"Bagaimana pendaftaranmu?" tanya Zein sembari memakai sepatu.
Alsya yang sedang santai. Pagi ini Alsya hanya berdiam diri tanpa melakukan apapun. Di temani secangkir macha di hadapannya, serta roti tawar berlapis slai macha. Pagi ini dirinya bangun lebih pagi, untuk melakukan olahraga. Tidak terlalu jauh, hanya di depan rumah. Melakukan hal-hal yang mudah saja. Meski lelah, tetapi dirinya juga sangat membutuhkan olahraga.
Melahap roti tawar tersebut dengan santai. Di ikuti meneguk sedikit macha. "Ntahlah" ujarnya tidak peduli.
Alsya tidak tahu soal itu. Toh, Aldo yang mengurus semuanya. Tau-tau Alsya masuk sekolah saja. Bilang saja Alsya sangat malas mengurus hal-hal seperti itu.
"Pastinya, ada test dulu kan Al?"
Alsya hanya mengangguk. Perkiraan Alsya memasuki sekolah sekitar beberapa hari lagi. Dan Alsya sendiri tidak tahu akan melakukan apa? Aldo sendiri tidak memberitahu sama sekali. Alsya harus inilah. Alsya harus itulah.
"Nanti saja sama mama Liya."
Alsya mengerutkan keningnya. "Ngapain?"
Zein bengong, menatap putrinya itu dengan heran. "Lah. Kan daftar. Kasihkan saja semua berkasnya pada temannya mama Liya Al. Dia guru di sekolah itu. Biar dia yang mendaftarkannya. Selanjutnya, kamu ikuti saja apa yang harus di lakukan." terangnya.
Alsya menolak mentah-mentah. Tentunya tidak ingin bersama si jalang tersebut. Alsya kekeh, ingin mendaftar bersama Aldo. Tetapi, perlahan Zein berbicara. Agar Alsya ikut bersama Liya. Pendaftaranpun akan menjadi mudah. Sebab, teman Liya adalah guru di sekolah yang akan Alsya singgahi.
Terpaksa Alsya pasrah untuk segalanya. Zein memberika kunci motor pada Alsya. "Bawalah di garasi belakang. Maklum jarang di pakai" ujarnya.
Alsya hanya mengangguk. Ayahnya itu mendekati Alsya. Mencium keningnya perlahan. Memberikan pesan. Bahwa bila Alsya ingin pergi. Beri tahu orang rumah. Agar nantinya tidak khawatir terlalu larut. Alsya tidak mungkin keluar rumah. Teman saja tidak punya. Bagaimana akan keluar rumah? Tahu jalanpun tidak.
Baru saja akan meminum kembali macha. Sudah di minum terlebih dahulu, oleh anak sialan yang tidak tahu etika sama sekali. Dia meneguk habis minuman yang ada di dalam gelas itu. Alsya menatap perempuan keriting itu. Wajahnya terlihat menahan amarah. Berani-beraninya menyentuh milik Alsya. Seketika, roti yang berada di tangan Alsya di lempar ke arah piring. "Pengganggu" ucap Alsya. Setelah itu pergi dari hadapan anak tersebut.
Zein yang melihat itupun menggeleng pelan. "Resya!! Kamu tidak boleh begitu. Bila kamu mau, bikinlah! Bukan mengambil makanan seseorang. Apalagi tidak memintanya terlebih dahulu. Lihatlah kak Al marah"
Menaiki tangga satu persatu. Hidupnya kini tidak tenang sama sekali. Banyak pengganggu. Aturan serta keinginan tidak sejalan. Alsya ingin kembali saja. Biarkan menerima risiko sebesar apapun. Agar bisa menemani ibu dan melindunginya dari si bajingan itu. Kata penyesalan memang ada di lubuk hati Alsya. Mungkin, seperti inilah yang harus Alsya jalankan.
Membuka jendela selebar-lebarnya. Kini dirinya berada di balkon kamar. Menghirup udara dengan tenang. Alsya membuka ponselnya sudah ada notifikasi masuk. Perlahan mulai membuka satu persatu. Paling Alsya buka pertama adalah pesan dari Ibu.
Membacanya perlahan. Segala ekspresi Alsya perlihatkan. Tersenyum dan menangis. Alsya merindukan ibu, begitupun ibu merindukan dirinya.
Ibu♡
Sya!! Malam ini ibu kangen. Apa kamu tidak ingin berbicara dengan ibumu? Ibu tau, ibu banyak salah padamu. Ibu minta maaf atas kesalahan yang telah ibu lakukan. Kak Sya!! Kapan kamu akan pulang? Ibu akan selalu menunggumu. Kalo perlu kamu sekolah di sini lagi kak. Cepat pulang.
Terlihat lemah bila bersangkutan dengan ibu. Alsya juga begitu merindukan ibu. Perlahan jarinya menari di atas keyboard.
Ibu tidak perlu menungguku. Aku sendiri tidak tahu akan pulang, atau mungkin tidak akan pulang lagi. Buu!! Tetap jaga kesehatan yah. Aku sudah memafkan ibu tempo hari, sebelum kejadian itu terjadi. Sudahlah lupakan saja.
Alsya tidak berani mengungkapkan secara langsung. Alsya rindu ibu. Tetapi jarinya terasa begitu berat mengetik kata rindu. Bibirnya kelu akan berkata seperti itu. Tidak ada daya serta upaya hanya untuk mengucapkan satu patah kata. Yaitu rindu. Entahlah, Alsya sendiri tidak tahu. Ada apa pada dirinya ini. Terasa sakit bila membaca pesan dari ibu pagi ini. Air mata lagi-lagi, membanjiri pipinya.
Ibu kangen. Ibu ingin berbicara. Tidak masalah sebentar juga. Hanya ingin mendengar suara kak Sya saja.
Sya tidak bisa buu! Sedang sibuk mengurus sekolah. Lain kali saja. Sya pamit untuk mengerjakan sesuatu yang belum selesai. Jaga kesehatan bu.
Alsya berbohong. Dirinya sedang tidak sibuk sama sekali. Namun, hanya saja sedang ingin melupakan masalah yang terjadi. Bukan ingin menjauhi ibu atau memusuhinya. Untuk sementara, biarlah seperti ini terlebih dahulu. Bila sudah terasa membaik Alsya akan menelepon ibu.
Jadilah lebih baik sayang. Kak Sya juga harus jaga kesehatan yah. Setelah kesibukan kak Sya kelar. Telepon ibu secepatnya.
Hanya membacanya tanpa membalasnya kembali. Pagi ini begitu cerah. Namun, hatinya sangatlah mendung. Menghapus air matanya itu dengan cepat.
"Sya!" panggil seseorang. Yang Alsya ketahui itu suara Aldo.
Tok tok tok
"Sya!! Buka sebentar." ujarnya.
"Wait!" balas Alsya. Sambil berjalan meraih knop pintu.
Pintu terbuka lebar. Terdapat Aldo yang sudah berpakaian rapi. Alsya hanya mengerutkan keningnya.
"Abang ada keperluan. Hmm kamu di rumah gak papa kan. Ada mama Liya dengan anaknya juga. Kamu tidak sendiri. Abang hanya pergi sebentar saja."
"Pendaftaranku?" tanya Alsya.
Aldo mengangguk mantap. " sudah tidak perlu khawatir. Nanti sekalian biar abang anterin berkas-berkas kamu ke guru. Infonya nanti abang beri tahu lagi."
Alsya hanya mengangguk. Baguslah. Jadi, Alsya tidak akan pergi berdua bersama si jalang itu. Lebih baik seperti ini. Berpikir kembali. Dirinya diam tanpa teman di rumah. Pastinya sangat membosankan. Alsya ingin sekali pergi jalan-jalan keluar. Meski dirinya tidak tahu keadaan di sini. Tadinya tidak ingin ke mana-mana. Namun, rasa bosan menyerang.
"Aku ingin pergi." izin Alsya.
"Kemana? Kau tidak boleh jauh-jauh dari rumah. Nanti saja bila abang sudah pulang. Kita jalan-jalan yah."
Memalingkan wajahnya, larangan larangan dan larangan. Alsya sudah dewasa tahu mana yang benar mana yang salah. Lagian ada ponsel. Apa salahnya buat mencari tempat ketenangan di daerah sini. Alsya hanya ingin meng ekspor tempat baru di persinggahannya saat ini. Tidak lebih dari itu.
"Baiklah." ujar Alsya. Tetapi keinginanya tetap sama. Dia ingin melihat-lihat daerah persinggahannya. Tanpa sepengetahuan Aldo.
"Aku pergi. Jaga diri baik-baik." setelah berucap itu Aldo pergi dari hadapan Alsya.
Menutup kembali pintu kamarnya. Tidak lupa menguncinya. Dirinya bersiap-siap terlebih dahulu. Kini waktunya menjelajahi sebuah tempat. Meski Alsya tidak tahu daerah ini seperti apa. Tidak lama lagi Alsya akan mengetahuinya, setelah menelusuri seluruh tempat.
°°°
Waktunya Alsya berpetualang di daerah orang. Apa kalian menyukai petualangan? Bila sudah berada di daerah orang. Pasti rasanya ingin mengetahui tempat-tempat yang bagus serta enak di pandang. Benar bukan? Ehehe
Yok jan lupa vote&comennya. Jejak yaa!!
See uuu🖤😘🔜
KAMU SEDANG MEMBACA
BROKEN HOME (END✔) SUDAH TERBIT
Novela JuvenilAlsya Fresinca gadis yang telah merasakan kehancuran sejak dirinya berumur 6 tahun. Menyaksikan semua dengan kedua matanya. Tentang pertengkaran, permasalahan yang keluarganya alami, kekerasan. Bahkan kehilangan cinta pertamanya, ayah. Semua itu men...