🐠 Tiga Puluh Lima

1.5K 248 15
                                    

[Jangan lupa tinggalkan jejak ya, teman-teman. Vote n comment. Aku tahu kalau kalian juga tahu caranya menghargai.]




















Sabtu, 3 Agustus 2019 (3/3)









“Pyo!”

“Anjir, Min! Kalem dikit kek!”

Dongpyo yang sedang asyik goleran di atas tempat tidur dengan tangan yang sibuk menggulir layar ponselnya jadi tersentak kaget begitu Minhee membuka pintu secara tiba-tiba dan memanggilnya dengan volume suara yang tidak bisa dikatakan kecil. Ia bahkan hampir terjungkal dan jatuh dari tempat tidur saking kagetnya. Memang, manusia tinggi bermarga Kang—yang sayangnya adalah teman seperbacotannya itu—sering kurang ajar.

Sementara itu, si manis Kang yang masih berdiri sambil memegang gagang pintu justru terlihat tak peduli. Ia bahkan memamerkan senyum tanpa dosanya—yang membuat Dongpyo mencibir tak senang.

“Piyoo, dedek Keum Donghyun nyariin lo nih,” selanjutnya, ia mengatakan kalimat itu dengan santai, sebelum mengedipkan sebelah matanya pada si mungil.

“Hah?” tapi, si mungil Son itu justru menatapnya tak paham. Maksudnya, ia tak paham mengapa bocah itu mencarinya. Ayolah, siapapun tahu mereka tak sedekat itu. Atau belum?

“Donghyun ada di depan, nyariin lu, setan!” lalu, karena Dongpyo memasang ekspresi bodohnya, Minhee tak tahan untuk menjawabnya dengan tak santai. Ia bahkan sudah menatap si mungil Son tidak sabar.

“Buat apa nyariin gue?”

“Ya mana gue tahu,” Minhee masih menjawab tak santai, “orang dia datang langsung nanya lo di mana.”

“Dia datang sama siapa? Terus, kok bisa tahu gue di sini?”

“Bacot ah, njing!” Minhee sudah emosi, masa bodoh jika Dongpyo akan tersinggung dengan umpatannya. Apa susahnya sih keluar dan menemui Donghyun lalu menanyakan langsung pada orangnya? Kenapa harus bertanya padanya? Minhee kan hanya diminta tolong untuk memanggilnya, “tanyain sendiri sana sama orangnya. Atau kalo lo gak mau, gue nyuruh dia ke sini!”

Selanjutnya, tanpa peduli apa yang akan Dongpyo lakukan, Minhee menarik pintu dan menutupnya cepat. Tadinya, ingin ia banting, hanya saja ini bukan rumahnya kawan. Memang siapa yang mau mengganti jika pintunya rusak. Selanjutnya, yang ia lakukan adalah ingin kembali ke depan dan menemui Minkyu dan Wonjin yang datang bersama Donghyun tadi. Tapi, hal itu urung begitu ia melihat Junho dan Eunsang yang terlihat berjalan dari taman belakang menuju ke arahnya—memang, kamar yang diberikan Sejeong untuk ia dan kedua temannya tempati ini menghadap langsung dengan taman belakang—sambil saling tersenyum.

“Jun, apa gak takut itu bibir robek karna senyum terlalu lebar?!”

Minhee sudah berucap heboh, bertanya dengan suara nyaring dan tanpa malu sama sekali. Membuat dua manusia di depan sana kompak menatap ke arahnya. Eunsang sontak saja merunduk malu ketika si Kang dengan santai memasang wajah menyebalkan—yang jelas untuk menggodanya. Sementara Junho langsung melotot tajam pada sahabatnya karena sudah mengganggu momen mereka.

“Bacot, babi!” Junho jelas mengumpatinya begitu saja, tapi ia tak peduli. Karena ia kini sudah tertawa senang karena berhasil membuat temannya itu kesal.

“Lah, babi emang bisa bacot?

“Bisa, lo babinya!”

“Ah, masa sih?” si manis tersenyum menggoda—yang jatuhnya jadi sangat menyebalkan di mata Junho, “gue Minhee tuh, bukan babi!”

“Bodo amat, musnah sana lo, setan!”

“Hahahahaha!” Minhee tak tahan, kini sudah tertawa kencang melihat ekspresi kesal Junho, “Jun, habis baikan! Jangan nunjukin borok lo dulu dong! Kalo Eunsang tahu semua jelek lo mah auto gak mau jadi pacar lo!”

[1] PRAKTEK KERJA LAPANGAN || HwangMiniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang