Derita Aldi🍂

1.5K 106 0
                                    

"Apa Alsya akan sembuh?"

"Ucapan kau ini Ian, gak ada yang waw malah sebaliknya terkesan sedih. Harus percaya dong. Bahwa si Alsya bisa sembuh dan akan sembuh." ucap Aldi dengan pasti.

"Lagian pikiran kau itu terlalu jauh Ian. Alsya sendiri kuat ngehadapinya. So,  gak perlu khawatir." santai Billy.

Dian hanya duduk terdiam. Pikirannya selalu tertuju pada Alsya. Gadis itu selalu saja muncul dalam otaknya. Iyah Dian mengakui bahwa dirinya sayang dengan Alsya. Tetapi apa Alsya sama seperti dirinya?

Baru pertama kalinya Dian dalam situasi seperti ini. Menyayangi seseorang dengan pertemuan yang, yah tidak mengesankan. Hanya keributan di setiap kali pertemuan. Debat yang tiada habisnya, dan itupun tidak penting.

Dian menatap kedua sahabatnya. Billy yang hari-hari ini selalu dekat dengan Dian. Terlihat sangat baik, meski penampilan sama seperti Aldi yang absurd, Dian hanya tahu tentang Billy dari Aldi. Memang benar mereka berdua ketua dalam club motor. Aldi selalu menjelek-jelekan Billy dengan anggota clubnya. Menceritakan yang memang sangat menjengkelkan bagi dirinya. Tetapi itu sangatlah jauh. Billy baik, dan dia juga teman baiknya Alsya dari kecil.

Tiada hari tanpa percekcokan antara Aldi yang tipikal gampang tersulut emosi dan Billy ucapan tajam dengan segala kesantainnya. Terkadang Dian sangat kesal melihat mereka berdua, selalu saja bertengkar memperbesar masalah.

"Maen game lah caw!!" ajak Dian.

Aldi sorak gembira. "Yang kalah harus di coret mukanya pakai pantat panci bagaimana?"

"Bill!! Gimana?"

Billy mengangguk. "Ikut aja sii"

"Dann Babang Aldi mau ngambil pantat pancinya dolo. Kalian duluan saja! Nanti Babang nyusul kok"

Dian mengangguk. Langsung pergi ke arah tangga, menuju kamar dirinya. Di ikuti Billy di belakang.

"Ada yang lupa" ujar Billy.

Mereka berhenti di tengah-tengah tangga. Dian mengerutkan keningnya. Menunggu apa yang telah di lupakan oleh seorang Billy.

"Aldi!" suara kencang dengan ber bass tinggi. Menyebutkan nama musuhnya itu.

Prangg brakkk

"Bangkek kaget hah" teriak Aldi di dapur.

"Aduhh jangg. Gimana atuh tehh. Untung bukan piring" kaget si asisten rumah tangga, di rumah Siska.

"Kemarii Aldii!" Billy berkata lagi dengan nada yang sama seperti tadi.

Terlihat Aldi berlari dan menatap dengan angkuh ke arah Billy.

"Ngapain?" sewotnya.

"Nge game tanpa makanan. Gak akan seru kan? Untuk itu buatkan makanan untuk kita. Tidak perlu lama-lama. Akan kita tunggu di atas" sepelenya Billy berkata, tanpa memperdulikan reaksi dari Aldi.

"Gila bener. Kau kira aku ini pembantuu. Ambillah sendiri." tolaknya.

"Cepatt!! Atau Rahma jadi milik saya" ancamannya.

"Ya kalii. Kau mau nikung aku. Gak akan bisa" sombongnya.

"Bisa dengan cara bunuh kau melalui santetan. Dan pelet Rahma. Semuanya akan berjalan lancar kan." santainya.

Dian tertawaa. Biasanya Aldi yang suka memainkan orang. Sekarang ini dirinya di mainkan oleh Billy.

"Serah kau" ujar Aldi. Lalu kembali lagi ke dapur.

Mereka berdua kembali melanjutkan perjalanannya.

"Gila yah kau. Ahaha mainin si Aldi"

Billy berdehem pelan. "Dia saja berani memainkan anggota club,  dengan seenaknya."

BROKEN HOME (END✔) SUDAH TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang