Mengenai hak. Manusia mempunyai pilihan sendiri. Baik dan buruknya pilihan itu. Akibatnya dirinya sendiri yang merasakan.
_AlsyaFresinca_
°°°
"Payah kau. Sudah tau berdarah kek gitu. Masih bilang gak papa. Heran dah. Sebenarnya kenapa bisa jatuh dan luka seperti ini. Tolong jelaskan?" ujarnya memarahi Alsya tidak ada habisnya.
Setelah selesai ujian Alsya langsung keluar. Dia ingin istirahat sekejap di mobil Dian. Namun, Alsya benar-benar sangat kecolongan. Dia tidak tahu Dian berada di belakangnya. Sepengetahuannya Dian masih banyak soal yang belum di kerjakan. Jadi Alsya berjalan santai, tanpa menyembunyikan luka di sikutnya itu.
Lalu Dian membawa Alsya tanpa berbicara terlebih dahulu. Ke rooftop sekolah. Seketika setelah ada di sana. Dian menatap Alsya dengan datar dan menyuruhnya duduk dengan paksaan. Dia pergi tanpa berkata apa-apa dan kembali dengan segala ocehan serta kotak obat di tangannya.
Dari sana Alsya sudah tau. Pasti Dian sudah melihat luka di sikutnya itu. Tentu Alsya pasrah. Bila sudah tau soal luka ini, Dian akan memarahinya habis-habisan seperti sekarang.
"Pelan-pelan ngobatinnya" keluh Alsya.
Bukannya pelan. Dian malah semakin menekan luka Alsya dengan kapas, yang sudah di beri obat merah.
Meringis kesakitan. Perih yang Alsya rasakan. Lukanya berdenyut. Ingin rasanya mencambuk Dian sebanyak yang dirinya inginkan.
"Jelaskan!"
Alsya memutarkan kedua bola matanya. Malas sekali dia tetap ngotot, ingin mengetahuinya. "Baiklah. Dengarkan! Jatuh, tidak bisa menyeimbangkan tubuh. Sikut korbannya. Udah selesai" ujarnya.
Penjelasan macam apa seperti itu. Ini bukan game yang harus memecahkan sebuah teka teki. "Gadis payah. Menjelaskan seperti itu" kesal Dian.
"Kek cewe yaa, kau ini. Banyak bicara. Telingaku korban dari kedzoliman muu nii"
Dian menekankan kembali luka Alsya.
Lagi-lagi meringis. "Bener-bener yahh. Gak ada halus-halusnya"
Dian masih fokus membaluti tangan Alsya dengan kapas dan perban. Lukanya tidak parah, tetapi ketakutan akan infeksi ada dalam hati. Untuk itu Dian berjaga-jaga. Agar lukanya tidak terinfeksi.
"Tangan yang satu lagi" ujarnya datar.
Alsya menjauhkan tangan kanannya. "Gak!! Aku bisa sendiri" sambil merebut kotak obat.
Dian membiarkan Alsya melakukan apapun sekeinginannya dia. Kemudian Dian duduk di samping Alsya, menatap langit yang indah. Sangat biru sekali di hiasi dengan arsiran warna putih.
"Mau lanjut sekolah kemana?" tanya Dian.
Alsya berhenti mengobati lukanya, lalu menatap Dian di sampingnya itu. "Aku sendiri tidak tau"
"Ikutlah dengankuu!! Satu sekolah kembali"
Alsya bergidig ngeri. Tentunya Alsya menolak. Tidak akan satu sekolah dengan pria di sampingnya ini. Sudah cukup tiga tahun dengan hukuman, ocehan, peraturan, dan babu dia.
"Gak! Dan gak akan." ujarnya.
Dian menatap Alsya dengan senyuman. Mereka saling memandang satu sama lain. Begitu dekat sekali.
"Aku serius" ucapannya pelan. Namun, sangat jelas di pendengaran Alsya.
Menghela nafas. "Aku sendiri tidak tahu itu Dian. Entahlah. Ikuti saja alurnya. Yang penting aku lanjut sekolah aja"
KAMU SEDANG MEMBACA
BROKEN HOME (END✔) SUDAH TERBIT
Novela JuvenilAlsya Fresinca gadis yang telah merasakan kehancuran sejak dirinya berumur 6 tahun. Menyaksikan semua dengan kedua matanya. Tentang pertengkaran, permasalahan yang keluarganya alami, kekerasan. Bahkan kehilangan cinta pertamanya, ayah. Semua itu men...