Seokjin membelalakkan matanya menyadari tindakanku yang mungkin tidak terduga olehnya. Tanganku terus menarik kerahnya lebih kencang hingga tubuh tingginya menunduk. Butuh waktu beberapa detik bagi Seokjin untuk membalas ciumanku. Hampir saja aku tersinggung karena dia diam saja.
Tanganku menelusuri dadanya, mengkonfirmasi bahwa tubuhnya memang sempurna. Aku bisa merasakan otot dadanya yang kencang, membuat hawa panas pada tubuhku semakin menjadi. Aku memang tidak salah bisa terpesona begitu dalam pada pria ini. Kutautkan kedua tanganku pada tengkuknya, menyentuh rambutnya yang panjangnya kini mencapai leher.
Ciumannya semakin intens, tangan kekarnya telah mengapit tubuhku. Kepala kami sudah bergerak berlawanan arah dengan tempo yang lebih cepat. Bibirnya begitu lembut, menguasaiku dengan cara yang kelewat batas. Aku bahkan tidak minum alkohol, tapi Seokjin membuatku mabuk kepayang seiring feromon yang merasuk dalam masing-masing raga kami. Seokjin menghimpit tubuhku pada pintu apartemen, menjepit sempurna tubuh mungilku di antara dirinya dan pintu apartemen. Aku merasakan dada kami yang telah menempel, naik turun bersama nafas yang semakin membara.
"Izinkan aku mampir ke dalam," kata Seokjin sambil menempelkan dahi kami. Aku bisa melihat matanya mulai menggelap dan aku tahu jelas tentang permintaannya.
Jari jemariku bergetar ketika memencet kode pintu rumah. Jantungku berpacu dengan cepat, hormonku naik begitu drastis. Seokjin terus berusaha tenang dengan menungguku membuka pintu apartemen, tapi dadanya masih naik turun di balik kancing kemejanya yang terbuka. Tangannya masih bertaut ke pinggangku.
Seokjin mendorongku ke dinding terdekat dan menghimpit tubuhku ketika kami berhasil masuk ke apartemen. Lalu dia kembali memagut bibirku dengan rakus. Bibir tebalnya menyesap bibir atas dan bawahku bergantian, tidak membiarkan kedua belah bibirku menganggur tanpa sentuhannya. Ini begitu nikmat, kehangatan tubuhnya tersalur begitu apik dengan pertautan bibir kami. Bagaimana bisa hanya berciuman, tubuhku bereaksi begitu cepat. Aku bahkan sudah merasakan underwearku basah hanya karena bibir kami yang saling berpagut.
Aku melenguh ketika tangan kekarnya meremas pantatku yang masih memakai rok kerja. Sentuhannya menjalar dan kini berhenti di kancing blouseku. Jari-jari panjangnya membuka kancing paling atas, mengeksplor belahan dadaku tepat di depannya. Aku menggigit bibirku merasakan dadaku mungkin sudah menegang dengan perlakuannya.
"Jisoo.... Kau tidak akan membenciku kan setelah ini?" matanya menyipit, memastikan bahwa aku juga menginginkan lebih.
"Aku akan membencimu jika kau banyak bertanya apalagi menghentikannya, Kim Seokjin."
Senyum tipisnya terurai begitu seksi pada bibirnya yang sangat lembab akibat ciuman tiada henti yang kami lakukan. Jemarinya meneruskan membuka kancing kedua dan ketiga blouseku. Bra warna hitam terlihat membungkus sempurna dadaku, mulai disentuhnya. Seokjin terlihat kesusahan terus menunduk karena perbedaan tinggi tubuh kami yang cukup besar. Apalagi aku telah menanggalkan higheels sejak masuk ke dalam apartemen.
Tangan besarnya meraih kembali bokongku, mengkode untuk melingkarkan kakiku pada pinggangnya. Tubuhku semakin kencang terhimpit pada dinding olehnya hingga bisa kurasakan ketegangan pusat tubuhnya yang muncul di balik celana jeans hitamnya. Dia menaikkan tubuhku hingga wajah kami sejajar dan kembali Seokjin menciumi bibirku agresif.
"Pintu sebelah kanan, kamarku," aku berbisik padanya ketika bibirnya bergerak menuju leherku.
"Wah, sepertinya bukan aku yang suka mengatur ya," godanya sambil mempersembahkan smirknya yang seksi.
Seokjin membiarkan kami sama-sama berlutut di atas ranjangku. Aku mulai membuka kancing kemeja hitamnya yang dari tadi mencetak otot dadanya dengan jelas. Seokjin memejamkan mata ketika aku menyentuh dengan perlahan dada bidangnya yang sudah topless. Pria ini memang dianugrahi tubuh yang sangat sempurna. Hanya melihatnya seperti ini saja rasanya aku ingin meledak. Bahu yang lebar dengan otot yang kekar, pinggangnya begitu ramping terikat sabuk yang melekat di celana jeansnya. Jantungku terus berpacu dengan cepat, membuatku mendorong tubuhnya hingga terduduk bersandar pada dashboard ranjangku. Aku merangkak ke arahnya, melepas ikat pinggangnya sedikit terburu-buru. Jari-jariku yang bersentuhan dengan perut absnya membuat Seokjin meringis menahan gairah. Entah kenapa bunyi ikat pinggang yang terlepas terdengar begitu seksi sekarang ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost in Your Love Session 2 (BTS Oneshots) [M]
FanficBagaimana jika mereka masuk ke dalam imajinasimu secara tiba-tiba? Lanjutan dari Lost in Your Love (BTS Oneshots) [M]. Link : https://www.wattpad.com/story/121244242-lost-in-your-love-bts-oneshots-m