Dekapan Ayah🍂

2K 114 0
                                    

Billy membelikan makanan serta obat maag di dalamnya. Kini Alsya menatap makanan tersebut. Billy tau yang Alsya rasakan sekarang hingga dia membelikan obat maag. Meski menghilangkan rasa sakit sementara, itu sangat di butuhkan saat ini oleh dirinya. Obat ini hanya satu tidak seperti obat di rumahnya pil-pil yang begitu banyak serta ukuran lumayan besar.

"Makanlah!! Hargai pemberian Billy." ujar Aldo.

Alsya mengangguk. Dia memakan roti tawar yang di dalam kemasan. Setelah cukup kenyang Alsya meminum obat itu.

Billy serta anggota lainnya masih mengikuti Alsya di belakang. Mereka bertujuan menyusul dirinya. Begitupun touring. Mereka akan pergi ke pantai. Jalurnya sama dengan Alsya. Perjalanan Alsya masih jauh. Sedangkan mereka sebentar lagi sampai.

Alsya tahu jalan menuju pantai. Dulu keluarganya sering berlibur ke pantai. Untuk itu Alsya tahu. Sebenarnya Alsya buta jalan. Karna sering mengunjungi pantai. Jadi Alsya sudah terbiasa. Bila pergi ke salah satu tempat dan jarak nya jauh dari rumah. Alsya mengingat pasti jalan-jalannya, setelah itu lupa kembali.

Aldo melarang keras kepada Alsya untuk pergi sendiri di daerah  ayahnya nanti. Karna Aldo sudah tahu keadaannya di sana. Baik pergaulan bahkan anak-anak seumuran Alsya. Ke khawatiran tentunya ada.

Aldo membuka kaca mobil. Alsya menatap ke arah Billy yang melambaikan tangan. Suara tlakson mobil berbunyi keras. Disinilah mereka benar berpisah. Mereka berjalan lurus sedangkan Alsya belok ke arah kanan.

Dada terasa sesak. Dulunya yang selalu ada di saat Alsya begitu membutuhkan. Suatu hari nanti dia tidak ada di sisinya lagi, karna sebuah jarak yang memisahkan. Semuanya akan hambar tanpa mereka. Alsya takut bahwa di sana tidak ada yang ingin berteman dengannya. Jiwa sosial Alsya begitu kurang. Bahkan berinteraksi dengan orang lain Alsyapun tidak pernah terkecuali orang yang Alsya kenal.

Alsya tidak butuh banyak teman. Cukup satu baginya. Ingatlah sebuah perihal. Satu teman bagaikan seribu teman.  Banyak teman bagaikan satu teman.  Perihal itu nyata adanya. Alsya menganggap Billy bukan hanya teman melainkan sahabat. Seketika dia berada di dekatnya dan membantu dirinya bagaikan banyak orang tetapi hanya Billy yang membantu.

"Jangan lupakan aku Bill. Begitupun aku, tidak akan pernah lupa dengan muu" batin Alsya. Tatapannya masih melihat ke arah anggota Billy serta Aldi.

Mobil melaju semakin cepat. Merekapun hilang dalam penglihatan Alsya, di telannya jarak yang terlalu jauh. Ini waktunya Alsya harus mandiri. Apapun yang terjadi harus berjuang sendiri. Tidak mengandalkan Billy, Rahma, Dian, bahkan Aldi.

Notifikasi masuk.

Alsya langsung mengambil ponselnya di saku. Ternyata Billy memposting foto dirinya dengan Alsya. Dengan caption see you next time baby bignya Billy. Tetap jaga kesehatan sesuai janji yah. Cepat-cepat pulang. Jangan buat orang lain merindu.
Tidak lupa Billy juga mentag Dian, Rahma serta Aldi. Banyak komen dari mereka bertiga terutama Dian yang paling rusuh.

Alsya mengetikan sesuatu di kolom komentar Billy. Uwuuunya Alsya. Jan banyak merinduu, tetep jaga kesehatan Billy juga. Secepatnya Alsya pulang.

Dian yang rusuh semakin rusuh. Dia terus saja menyindir Alsya dengan Billy. Tersenyum penuh kemenangan. Ternyata Dian cemburu pada Billy.

Notifikasi masuk.

Dian

Maafkan aku tidak ikut bersama mereka untuk menyusulmu Sya. Lain kali aku janji akan datang menemui mu seorang diri tanpa pengganggu si Billy;(( jangan sampai putus komunikasi dengan kami. Tetap semangat di sana yah. Jangan bersedih. Bila ada sesuatu telepon aku.

BROKEN HOME (END✔) SUDAH TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang