Hanya waktu yang dapat menentukan. Kapan bertemunya seseorang? Dan kapan perginya seseorang? Semuanya hanya tergantung waktu.
_Dsr_
°°°
Perawatan yang begitu komplit telah di berikan pada Alsya. Ruangan yang nyaman serta besar. Tinggal menunggu saja kesembuhannya. Zein serta Aldo berharap semuanya cepat membaik. Hari-harinya hati mereka terasa resah. Alsya dan hanya Alsya di dalam pemikirannya. Nah beginilah, bila kalian menyepelekan suatu penyakit. Akibatnya terhadap diri sendiri kembali. Bukan orang lain yang merasakan sakitnya. Namun, tentu kecemasan mereka rasakan. Meski sekecil apapun sebuah masalah, tentu kita harus menanganinya. Ingatkan! Bila masalah kecil terus saja di sepelekan, maka kelak masalah besar yang selanjutnya akan menghantam mu secara spontan. Begitupun soal penyakit.
Yah, memang hidup sudah ada yang mengatur. Bagaimana jalannya kita? Bagaimana kehidupan kita? Tetapi kita juga perlu ihktiar dalam hal kebaikan. Dokter bukan satu hal sebagai alat penyembuh rasa sakit, melainkan dia jembatan ihktiar. Kita berusaha sembuh melalui bantuan medis. Itu hal yang sangat membantu. Tetapi, semuanya kembali lagi kepada sang pencipta.
'Ibu'
'Haus'
Terlihat begitu panik dan rasa senang. Aldo dan Zein memperhatikan Alsya secara detail. Jari tangannya bergerak secara perlahan. Namun, sayang matanya masih tertutup sempurna. Bibirnya sangat lemah untuk berbicara saja. Hanya terdengar seperti bisikan, tetapi mampu menembus gendang telinga Zein bahkan Aldo, yang artinya masih bisa mendengar.
Aldo memberikan air sedikit-sedikit melalui sedotan. Perlahan tetapi pasti. "Sya?? Kau bisa mendengar abang kan?" tanya Aldo.
"Jangan dulu di ajak bicara. Biarkan lebih baik terlebih dahulu Aldo. Ayah akan segera kembali dengan dokter. Jagalah Alsya."
Aldo mengangguk. "Tentu."
Terasa senang Aldo rasakan, tidak lupa yang paling utama yaitu bersyukur atas kesadaran Alsya. Sorotan matanya menampakan kegembiraan. Adik yang paling Aldo sayangi kini telah kembali. Matanya perlahan terbuka. Berusaha menyamarkan cahaya.
"Ibu" lirih Alsya pelan.
Aldo hanya tersenyum. "Lekas membaik sayang. Bila kamu sudah sembuh, kita pulang, untuk bertemu ibu"
Alsya nampak bingung. Dahinya terlihat berkerut. "Sya ingin pulang bertemu dengan ibu. Sekali saja" pintanya.
Tidak tahu apa yang harus di katakan. Dengan perlahan Aldo memberitahu bahwa dirinya bukan berada di tanah kelahiran. Kondisi Alsya yang semakin memburuk, dan Zein dengan gerak cepat langsung memindah alihkan kembali. Aldo menceritakan seluruhnya perlahan. Termasuk larangan Zein untuk memberi tahu soal Alsya pada keluarga Rani. Meski Aldo enggan untuk memberitahunya, tetapi rasanya terdapat ganjalan di dalam hati. Menyembunyikan hal yang begitu penting.
"Sya ingin pulang" ujarnya pelan. Begitu kasihan. Memang sejauh apapun seorang anak pergi meninggalkan ibunya. Maka harapan dan keinginannya hanya satu. Kembali lagi ke pangkuannya.
Aldo mengusap kepala Alsya perlahan. Menyabarkan Alsya dengan berbagai ucapan manis. Memberikan harapan yang tidak pasti. Itu hanya sementara, untuk membuat Alsya lebih tenang lagi. Ini proses penyembuhannya. Pemikiran dia juga tentunya harus membaik.
Hanya bisa terdiam saja. Alsya tidak bisa melakukan apapun. Bila benar itu keinginan keras dari ayahnya, Zein.
Berusaha bangun dari tidurnya. Sempat Aldo melarang Alsya, tetapi tetap saja Alsya kekeh, dia ingin merubah posisinya. Setelah dapat yang di inginkan. Alsya menatap Aldo dengan sendu. Senyumannya mengembang, manis terlihat.
KAMU SEDANG MEMBACA
BROKEN HOME (END✔) SUDAH TERBIT
Fiksi RemajaAlsya Fresinca gadis yang telah merasakan kehancuran sejak dirinya berumur 6 tahun. Menyaksikan semua dengan kedua matanya. Tentang pertengkaran, permasalahan yang keluarganya alami, kekerasan. Bahkan kehilangan cinta pertamanya, ayah. Semua itu men...