Tomorrow (2)

4.5K 160 6
                                    

Flashback

"Morning, princess?" ucap seorang pria yang wajahnya tepat berada di depanku.

Aku berusaha membuka mata, mencerna keadaanku sekarang. Berada di sebuah ruang - kamar - yang jelas bukan milikku. Kamar bertema hitam abu ini cukup rapi, hanya dress dan underwearku berserakan di lantainya. Tanganku memegang kening karena masih cukup pusing akibat pengaruh alkohol semalam. Aku sedikit menegakkan tubuhku, tapi rasanya remuk. Sampai aku mengaduh sambil terus menutupkan selimut yang menjadi satu-satunya kain di atas tubuh polosku sekarang.

Pria itu kuketahui hanya memakai handuk yang melilit sebatas pinggang hingga atas lututnya. Absnya terlihat begitu keras di tubuhnya yang tidak terlalu besar. Rambutnya sedikit basah, sepertinya dia selesai mandi. Yang paling menarik perhatian adalah bibirnya yang begitu penuh dan merah. Rupanya aku telah menghabiskan malam dengan pria yang sangat seksi. Sayang sekali aku bahkan lupa rasanya karena terlalu besar pengaruh alkohol dalam tubuhku semalam.

Aku bergegas dari tempat tidur, mengambil pakaianku yang berserakan di lantai. Lalu memakainya begitu saja tanpa tahu malu. Pria itu malah melihatku sambil terus membasahi bibir dengan lidahnya.

"Oh, aku harus pergi," ucapku terburu-buru.

"Sayang sekali, padahal semalam kau sangat seksi dan liar, nona," katanya lagi.

"I know," ucapku begitu saja.

"Bisa kita bertemu lagi?" tanyanya.

"Sebaiknya tidak. Terimakasih sudah menemaniku semalam."

Aku memberanikan diri menatapnya penuh.

"Jimin, Park Jimin," kata pria itu.

"Oh iya, terimakasih, Jimin-sshi."

Lalu sebuah senyum asimestris muncul di wajahnya sebelum aku benar-benar meninggalkan tempatnya. Aku bisa melihat jelas sebuah papan bertuliskan PARK JIMIN di dinding ruang tamunya. Seperti sebuah sertifikat - semacam penghargaan - tapi aku tidak tahu jelas karena melihatnya sambil berlalu.

Flashback end.

***

Aku mengingatnya, seperti dugaanku. Dia adalah salah satu pria yang pernah menghabiskan malam denganku. Melihat raut wajahnya sekarang membuatku bergidik. Park Jimin. Pantas saja mataku seolah menembus kemeja putihnya waktu itu. Karena aku telah melihat tubuh polosnya. Dan sekarang dia menjadi bawahanku. Sungguh memalukan. Hal seperti ini sangat jauh dari dugaanku.

"Bagaimana, kau mengingatnya?" tanya Jimin lagi, masih mempertahankan posisinya yang teramat dekat denganku. Wajahku yang gugup sudah menjadi jawabannya. Aku tidak mau terlihat gugup, itu seperti melukai harga diriku. Lalu kutarik dasinya hingga bibir kami menempel. Lagipula pasti ini yang diinginkannya.

Jimin cukup kaget dengan tindakan mendadakku. Tapi dia segera tanggap dengan menelungkupkan telapak tangannya pada kedua sisi wajahku, memperdalam ciuman yang aku mulai. Bibir penuhnya lembut tapi panas dalam satu waktu. Aku tidak bisa dominan dalam ciuman ini. Jimin lebih agresif dengan menangkap semua belahan bibirku. Bagaimana bisa Tuhan memberikan bibir yang seksi dengan kemampuan mencium yang sesempurna ini. Bahkan dengan ciumannya saja, kurasa tubuhku sudah terangsang begitu kuat. Kami terus memejamkan mata, menikmati reaksi tubuh kami masing-masing. Tanganku sudah mengusak tengkuknya gelisah, mendekatkan wajahnya yang sudah menempel denganku. Lalu deru nafas kami memenuhi ruangan begitu tiba-tiba.

"Ehh.. Jimin, jangan di sini," ucapku di antara desahan yang tertahan. Jimin menatapku dengan mata yang menggelap. Shit, aku benar-benar ingin segera merobek kemeja putihnya.

Lost in Your Love Session 2 (BTS Oneshots) [M]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang