Different Goals (2)

2.4K 100 10
                                    

Jimin bukan sedang munafik bahwa Seulgi sudah menarik hatinya. Tapi pria itu masih belum bisa menemukan alasan untuk membuat mereka terus dekat. Jimin masih meraba-raba bagaimana sifat Seulgi dan kemungkinan masuk lebih jauh ke dalam kehidupan wanita itu. Dirinya tahu bahwa Seulgi sudah memberi peringatan dari awal bahwa wanita itu bukan orang yang bercita-cita ingin menikah atau bahkan berpasangan. Mendengar kalimat Seulgi yang tegas kepadanya barusan, Jimin sedikit tertampar. Apa memang benar dirinya tidak memiliki kesempatan bersama dengan Seulgi.

"Jim, sudah sore...," ucap Seulgi setelah melihat jam yang melingkar di tangannya. Jimin melihat matahari yang mulai turun. Momen sunset dari tempat mereka duduk sebenarnya sayang dilewatkan.

"Kau tidak ingin melihat sunset? Spot ini sempurna untuk melihat sunset."

Seulgi memandangi Jimin ragu. Dia hanya khawatir jika tiba-tiba cuaca tidak bersahabat dan harus menuruni jalanan hiking sejauh 5 km untuk ke parkir mobil.

"Apa kau yakin kita tetap bisa pulang walau hari gelap?"

"Kenapa tidak? Dulu aku bahkan camping semalam di sini."

"Baiklah."

Seulgi duduk kembali di depan tenda, menghadap ke matahari yang terus turun perlahan. Mereka terdiam kembali. Kali ini bukan hanya karena menikmati sunset. Tapi Jimin ingat kata-kata Seulgi yang cukup tegas mengkalimatkan perbedaan tujuan hidup mereka. Kalau sudah begini, apa yang akan dilakukan Jimin. Pria itu tidak bisa menahan diri untuk tidak bertemu, berbicara, dan bahkan keinginan itu sudah berkembang seperti ingin menyentuh, memeluk, merengkuh tubuh Seulgi dalam kurungan tubuhnya. Jimin merasa dirinya bisa gila.

"Seulgi-ah..."

"Hm..."

"Aku minta maaf..."

"Untuk?"

"Kalau aku terlalu annoying perkara kita terpisah kota."

"No worries..."

Seulgi memandang sunset yang perlahan mendekati sempurna.

"Aku hanya tidak terbiasa dengan tipe orang sepertimu," ucap Seulgi.

"Seperti apa? Memangnya aku kenapa?"

Sunset semakin turun dan cahaya senja terasa jelas. Berwarna kuning dan menghilangkan terangnya hari, langit perlahan gelap.

Tidak pernah didekati pria segencar Jimin. Batin Seulgi dalam hati. Pertahanannya hampir runtuh.

"Nothing...." pada akhirnya Seulgi tidak mengatakan. Apa prinsipnya kurang kuat untuk hidup seorang diri? Atau memang karena orang itu adalah Jimin? Mungkin Seulgi memang belum pernah mengalami masa-masa bimbang karena pria sepanjang hidupnya. Yah, itu semua karena Jimin. Seulgi menaruh hati pada pria itu. Dan sekarang Jimin sudah masuk ke dalam otaknya, meminta tempat untuk selalu ada dalam pikiran Seulgi.

Jimin memegang tangan Seulgi, mau tidak mau gadis itu menoleh padanya. Seulgi bertanya kenapa, tapi Jimin menjawab dengan ekspresi yang sulit dijelaskan dengan kata-kata. Mata berkilau memuja, memandangi Seulgi penuh cinta. Seulgi mengira tatapan itu hanya ilusi. Jimin hanya menganggapnya teman, tidak lebih.

"Memikirkan apa? Itu lihat sunsetnya bagus," kata Jimin. Tubuhnya didekatkan pada Seulgi dengan alasan dingin. Tangan masih menggenggam milik Seulgi, semakin erat bahkan sebelah tangannya merangkul pundak Seulgi. Gadis itu menurut untuk melihat sunset yang sebentar lagi berakhir. Ingin sekali melingkarkan tangan ke pinggang Jimin dan menyandarkan kepala di pundak pria itu tapi Seulgi sadar mereka bukan kekasih.

"This is the perfect moment. Isn't it?" Jimin menggumam.

"Uh?"

"Untuk seorang pria yang ingin confess."

Lost in Your Love Session 2 (BTS Oneshots) [M]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang