🐠 Dua Puluh Sembilan

1.4K 238 18
                                    

[Jangan lupa tinggalkan jejak ya, teman-teman. Vote n comment. Aku tahu kalau kalian juga tahu caranya menghargai.]




















Kamis, 25 Juli 2019









Siang ini asrama sepi. Minhee dan Dongpyo sibuk goleran di kasur milik si manis Kang. Dongyun sibuk VC dengan pacarnya di pintu kamar asrama Minhee dan Eunsang, sementara si rambut merah tengah mengungsi ke kamar Dongpyo dan Dongyun—entah apa yang dia lakukan di sana sendirian.

Hanya ada mereka berempat. Mbak Myan dan mbak Siska tadi pergi keluar—sepertinya pergi membeli makan siang. Kak Gede bahkan tak kelihatan lagi setelah apel pagi. Pak Bon berserta istri dan anaknya juga sudah pergi beberapa saat yang lalu. Jadi, asrama tentu saja semakin sepi.

Seharusnya, sekarang mereka sedang menikmati makan siang mereka. Tapi, keempatnya tengah malas memasak dan pergi ke warung depan untuk makan, jadi mereka hanya membeli beberapa bungkus roti dan pop mie. Itupun belum ada satupun yang mulai makan. Dongpyo dan Minhee masih sibuk menonton melalui ponsel masing-masing. Dan Dongyun dengan kegiatannya yang entah kapan selesai.

“Min, lapar gak?”

Di antara kegiatan menonton mereka, Dongpyo tiba-tiba bertanya, membuat Minhee yang masih asyik menonton jadi meliriknya sekilas sebelum mengangguk kecil, “lapar sih, tapi malas ngunyah.”

“Yeu si anjir,” Dongpyo mendelik kecil, lalu menjeda video yang ditontonnya sebelum beranjak dari posisinya, “gue aduin nyokap lo ya, malas makan.”

“Aduin aja, nanti gue aduin bokap lo kalo lo buang obat yang harusnya lo bawa ke sini.”

“Bacot, Min!” Dongpyo kembali mendelik, lalu memasang wajah merengeknya, “tapi lapar, Min. Ke dapur yuk, masak air buat pop mie. Pake nih pemanas lama.”

“Dibilangin gue malas juga,” tapi Minhee menjawab acuh. Kini video yang ditontonnya telah selesai dan ia sibuk mencari video lain untuk ditonton, “ajak Dongyun tuh.”

“Masih VC.”

“Eunsang.”

“Malas ah, kek cewek PMS dia.”

Lalu, jawaban yang Dongpyo berikan itu sukses membuat Minhee menoleh dan menatap temannya itu.

“Gimana?”

“Lo gak sadar emangnya?” Dongpyo balik bertanya, kini ia sudah bersandar di tembok di sisi tempat tidur Minhee dengan mata yang mengarah pada si Kang—yang masih betah pada posisinya, “sejak balik dari taman Edelweis kemarin dia kek orang ngambek. Gak omong apa-apa, mukanya cemberut mulu. Sekalinya ngomong malah marah-marah.”

Dongpyo menceritakan apa yang terjadi pada Eunsang sejak mereka pulang dari taman Edelweis kemarin. Membuat Minhee mengangguk saja, sedikit banyak ia sudah paham apa yang terjadi pada temannya itu dan dapat menebak alasannya.

Memang benar sih, sejak pulang kemarin, ah tidak, bahkan ketika mereka masih di taman Edelweis kemarin, si manis Lee itu sempat melempar tatapan tajam padanya ketika Yunseong dan Junho pamit padanya ketika mereka akan pulang. Kedua lelaki itu mengatakan jika mereka akan langsung pulang dan tak mampir ke asrama. Saat itu, ia sempat melirik ke arah Eunsang yang tengah menunggu Dongpyo yang pergi membeli sate di sekitar taman itu. Temannya itu terlihat memasang wajah kesal dan menatap tajam ke arahnya.

Lalu, ketika mereka sampai di asrama si rambut merah itu tidak mengatakan apa-apa. Ia lebih banyak diam bahkan ketika mereka membantu bu Rati di lab tadi pagi.

Minhee tahu Eunsang jadi lebih diam dan jadi marah-marah sekalinya ia membuka mulut, tapi belum tahu pasti temannya itu kenapa. Lalu, ketika Dongpyo menceritakan awal mula Eunsang seperti itu, ia sepertinya dapat menabak si manis Lee itu kenapa.

[1] PRAKTEK KERJA LAPANGAN || HwangMiniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang