, ingin sekali mengumpat sekasar-kasarnya di depan wajah Yunseong yang saat ini tengah menatapnya datar tanpa beban. Haha, kakak sepupunya ini sialan sekali! Setelah perjalanan panjang Denpasar-Amlapura-Kubu-Tulamben-Kubu-Denpasar kamarin, lelaki bermarga Hwang itu hari ini kembali memintanya untuk menemaninya ke Tulamben. Bukankah itu gila? Junho rasanya ingin sekali berhenti menjadi kenalan Yunseong.
“Minkyu kemarin bawa Donghyun, jadi harus pulang,” Yunseong menjawab datar, membuat Junho mendelik kesal padanya.
“Sama aja, bang,” sahut lelaki bermarga Cha itu cepat, “mau kemarin atau hari atau besok juga, Minkyu tetap bawa si Keumdong. Tuh bocah kan dititipin ke Minkyu selama orang tuanya ke Jakarta. Dan Minkyu mana berani ninggalin tuh bocah sendirian di Denpasar.”
Yunseong tak bereaksi berlebihan. Ia hanya menatap Junho sebentar sebelum mengalihkan fokusnya pada ponselnya yang sejak tadi bergetar menandakan banyaknya pemberitahuan yang masuk. Lalu, ketika ia menyadari jika semua pesan yang masuk itu sama sekali tidak penting—ketika maniknya membaca siapa yang menyebabkan semua keributan di ponselnya pagi ini—lelaki itu memilih mengabaikan benda persegi itu.
“Ya udah, si Minkyu gak usah diajak aja,” lelaki Hwang itu berucap kemudian, lalu meraih cangkir berisi kopinya dan meminumnya perlahan.
Jawaban itu sukses membuat Junho mendelik tajam padanya, hampir saja melempar sang kakak dengan cangkir kopinya yang masih terisi setengah, “gak. Nanti lo kerja, gue disuruh jadi batu gitu ngeliatin lo doang. Males banget, bang.”
“Jangan kayak orang susah deh, Jun. Di sana banyak tempat wisatanya, lo bisa sekalian jalan-jalan.”
“Sendirian gitu?” Junho memincingkan matanya, menatap Yunseong dengan tatapan menyebalkan, “gak, makasih.”
“Makanya punya pacar, biar ada teman jalannya.”
“Ya udah, pergi aja sana sama pacar lo.”
Junho menyahut kesal, membuat Yunseong segera menatapnya dengan tatapan datar. Lalu, lelaki Cha itu balik menatapnya dengan tatapan malas, sebelum mencibir dan meraih cangkir kopinya. Ia meneguk kopinya sampai habis lalu meletakan cangkir itu kembali ke meja.
“Bercanda woi, Hwang Yunseong! Baperan banget sih jadi cowok,” ia lalu berucap santai—membiarkan Yunseong dengan ekspresi datarnya yang masih sama—hingga beberapa saat kemudian—seakan menyadari sesuatu—ia langsung menunjukan ekspresi kagetnya yang berlebihan, “apa lo udah baper gara-gara tiap hari digas sama si Mini? Wah, peningkatan luar biasa ini. Lo kan gak punya hati buat baper-baperan. Gue harus kasih tahu Mini nih, tuh bocah pasti bakal senang banget dan makin kenceng gasnya.”
Junho melanjutkan celotehannya. Lalu Yunseong sepenuhnya mengabaikan semua yang ia katakan. Lelaki bermarga Hwang itu lebih memilih untuk membuka salah satu bungkusan roti yang ada di atas meja dan mulai memakannya. Masa bodoh dengan semua omong kosong yang Junho katakan. Ia tak peduli. Lagi pula, itu sama sekali tak penting dan ia tak mau repot-repot memikirkannya.
Tapi sesuatu tiba-tiba membuatnya tersentak. Ia lalu menghentikan aksi makannya dan menatap Junho yang masih asyik berceloteh—entah apa inti dari semua ucapannya—lalu memanggil lelaki Cha itu pelan.
“Jun?”
“Apaan?!” Junho bertanya tak santai karena Yunseong memotong ucapannya begitu saja.
![](https://img.wattpad.com/cover/202421528-288-k725230.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] PRAKTEK KERJA LAPANGAN || HwangMini
FanfictionCampus' Diary "Jun, kak Yunseong kapan jadi pacar gue?" "Kapan-kapan kalo lo mimpi." "Ih, kok lo jahat, sih, sama gue? Bodoh ah, gue pundung." "He, pundung ya pundung aja. Laporan noh dikelarin buru!" "Ogah. Nunggu kak Yunseong nembak gue dulu!" "HE...