Hukuman🍂

6.1K 328 1
                                    

"selamat pagi Sya!" ucap teman sebangku ku.

"pagi" ucapku. Tetapi pikiran masih tetap membaca novel.

Ehem...

Deheman Rahma membuatku mengalihkan penglihatan. Aku masih bisa bersikap sopan, meski sifatku seperti yang tidak mempunyai etika. Hanya sekedar menunggu apa yang akan di katakan Rahma, aku bisa menunggunya tanpa berbicara karna Rahma tahu tentang sifatku. Mungkin dia telah memakluminya, dari sejak pertama masuk sekolah, dialah satu-satunya yang aku kenal.

Kata orang bila anak tidak mempunyai keluarga yang utuh, pasti perilakunya tidak baik, dan kelak nanti bila berumah tangga, akan sama dengan orang tuanya, Broken. Contohlah aku, aku tidak mempunyai keluarga utuh, dan sikapku juga tidak utuh layaknya orang lain. Masih banyak kekurangan yang ada dalam diri ku sendiri. Aku sadar diri, bahwa aku tidak memiliki didikan dari seorang ayah, tetapi menurutku didikan ayah atau ibu, didikan itu sama saja. Orang tua pasti menginginkan anaknya yang terbaik, bukan yang terburuk. Aku memiliki didikan ibu juga sudah sangat berterima kasih. Karna didikan tidak harus ada kedua orang tua, kesadaran diri sendiri pun harus ada.

Tentang rumah tangga, yang akan sama dengan orang tuanya. Aku tidak pernah berfikir sampai sana. Tetapi banyak orang yang menyepelekan anak korban dari perceraian orang tuanya. Setiap anak ingin memiliki keluarga yang utuh. Namun, takdir tidak berpihak pada aku dan bahkan anak-anak yang sama sepertiku di luar sana. Aku ingin memiliki keluarga yang harmonis dan tentram. Dan aku juga pastinya ingin memperbaiki kesalahan orang tua ku di masa lalu, hingga di suatu kelak nanti anak-anak dan keluargaku tidak merasakan apa yang yang aku rasakan, perihnya menyaksikan hancurnya keluarga sendiri.

Setiap anak memiliki tekad yang kuat untuk mencapai sesuatu yang terbaik.

Rahmania Ananta. Gadis cantik yang memiliki gigi taring layaknya vampire. Dengan lesung pipi di sebelah kanan. Dan kulitnya kuning langsat, Dia sangatlah baik, sesuai namanya Rahmania. Keramahan.

"makin cuek aja buu, kapan jadi power rangger nya." itulah yang Rahma katakan.

Aku menghirup udara sedalam-dalamnya. "kapan-kapan"

Rahma menarik kedua pipiku sampai merah jambu. Dengan pasrahnya aku merelakan kedua pipiku sudah seperti pipi panda, bahkan bapau. Lalu sekarang kebiasaan Rahma, tidak ada hentinya.

"s a k i t, Rahmania" ucapku dengan penekanan.

"yayaya, aku tau itu sakit. Tapi kamu gak pernah berpikir yah, bahwa dari sikap kamu ada orang yang sakit hatinya."

Aku menatap tembok di depanku. "ya aku tau"

Rahma mengerutkan dahinya. "lalu bila kamu tahu, kenapa kamu tidak rubah sikapmu itu Alsya, aku bukan tidak suka. Namun, aku kasian padamu. Kamu tidak hanya dapat teman aku saja, nanti kamu akan lebih banyak teman bila kamu tidak dingin seperti ini."

Pembahasan ini lagi dan lagi, aku sudah bosan dengan semuanya. "menyendiri, menyenangkan."

"tetapi manusia butuh interkasi Alsya, kamu tidak harus seperti ini terus. Kamu tau kita sudah kelas IX. Sekolah kita nanti bukan di sini lagi, kita harus bisa beradaptasi dengan yang lainnya. Aku tau kamu susah mengubah sikap mu itu, tetapi bila dengan niat dan kerja keras, pasti bisa. Biarkan sedikit tetapi pasti."

Muak dengan semuanya, aku pergi dari hadapan Rahma. "aku permisi."

Aku tidak membenci Rahma. Memang harusnya seperti itu, tetapi ada keganjalan pada diriku. Penyebabnya aku begini dari orang tua dan dari sana aku pernah berkata, bila penyebab ini oleh kehancuran. Maka balasannya dengan kebersamaan. Katakanlah aku egois, karna setiap anak pasti membutuhkan seorang ayah.

BROKEN HOME (END✔) SUDAH TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang