Luapan Kata🍂

1.5K 131 0
                                    

Menghirup udara sore hari. Menatap matahari yang terbenam dengan tenang. Harum vanila menerpa wajahnya. Ketenangan kembali padanya. Hanya beberapa kali hisapan, lalu Alsya menyimpan barang kesayangannya.

Bila dengan cara ini bisa menghilangkan penat di kepala. Akan Alsya lakukan, apapun itu. Biar lah hanya sementara, tetap saja Alsya membutuhkannya. Sesuatu masalah tidak akan pernah selesai hanya dengan menghisap vape. Alsya tahu itu. Ini hanya sebuah pelampiasan di saat benar-benar sangat terpuruk.

"Bu!! Kopinya satu" ujar Alsya pada Ibu-Ibu warung.

"Baik neng. Tunggu sebentar iyah!"

Alsya mengetuk-ngetuk meja perlahan. Dirinya telah mendaftar, hasilnya besok akan muncul melalui daring, yang berarti online. Alsya tidak berharap tinggi. Lihatlah nanti lulus dan tidaknya. Alsya tidak peduli. Selain melihat dari prestasi Alsya yang melonjak turun. Nilai akhir pun Alsya gagal untuk mengejar target yang di inginkan. Alur hidupnya sangatlah menyedihkan. Sampai kapan dirinya akan berjuang sendirian. Menanggung beban sendiri. Bisa di katakan dirinya sangat kurang bersosialisasi dengan orang lain. Hanya kegelapan sebagai teman.

Ingin rasanya mengakhiri hidup. Tetapi Alsya tahu itu bukan jalan yang terbaik. Bahkan ada pertanggung jawabannya nanti di akhirat. Alsya tentu masih waras.

"Aku lelah. Sungguh lelah tuhan"  batinnya.

"Mom aku ingin es clim" ujar anak kecil. Terlihat dari perawakannya berumur 3-4 tahun.

Alsya menatap anak kecil itu, tanpa beban serta pikiran. Dia terlihat sangat bahagia. Senyumannya terukir jelas di wajahnya.

"Tidak baby." Ibunya menolak keinginan sang anak.

Reaksi anak itu langsung cemberut. Imut sekali saat dia marah. Pipinya cabi bagai bakpau. Kulitnya putih dan bersih.

Si kecil berlari untuk memeluk seseorang di belakangnya. "Dad!! Mom pelit" keluhannya.

Sang ayah memangku putrinya lembut. Mencium kedua pipinya. "Biarin. Kamunya nakal. Ingat kan pesan dokter bagaimana?"

"Jangan minum es clim"

Tersenyum lebar. "Anak pandai. Mau berjanji sama Dady?"

"Apa Dad?"

"Kalo kamu ingin es cream nya. Kamu harus sembuh terlebih dahulu. Bagaimana?"

Si kecil gembira riang. Dia meronta-ronta ingin di turunkan. Ayahnya menurunkannya dengan hati-hati. Si kecil berjoget-joget senang. "Aku besok sembuh Dad"  yakinnya.

Orang tua mereka tertawa melihat kelucuan si kecil. Keluarga penuh kasih sayang. Sangat sempurna sekali. Andai saja posisi itu sebagai Alsya. Akan sangat bahagia. Kembali menjadi gadis kecil penuh kegembiraan.

Sangat memilukan sekali. Dirinya iri melihat kebahagiaan orang lain.

"Neng maafin Ibu atuh. Lama kopinya ini" ujar si Ibu warung. Sambil menyimpan segelas kopinya di depan Alsya.

"Tidak apa-apa. Terima kasih" balas Alsya.

Notifikasi masuk..

Alsya melihat siapa yang mengirim pesan padanya. Ternyata Aldo.

Bg Aldo

Kau benar ingin sekolah di sini? Biar nanti Abang yang urus semua pendaftarannya. Kau pilih-pilih dulu sekolahnya. Apa perlu kau melihatnya terlebih dahulu. Abang besok akan menjemputmu. Kau siapkan semua berkasnya. Ambil apa yang perlu. Persyaratan tiap sekolah nanti abang kirim.

BROKEN HOME (END✔) SUDAH TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang