Kepedihan🍂

1.5K 126 3
                                    

Bagaikan daun. Bila sudah waktunya untuk melepas dari ranting. Maka ia akan jatuh melayang, mengering dan mati. Begitupun manusia. Sungguh tidak ada yang kekal di dunia ini.

_AlsyaFresinca_

°°°

"Assalamu'alaikum"

Baru saja diam di bibir pintu, belum benar-benar masuk. Alsya sudah enggan untuk melanjutkan langkahnya. Bahkan melihat laki-laki bajingan itu di rumahnya ini.

"Waalaikum'salam, Kak Sya pulang. Kak Sya kenapa gak kasih tau Didit kalo nginap." ujar Didit dengan menyalami tangan Alsya.

Arfan menatap Alsya seperti jijik. Alsya hanya memperhatikan wajahnya dengan datar. Mengalihkan penglihatan.

Alsya tersenyum, lalu mengacak-ngacak rambut Aditya secara halus. "Kak Sya buru-buru."

"Mass ini kop-," Rani tidak melanjutkan ucapannya. Dia melihat ke arah Alsya dengan tatapan datar. Tanpa senyum, tanpa sapa bahkan berbicara.

Alsya tersenyum. "Ibuu!!" sapa Alsya perlahan. Meski hatinya terasa sakit. Melihat perilakunya pada dirinya.

Memberi gelas yang berisikan kopi itu pada Arfan, kemudian duduk di hadapan si bajingan. "Pergilah ke dapur!! Makan serta yang lainnya. Diam di kamarmu jangan berkeliaran dan satu lagi tidak boleh menginap di rumah temanmu, bahkan rumah lainnya."

Alsya mengangguk, lalu masuk ke rumahnya. Menghela nafas perlahan. Membuka pintu kamarnya dengan pelan, harum vanila sangat menyengat masuk ke indra penciuman Alsya. Dingin terasa menerpa wajah.

Tidak lupa dirinya langsung menghubungi Hera. 

Umii!

Waalaikum'salam Sya.

Ulang. Assalmu'alaikum umi!

Waalaikum'salam. Ada apa sayang nelpon umi?

Sya mau ke rumah yah. Ada hal sesuatu yang harus Sya bicarain.

Baiklah. Umi tunggu yah.

Iyah umi. Assalamu'alaikum.

Waalikum'salam.

Alsya dengan cepat mengganti bajunya. Dan meminta izin pada Rani. Meski melarang Alsya akan tetap meminta izin.

"Kali ini saja" pinta Alsya.

"Kamu sudah dengar kan, perkataan Ibu tadi. Masuklah!!"

Alsya menatap ibunya dengan senyuman. "Ada urusan yang belum Alsya selesaikan" mencari-cari alasan lain.

Rani menatap putrinya datar. Itu bukan tatapan biasanya. Rani memang sangat marah pada Alsya. Bahkan melarang keluar, dan menyuruhnya untuk tetap di kamar.

Alsya kembali ke kamar tanpa mengatakan sesuatu pada ibunya. Apa lagi yang akan dirinya perbuat. Salah satunya keluar melewati jendela. Alsya perlahan keluar melalui itu, tidak lupa kamarnya Alsya kunci.

Berlari untuk menjauhi area rumah. Terasa lelah, Alsya berhenti sekejap. Herannya Alsya cepat sekali kelelahan, Menatap dirinya di kaca rumah orang lain. Terlihat sangat pucat sekali. Ini bukanlah Alsya melainkan mayat Alsya. Begitu pucat seperti mayat hidup.

BROKEN HOME (END✔) SUDAH TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang