Tomorrow (1)

5.8K 149 5
                                    

Kim Dahyun POV

Same time, same work, same problems, same people, same shit. Everyday.

Langkah kakiku selalu cepat, ketuk-ketuk sepatunya memekik hingga siapapun yang mendengar pasti akan menghindari kontak mata denganku. Senyumku sudah terlalu hambar untuk menyapa CEO Kim ketika aku lewat ruangannya. Weekend baru saja berakhir, tapi Senin pagi tidak pernah lagi membuatku begitu fresh. 

Aku, Kim Dahyun. Adalah ketua dari badan audit perusahaan Kim corp. Ini adalah tahun keempatku bekerja di perusahaan. Dilihat dari judul jabatan saja pasti sudah ngeri membayangkan pekerjaanku. Iya, pekerjaanku memeriksa laporan keuangan perusahaan, memastikan perusahaan kami mengeluarkan uang dengan benar. Berat? Tentu saja. Karena itu sekarang hatiku seperti membatu. Tidak ada hal yang membuatku sangat senang, sangat sedih, atau sangat hype. Aku hanya hidup karena tidak bisa mati begitu saja.

Hari-hari yang sama, masalah yang sama, tidak ada penantian yang berarti. Hari ini akan berganti besok, juga dengan ritme yang tidak berbeda. Kejenuhanku sudah memenuhi puncak, tapi aku mengabaikannya. Toh tidak bisa dirubah. Aku terlalu malas untuk berubah, untuk keluar dari zona nyaman - kata orang-orang.

"Dahyun-sshi, jangan lupa hari ini ada interview pegawai baru," ucap CEO Kim Namjoon ketika aku meminta tanda tangan untuk beberapa laporan. 

"Baik, CEO-nim."

Setidaknya ada yang berbeda hari ini, aku tidak melulu menyusun laporan yang setiap hari harus dimintakan tanda tangannya pada CEO Kim.

Sebenarnya jika diperhatikan seksama, aku cukup cute. Tidak terlalu tinggi tapi terlalu putih. Senyumku terlalu lebar dengan mata yang terlalu melengkung. Tapi mungkin orang-orang sudah lama tidak melihatku tersenyum seperti tahun pertama aku bekerja di sini. Dahyun sekarang adalah ketua audit yang cukup mengerikan. Senyumku sudah lama menghilang seiring pekerjaanku yang menuntut itu. Ya memang harus begitu, menjadi auditor harus sedikit mengerikan, dengan begitu pekerjaanku akan lancar.

Ketika aku memasuki ruang interview, 3 orang lainnya dari HRD langsung membenarkan posisi duduknya, seolah aku yang akan menginterview mereka. Padahal tugas kami kan sama. Hanya saja aku memang harus hadir karena pegawai barunya akan menempati divisiku, bagian keuangan juga. 

***

Para fresh graduate ini memang kuakui kehebatannya. Mereka sudah belajar banyak untuk menjawab pertanyaan interview dengan cukup baik. Tapi sungguh, jawabannya seperti buku. Iya aku akui semuanya cerdas, memanfaatkan teknologi apapun untuk merangkai kata-kata yang baik. Namun semuanya terlihat begitu fake dan idealis. Aku yakin mereka pasti sudah sering ke club ketika weekend, atau paling tidak mencoba hal-hal seperti merokok, drugs, tapi kenapa konsep hidupnya masih terlalu idealis. Oke, memang aku tidak boleh menjudge terlalu kejam. Cukup sikapku saja yang terlihat kejam, tapi sebenarnya aku bukan orang yang jahat.

Kusandarkan tubuhku ke sandaran kursi, masih memainkan pulpen di atas meja. Sudah sampai urutan ke 20 tapi belum ada yang menarik. Hari ini akan ada 30 orang yang di interview dan kami akan mengambil 2 orang saja yang masuk ke divisi keuangan.

Lalu seorang pria bernomor urut 21 masuk, cukup menarik perhatianku. Tubuhnya kuperkirakan setinggi 170 cm lebih beberapa centi, tidak terlalu tinggi. Rambutnya hitam dan tebal. Memakai kemeja putih dengan dasi gradasi biru abu-abu, sangat rapi. Celana bahan berwarna hitam yang cukup ketat, hingga mencetak jelas otot kakinya yang sudah kubayangkan pasti cukup kuat. Badannya boleh kecil, tapi aku yakin pria ini memiliki tubuh yang cukup berotot, dilihat dari kakinya yang sangat seksi. Memakai sepatu pantofel, pria bernama Park Jimin ini lalu berjalan dan duduk di depan kami.

Lost in Your Love Session 2 (BTS Oneshots) [M]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang