Different Goals (1)

3.2K 103 5
                                    

"Ini semua karena kau, kita jadi kesepian," kata Jimin lewat handphonenya. Seulgi tidak suka kalimat itu. Emosinya yang sudah kalem mulai merakit lagi. Selalu komplain karena terpisah jarak tiba-tiba. Jimin tidak pernah bisa membuatnya melewati hari dengan tenang sejak seminggu mereka berpisah kota.

Seulgi sudah jelas mengabarkan jauh-jauh hari kalau dirinya akan pindah tugas ke Busan. Wanita itu memutuskan kembali ke kampung halaman karena rumah sakit di sana membutuhkan spesialis mata yaitu dirinya. Meneruskan karir di Busan lebih menguntungkan untuknya. Jam kerja yang lebih sedikit membuatnya bisa mengatur waktu untuk mengajar.

Pria bernama Park Jimin menjadi teman kerja sejak dua bulan ini. Rencana masa depan Seulgi sudah dia susun jauh-jauh hari sebelum mereka saling mengenal. Memahami apakah pria bernama Jimin itu sudah dianggapnya sebagai teman atau belum saja, Seulgi belum yakin. Wajar jika wanita itu tidak memikirkan dampak emosi yang tercipta ketika perpisahan tiba. Memangnya mereka ini apa?

Seulgi menutup telepon setelah meladeni sedikit keluhan Jimin. Jam kerja memang berkurang, tapi kalau setiap hari Jimin selalu menelponnya begini, tetap saja Seulgi tidak bisa istirahat tepat waktu. Bukan cuma 30 menit berbicara, tapi bisa sampai dua jam hanya untuk mengeluh dan bercerita ini itu.

Seulgi bukannya tidak suka, tapi Jimin sudah merebut hampir seluruh isi otaknya belakangan ini. Dua bulan berkenalan dan langsung begitu dekat. Mengaku teman, tapi Seulgi sebetulnya tidak terlalu mengenal Jimin. Hanya saja semua sikap dan segala ekspresi serta visual, bahkan suara pria itu memenuhi otaknya. Dia hanya tidak pernah merasakan hal seperti ini sebelumnya.

Bercita-cita menjadi dokter, Seulgi telah menghabiskan banyak waktu hidupnya untuk belajar dan bekerja. Segala ambisinya membuat Seulgi tidak sempat memikirkan pria apalagi pendamping hidup. Seulgi tidak suka hidupnya terganggu perasaan-perasaan yang serba menggantung. Baginya, jatuh cinta dan menjalin hubungan dengan seseorang hanya akan menghabiskan tenaga dan prasangka.

Tapi jika didekati manusia sejenis Park Jimin, siapa yang bisa menolak.

Park Jimin, satu-satunya pria yang membuat Seulgi ingin menghianati diri sendiri. Pria itu sudah menari-nari di otaknya tanpa mau pergi. Seulgi tidak pernah bercita-cita hidup dengan orang lain. Seulgi tidak suka tergantung. Wanita itu sudah terbiasa sendiri sejak dua puluh tahun. Sejak kecil keluarganya memang mengajarkan untuk mandiri. Banyak yang mengatakan karakternya terlalu kuat. Banyak yang mencemooh karena sifat kakunya. Bahkan sumpah serapah kerap diterima perkara pencarian pasangan. Tapi Seulgi tidak peduli, toh goal hidupnya bukan untuk orang lain.

Seulgi menghembuskan nafas panjang sambil berbaring di kursi malas di balkon. Beruntung dirinya mendapat tempat tinggal yang sangat nyaman, rumah lantai dua di pinggir pantai. Bisa melihat malam dengan penuh bintang dengan hamparan pantai laut tanpa cahaya. Benar-benar hidup impiannya. Tinggal di daerah pantai yang tidak jauh dari gunung. Senin sampai Jumat akan bekerja dan mengajar. Kemudian mengisi weekend dengan main ke pantai atau hiking ke gunung. Sungguh, Seulgi tidak membutuhkan apapun. Sebelum mengenal Jimin.

Seulgi sudah menutup teleponnya dengan Jimin. Perasaan seketika setelah mengobrol dengan Jimin adalah hal yang mengganggunya belakangan ini. Rasanya tiba-tiba sepi. Seulgi tidak pernah kesepian sebelumnya. Dia adalah orang yang menikmati kesendirian. Sepertinya dia harus mengakui bahwa presensi Jimin dalam hidupnya dua bulan ini memang tidak bisa disepelekan.

Menghabiskan banyak waktu di rumah sakit, Jimin adalah orang yang paling sering mengunjungi kliniknya. Awalnya risih karena dianggap sok dekat. Tapi Jimin terus saja datang tanpa rikuh sekalipun. Mengaku menyukai Seulgi dalam konteks pertemanan. Selalu mengajak makan bersama dua kali sehari, hampir setiap hari. Seulgi hanya tidak menyangka, dia merindukan Jimin saat ini juga. Sering berperang batin dan otak, apakah seperti itu cara Jimin berteman. Lalu seberapa banyak teman yang dimiliki Jimin selain dirinya. Seulgi hanya tidak mau terbawa perasaan apalagi sampai bertepuk sebelah tangan.

Lost in Your Love Session 2 (BTS Oneshots) [M]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang