Namanya Mas Agung, dia ganteng, jadi pujaan semua wanita di desa tempatku lahir. Sebagai seorang pengusaha yang sering bolak-balik ke luar kota, Mas Agung jadi bulan-bulanan ibu-ibu yang berebutan ingin menjadikannya menantu.
Mas Agung juga tinggi, berotot dan memiliki kulit yang kecoklatan. Rasanya hampir tiap pagi aku sengaja membuka kaca jendela untuk melihat Mas Agung olahraga tepat di depan rumahku karena rumahnya persis di samping rumahku, hanya dipisahkan oleh satu rumah untuk jarak rumah kami.
Karena, hey.. Siapa yang bisa memastikan aku tidak diam-diam datang ke rumahnya pada malam hari dan mencoba untuk melihatnya tidur jika rumah kami tidak berjarak? Aku remaja, yang sangat ingin tahu, rasa ingin tahuku sebagian besar adalah bagaimana penampilan saat Mas Agung tidur, apakah setampan dirinya saat sedang terbangun dan tersenyum pada semua orang?
Aku jatuh cinta sepihak pada Mas Agung selama lebih dari 7 tahun. Di usia 12 tahun aku sudah suka melihat senyumnya saat menyapa ibuku, dan di tahun-tahun selanjutnya rasa sukaku terhadap Mas Agung bertambah.
Tepat ketika Mas Agung memutuskan menikah, aku yang hanya remaja ingusan patah hati langsung pergi ke jakarta untuk kuliah, meninggalkan cinta pertamaku yang sudah tidak ada harapan.
Setelah berhasil melupakan Mas Agung dan memiliki kehidupan yang normal, kabar mengenai perceraian Mas Agung sedikit membuatku goyah. Aku oleng, apalagi saat pagi ini Mas Agung menghampiriku yang sedang pemanasan untuk lari pagi di depan rumah.
"Gimana kabarnya mbun?"
"Baik mas."
"Saya udah lama denger, kamu kuliah psikologi ya? Sekarang katanya magang di rumah sakit ya mbun?"
"Bukan mas, aku ambil psikiatri."
"Tapi tetangga bilang itu juga semacam Psikolog?"
"Memang agak mirip, tapi..." duhh aku susah menjelaskan kalau begini, refleks aku menjauh saat tiba-tiba Mas Agung mencondongkan wajahnya padaku.
Rasanya seolah embun pagi meledek namaku karena kami sama-sama mencair, setelah beberapa detik kami saling bertatapan. Mas Agung memegang bahuku lembut dan mendekatkan mulutnya pada telingaku, kemudian kalimat yang ia bisikan langsung membuatku menganga tak percaya.
"Jadi, kamu bisa tolongin saya?"
"Maksud mas tolongin buat mas ngaceng?"
"sstt.. Tolong, jangan keras-keras ngomongnya. Saya percaya sama kamu mbun."
"i-iya, tapi mas,"
"Tolong mbun, kamu mau kan nolongin saya?"
Dan setelah obrolan di subuh itu, perjalanan kami dimulai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tetangga Dudaku (END)
RomanceEBOOK HANYA DIJUAL DI SHOPEE @bookcafe_ KARYAKARSA @jemisung DAN INSTAGRAM @shintyachoi_ JIKA MENDAPATKAN EBOOK SELAIN DARI TIGA SUMBER TERSEBUT MAKA ANDA MEMBELI EBOOK ILEGAL DAN TELAH MELANGGAR HUKUM. TERIMAKASIH... Terakhir aku melihatnya saat us...